Mungkin hampir tiga puluh menit Henny berada di toilet. Ia teringat tadi ia sempat mendapat perintah untuk mengikuti atasannya yang menurutnya sangat penting. Tanpa pikir panjang ia berjalan menuju ruang atasannya. Sebelumnya sampai di ruang atasannya. Ia melihat sekretaris cantik tinggi semampai dan memesona. Baru sebulan ini sekretaris itu bekerja di sana.

"Misi, Mba, Pak Henry-nya ada?" tanya Henny dengan sopan, tak lupa senyuman yang selalu ia pasang untuk menambah kesan ramah.

"Mau ngapain kamu?" tanya sekretaris itu dengan wajah tak bersahabat.

"Tadi Pak Henry nyuruh saya ke sini," jawab Henny santai.

"Yaudah masuk!" ucapnya ketus. Henny tak peduli ia langsung meninggalkan sekretaris itu.

Henny sekarang sudah berada di dalam ruangan atasannya. Ia dapat melihat nama yang tertulis di kaca bening yang berada di meja Henry Maradinata. Nama atasannya yang sekarang ada di hadapannya. Karena tak mau berlama-lama di ruangan ini Henny harus membuka suaranya.

"Maaf, Pak, tadi ada apa memanggil saya, Pak?" tanya Henny sedikit ragu.

"Hmm, kamu ikut kami ke hanggar!" jawab Henry tanpa melihat lawan bicaranya itu. Henny yang melihat kelakuan atasannya itu mengangguk saja.

***

Tiga bulan yang lalu, Henny adalah seorang jobseeker yang sangat aktif. Ia aktif mengikuti tes di mana-mana. Bahkan, kota-kota besar di pulau Jawa hampir semua  sudah ia singgahi demi sebuah panggilan tes kerja.

Berkat kesabarannya dalam menghadapi sekian banyak kegagalan mengikuti tes. Akhirnya tepat tiga bulan yang lalu, ia berhasil masuk ke perusahaan maskapai penerbangan. FHair adalah salah satu maskapai perintis yang sedang berkembang dan maju. Rezeki terbesar yang diberikan Tuhan kepada Henny.

***

Henny sekarang berdiri di sebelah Rima yang juga ikut menuju hanggar. Rima sibuk dengan ponselnya. Untuk mengambil foto pesawat saat sedang berada di hanggar.

"Hen, fotoin gue ya, itu baling-balingnya harus dapat," ucap Rima yang tiba-tiba menggangu konsentrasi Henny memgamati jenis pesawat ATR.

"Propeller woi Propeller! baling-baling? malu-maluin aja lu," serobot Rifki yang mendengar teriakan Rima. Rima mencebik tak suka. Ia kembali fokus ke kamera ponsel yang sekarang ada di tangan Henny.

"Udah, Hen, buruan!"

"Hm, satu dua tiiiiiiiiigaaa!"

Cekrekkk

Beberapa kali Henny mengambil foto Rima dan hasilnya sama saja. Wanita itu malah marah-marah karena menurutnya Henny tidak ikhlas mengambil fotonya.

"Sabarrrrrrrrr." Henny menghela napas panjang. Ia harus ingat kalau Rima sekarang tengah berbadan dua.

"Ehemmmmm." Suara seseorang menginterupsi kegiatan Henny. Henny langsung menoleh dan mendapati ada sosok yang ia kenali, bahkan sangat ia kenali.

"Kak Anggara?" bisik Henny mungkin hanya dirinya sendiri yang terdengar.

Lelaki bernama Anggara itu langsung menyunggingkan senyumnya. Henny mematung akibat tersihir senyuman yang selalu menjadi candunya.

You're My Propeller (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora