Sontak Lian dan Dimas makin sakit perut karena tertawa, sedangkan Orlando menatap tajam Angelica. Ia berdiri sambil berkacak pinggang dan kali ini Angelica-lah yang tertawa karena ia melihat bibir Orlando memerah.

"Astaga... Kenapa kamu malah tertawa? Apa kamu tidak tau aku tadi begitu takut dan... Ya ampun aku tidak bisa percaya ini" Orlando menggeleng. Kemudian tatapannya tertuju pada cermin yang kini sudah pecah.

"Sudahlah, kamu berlebihan aku hanya tidak sengaja memecahkannya" Jelas Angelica sambil lalu.

Orlando yang kehilangan kesabaran mencekal tangan Angelica. "Kita harus bicara!" Ucapnya tajam.

Angelica menghela nafas. "Baiklah, mari kita bicara, tapi lepaskan dulu tanganmu"

"Kamu tidak bohong kan?"

"Apa kamu lihat aku sedang berbohong?"

Orlando menggeleng. "Baiklah" Ucapnya lalu melepas tangannya yang melingkar dipergelangan tangan Angelica dan detik itu juga Angelica langsung kabur ke kamar Lian.

"HAHAHAAA..." Tawa Dimas seketika pecah. Sedangkan Lian menyusul Angelica masuk kedalam kamarnya.

Orlando berdecak kesal.

"Sepertinya lo sudah banyak merubah Lica" Ucap Dimas sambil mendekati Orlando.

"Dan pusat perubahan Lica adalah gue" ucap Orlando diiringi seringaiannya.

Dimas tersenyum dan menepuk bahu Orlando. "Lo harus lebih bersabar, sepertinya Lica masih merasa trauma dengan kejadian dulu. Apalagi waktu di resto lo juga cuekin dia" Ucap Dimas.

Orlando mengangguk paham. Ia mengerti. Kadang yang terlihat mudah, sebenarnya tidaklah mudah karena semuanya memerlukan waktu.

"Ah lo bener, Dim!"

Kemudian Orlando berjalan mencari dapur hingga akhirnya ia menemukan dapurnya. Dan dengan cepat ia pun membuatkan hot chocolate untuk Angelica.

"Apa ini untuk Lica?" Tanya Lian ketika ia membuka pintu kamar dan mendapati Orlando sedang berjalan ke arahnya.

Orlando mengangguk. "Hm...tapi ini juga untukmu" kemudian Orlando mengangsurkan segelas hot chocolate pada Lian, dan Lian pun menerimanya dengan senyum tersungging dibibirnya.

"Makasih. Masuklah" Ucap Lian sebelum akhirnya ia beranjak menuju ruang tengah dengan Dimas yang ternyata mengekor dibelakangnya.

Sementara Orlando kini diam mematung begitu masuk kedalam kamar Lian.

"Apa kamu kesini hanya untuk berdiri disitu?!" Tegur Angelica sambil menatap tajam Orlando.

Orlando menghela nafas. Ia mendekati Angelica. "Aku membawakanmu hot chocolate. Aku harap kamu suka" Ucap Orlando.

Angelica terdiam. Ia berdiri dan mengambil segelas hot chocolate itu dari tangan Orlando. "Terima kasih dan maaf sudah membuat bibirmu mencium lantai" Angelica tersenyum geli. Ia meletakkan gelas yang dipegangnya diatas nakas dan gadis cantik itu langsung memeluk Orlando, membuat Orlando yang menerima pelukan mendadak dari Angelica terkesiap, tapi detik berikutnya Orlando pun membalas pelukan Angelica.

"Berhentilah bercanda, aku sedang tidak ingin tertawa" Ucap Orlando dengan nada dibuat sekesal mungkin.

"Hei, tapi aku sedang tidak bercanda"

"Kamu sangat menyebalkan"

"Ck. Menyebalkan juga karena kamu yang buat aku gini, lagian siapa suruh kamu mengabaikanku" Angelica sedikit menjauhkan tubuhnya dari Orlando lalu menatap Orlando dengan tatapan menyelidik. "Tapi tunggu... Hot chocolate yang kamu buat untukku itu bukan sogokan agar aku memaafkanmu kan? Hm... Kalau ya, lebih baik sekarang kamu keluar dari kamar ini karena aku ma..."

AngelicaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora