Ketika

155 5 0
                                    


Ketika kata cinta tak lagi menenangkan kata rindu,
Apalah dayaku yang tak bisa jauh dari kalimat sendu,
Memikirkan cara mengirimimu serdadu,
Bersenjatakan rasa rindu,
Kuharap bisa meruntuhkan benteng hatimu itu,

Ketika kata hati tak lagi menjadikan kita satu,
Apalah dayaku yang hanya bisa duduk disini bertopang dagu,
Terus mengikuti arah harapan yang kandas di terpa waktu,
Terkubur dalam-dalam di dasar jiwaku,
Mematikan pengharapanku, menumbuhkan rasa pilu.

Ketika kata pilu terus meradang menjalari seluruh rangkaian cerita cinta kita dulu,
Apalah dayaku yang hanya bisa bersandar dibawah lampu temaram memikirkanmu,
Mataku begitu jauh menembus waktu,
Hanya menembus tanpa menemukan titik temu,
Karena gelapnya malam hanya memaksaku mengenang masa lalu.

Ketika kata masa lalu mulai memberikan waktu tuk melakukan kontroversi hati,
Apalah dayaku yang hanya bisa menuliskan jutaan kata aspirasi lewat puisi,
Baris demi baris saling mengisi,
Jutaan rindu terlukis mengikis tangis,
Tetap tertulis walau hati sering meringis.

Ketika kata meringis kini digauli kata penat,
Apalah dayaku mengusir rinduku lewat untaian kalimat,
Memahatnya penuh rasa tanpa muslihat,
Hanya mengedepankan perasaan yang tak lagi bisa kau lihat,
Karena jarak benar-benar membekukan pertemuan membuat kata tamat.

Ketika kata jarak selalu membuat perasaanku bagai bom rakit,
Apalah dayaku yang hanya bisa menari di atas kertas menahan sakit,
Kuharap kau disana tak pernah mengungkit,
Sebuah rasa yang selalu melilit,
Tak bisa lepas jika tak bisa melihatmu semenit,
Namun juga semakin mencekik kala tak ada kata pertemuan diantara kita, itu sakit.

HUJAN (KUMPULAN PUISI)Where stories live. Discover now