Chapter #7 (Yule Ball : 3)

4.2K 573 59
                                    

Aula Besar Hogwarts
8 PM

Semua gadis di sana mendadak berjalan dianggun-anggunkan dan sok tidak mau lecet secuil saja.

Semua kecuali Celene, yang baru berjalan memasuki Aula Besar bersama Tom.

Profesor Slughorn datang mengampiri mereka dengan wajah berseri-seri. Dia seperti menangis, dan Celene menduga dia menangis bahagia!

"Tom, anakku.. tahun depan adalah tahun terakhirmu, tentu saja, kau akan menjadi orang hebat, Nak!" Ia mengusap air matanya kemudian melirik Celene.

"Oh, Ms. Delcroux, kalian berdua tampak serasi. Dua orang terpintar di kelas saya."

Slughorn mendadak menjejerkan Tom dan Celene di depannya. Menatap penuh artiㅡ seperti tak mau kehilangan.

"Kalau begitu, selamat berdansa, anak-anak muda!"

Slughorn berlalu pergi setelah memberi tepukan 'semoga sukses' di pundak Tom dan Celene.

Meja-meja asrama di Aula Besar telah lenyap, digantikan oleh kira-kira seratus meja kecil dengan lilin menyala. Semua tampak antusias dan mengelilingi meja-meja tersebut.

Awalnya, pesta nampak ramai dengan berbagai anak yang memesan makanan hanya dengan mengucap nama makanan sesuai yang diinginkan.

Birdy nampak meraih menu makanan dari salah satu meja, dan melirik satu persatu menu.

Sementara anak-anak yang lain memesan, Celene nampaknya lebih tertarik ngobrol dengan Tom tentang dekorasi malam itu.

"Hei, kalian tidak lapar? Sebentar lagi dansa, kalau aku jadi kalian, aku akan lapar dengan cepat." Vince tiba-tiba datang. "Ayam Barbeque!" Seru Vince, kemudian mengambil sepiring Ayam dari meja di depan Tom dan Celene sebelum akhirnya berlalu pergi.

Celene terheran-heran karena Vince selalu makan namun tak pernah bertambah gendut.

"Dia tampaknya lebih memilih berpartner dengan Ayam Barbeque, kan? Cowok yang sungguh tidak bertanggung jawab." Cemooh Celene.

Tom hanya tertawa pelan.

Setengah jam kemudian, Celene dan Tom sudah menghabiskan puding cokelat dengan krim kocok dan keju parut di atasnya. Profesor Dippet mendentingkan sendok ke gelas kaca, meminta perhatian bahwa sebentar lagi dansa akan dimulai.

Tom meletakkan satu tangannya di pinggang, dan satu lagi di pundak Celene.

Celene tersenyum. "Kau bisa berdansa?"

"Entahlah." Jawabnya, menatap lurus ke mata Celene, namun tersenyum.

Celene rupanya ikut meletakkan tangannya dengan posisi yang sama seperti Tom. Ia kemudian berbisik pelan, "Ikuti saja aku, dan musiknya."

Kemudian musik dansa mulai menyala, menggema memenuhi seluruh ruangan dan seluruh pasangan di sana memulai dansanya.

Tidak semuanya berhasil. Chandwick tampak tersandung kaki sendiri sementara pasangannya membantu berdiri.

Namun, Tom tampaknya mulai pandai berdansa dan terbawa oleh suasana lampu yang terus berganti warna.

Ratusan untaian mistletoe dan sulur-sulur bersilangan dibawah langit-langit hitam Aula Besar yang disihir menjadi penuh bintang oleh Profesor Dippet.

Celene sesekali memandang mengindahkan dinding aula yang ditutupi oleh salju perak berkilauan, pohon natal paling besar berdiri di ujung depan ruangan.

Tom melirik ke arah Slughorn yang tengah terharu memandangnya berdansa, terisak.

Musik bolak-balik berganti, sekarang lantunannya pelan, membawa emosi yang damai dan menenangkan.

Tom mulai merasa ingin lebih dekat, dan ingin lebih merasakan kehangatan itu.

"Izinkan aku mendekapmu?" Tom berbisik pelan di telinga Celene, mengempaskan nafas dingin yang terasa menggelitik.

"Yeah.."

Celene tidak bisa merasa lebih senang dari ini. Tom menarik Celene lebih dekat ke dekapannya, membuat Celene menyandarkan kepalanya di dada bidang Tom yang lebih tinggi darinya.

Tom meletakkan tangannya di punggung Celene, sudah tak ada celah di antara mereka berdua.

Namun mereka masih berdansa, diiringi musik sendu dan lampu dansa yang mulai redupㅡ mereka sukses terbawa suasana.

Beberapa pasangan lain melakukan hal yang sama.

Tom memandang sekeliling, mereka terus berdansa, sampai melampaui batasㅡ maksudnya, mereka hampir keluar dari Aula Besar, dan tampak tidak peduli.

Sementara itu Birdy berlari ke toilet, menangis sejadi-jadinya. Alasan kenapa dia murung kemarin siang adalah, karena Eric Navalleon lebih mengajak Rosemary Briss daripada dia. Kemudian di bawah untaian mistletoe, Eric Navalleon dan Rosemary Briss berciuman seakan tak ada orang disanaㅡ seakan tak ada Birdy.

Dari atas menara astronomi yang gelap, gumpalan dan butir salju terlihat berjatuhan dan mendarat di atas kastil.

Celene berdiri disana, lengannya berada di sekeliling pundak Tom. Dan Tom meletakkan kedua tangannya di pinggang Celene.

Dari kejauhan, terlihat di antara remang-remang cahaya bulan, memperlihatkan siluet sepasang insan yang tengah mengikuti irama musik yang menggema hampir di seluruh bangunan kastil.

Para hantu ikut menikmati suasana pesta natal, beberapa ikut menari di sepanjang koridor.

Tepat setelah Sir Nicholas melayang sedih melewati keduanya menuruni tangga, Celene menurunkan tangannya perlahan, kini menempati punggung Tom Riddle.

Mereka berhenti mengikuti irama musik.

Tom perlahan bergerak lebih dekat, sampai tak ada celah di antara mereka.

"Tom.."

Celene memanggil parau dan sangat pelanㅡ hampir seperti bisikan, kemudian dia mengecup pelan pipi Tom.

Sensasi hangat menjalari lagi tubuh Tom. Dalam hatinya, ia merasa senang, dan itu pertama kalinya benar-benar muncul perasaan senang yang tulus yang pernah dirasakannya.

Tom tidak bergeming kendati nafasnya yang mulai hangat mengempas keluar, mengepul di antara udara dingin yang menyatu di antara kegelapan. Terlihat seperti asap bersih.

Tangannya masih setia di pinggang Celene, namun menjadi lebih tinggi beberapa senti. Ia mulai merasakan keberanian dan perasaan pasti, yang selalu ia nanti-nantikan sebelumnya.

Dan mereka akhirnya berciuman dibawah menara astronomi, diterangi cahaya bulan di malam natal. Memberi perasaan senang yang amat mendalam di hati keduanya.

*
*

Read the Next Chapter ~>

#1 A Girl Who Changed The Destiny (Harry Potter: Tom Riddle Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang