Arland tidak akan memaksa jika Seanna memang tidak mau dijemput olehnya.

"Kalau boleh, aku aja yang antar kamu pulang."

"Terimakasih. Aku pulang sama Alyssa aja."

Arland sudah menduga penolakan itu. Dia akan mencoba menawarkan tumpangan sekali lagi, sebelum Adit mengambil kesempatan.

"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Sekali ini saja."

Alyssa menepuk bahu Seanna pelan. "Duluan."

Seanna tidak lagi mencegah Alyssa yang membiarkannya pulang bersama Arland. Tidak ada pilihan lain.

Oke, sebenarnya ada pilihan lain. Dia bisa naik taksi atau menghubungi Gojek. Tapi dia sedang malas berkali-kali menolak Arland. Lagipula, dia juga merasa bersalah untuk alasan yang dia sendiri tidak tahu persis.

Bersalah karena menolak Arland? Menolak lamaran omong kosong itu?

"Aku bisa nganterin kamu ke kantor..., besok."

Seanna menghela napas. "Sebenarnya aku nggak mau mikir terlalu jauh tentang kenapa kamu ada di sini. Aku rasa ucapan aku waktu itu udah cukup jelas."

"Aku serius, Seanna."

"Kamu nggak punya alasan tepat untuk lamaran itu." Seanna menahan suaranya sebelum terdengar seperti teriakan. "Aku nggak minta kamu ngelakuin apapun lagi."

"Kamu setuju dengan ide...penjajakan dan cinta akan mengikuti?" kata Arland seakan kehabisan kata-kata apalagi yang bisa diucapkan.

"Kamu nggak perlu maksain diri." Seanna tetap menolak.

"Bukan memaksakan diri." Arland mengoreksi. "Aku cuma mencoba menjajaki kemungkinan hubungan kita nanti. Maksudku, kita memang saling mengenal dengan cara yang salah, tapi kita bisa memperbaikinya dengan penjajakan yang lebih baik. Apa aku kurang ganteng dan kurang baik buat kamu?"

Seanna bersedekap. "Don't push it."

Arland malah tertawa dengan reaksi Seanna yang sedang kesal.

"Oke. Nanti kutelepon lagi. Nomer kamu nggak ganti kan?"

Seanna mendelik, kekesalannya semakin bertambah.

"Kamu nggak perlu ngabisin waktu dan pulsa kamu buat nelepon aku. I hate this conversation! Nggak mutu!" Lalu kembali membuang muka.

"Jadi, kapan kamu ada waktu buat makan siang bareng? Atau makan malam?"

Seanna melirik Arland. Sementara yang dilirik hanya tertawa seperti tidak merasa melakukan kesalahan apapun.

"Nggak usah ketawa. Nggak ada yang lucu."

Arland masih tertawa. "Memang ada yang lucu."

"Maksud kamu?"

"Kamu kelihatan mati-matian menolak aku. Kalau nggak mau, kamu nggak perlu segitunya."

Seanna membuka mulut, sedikit tergeragap. "Itu...bukan...maksudku.."

Dan dia harus mengakui, kata-kata Arland benar adanya. Dari sudut pandang Arland, mungkin sikapnya terlalu berlebihan. Mati-matian menolak. Yaa, bukan begitu juga. Seanna hanya merasa, hubungan mereka tidak perlu dilanjutkan karena memang tidak perlu dilanjutkan.

Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن