"Istirahatlah dulu, besok pagi baru ajak Lica bicara" Ucap Lian pada Orlando.

Orlando mengangguk. "Terima kasih" Ucapnya diiringi senyum tipis.

"Tidak masalah, Lica adikku, kamu tentunya tidak lupa itu" Lian menepuk bahu Orlando lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Orlando yang bersebelahan dengan kamar Angelica.

Sementara kamar Dimas sendiri bersebelahan dengan kamar Lian.

Baru beberapa detik Lian beranjak pergi, Angelica yang berniat masuk kedalam kamarnya mendadak menghentikan langkahnya.

"Tidak bisakah kita bicara?" Suara Orlando yang terdengar masih sangat marah membuat Angelica menghela nafas.

"Aku lelah, dan tidak bisakah saat ini kamu mengabaikanku saja seperti saat kamu mengabaikanku di resto" Ucap Angelica dingin lalu begitu saja masuk kedalam kamarnya.

Tubuh Angelica melemas merosot dan terduduk dilantai.

"Ya Tuhan" Angelica memeluk kedua lututnya dan menundukkan wajahnya. Ia tau Orlando sangat mengkhawatirkannya tapi ia masih diliputi kemarahan yang membuatnya bersikap dingin.

"Kamu tau, aku sangat mencemaskanmu, Lica. Maaf aku sudah membuatmu merasa terabaikan sewaktu di resto. Tapi aku yakin di dalam lubuk hatimu yang terdalam, kamu juga tau kalau aku tidak berniat mengabaikanmu" Ucap Orlando yang masih tetap setia berdiri di depan pintu kamar Angelica, dan itu membuat Angelica menatap lekat pintu kamarnya.

''Sayang kamu dengar aku kan? Aku mohon maafkan aku, aku sungguh menyesal" Orlando masih berusaha mengajak Angelica bicara dan kalau boleh jujur Orlando sangat ingin menghancurkan pintu yang sekarang menjadi pemisah mereka.

Ia menghela nafas dan menatap nanar pintu kamar Angelica.

"Baiklah, sepertinya kamu memang sedang ingin sendiri. Tapi sayang, aku sangat merindukanmu" Ucap Orlando lalu beranjak pergi dari depan kamar Angelica dan masuk kedalam kamarnya.

"Mereka memang perlu waktu" Gumam Dimas yang ternyata menyaksikan apa yang terjadi pada Orlando dan Angelica. Pria itu tersenyum kecil dan berjalan pelan menuju kamarnya.

"Apa kamu tau aku disini dari Al?"

Langkah Dimas seketika terhenti ketika suara Lian menyapa indra pendengarannya.

Pria itu menoleh ke samping kanannya.

"Ya... Dan ternyata Al jauh lebih tau banyak tentangmu" Jawab Dimas.

Lian tersenyum. Ia berjalan mendahului Dimas. "Al pernah mengantarku kesini, sebelum akhirnya kalian menjadikanku bahan taruhan" Ucap Lian kemudian masuk kedalam kamarnya dan itu sukses membuat Dimas terdiam.

PRANGG!!

Baru juga Dimas meresapi kesalahannya pada Lian. Ia dikagetkan oleh suara pecahan kaca.

"Astaga Lica" Dimas memekik histeris. Sedangkan Lian yang sudah masuk kamar seketika keluar dari kamar lalu berlari menuju kamar Angelica, begitupun dengan Orlando yang kini sudah ada di depan kamar Angelica.

Tidak bisa dijelaskan lagi bagaimana perasaan Orlando saat ini, pria itu begitu panik.

"Dobrak saja Lando" Usul Dimas dan mendapat anggukan dari Lian hingga akhirnya Orlando pun bersiap mendobrak pintu kamar Angelica. Namun naasnya dalam hitungan ketiga pintu kamar Angelica terbuka dan itu membuat Orlando tersungkur ke lantai. Sialnya lagi, bibirnya langsung mendarat mencium lantai.

Angelica melongo, sementara Lian dan Dimas tergelak geli melihat Orlando yang begitu mengenaskan.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak waras ya, dasar aneh" Ucap Angelica.

AngelicaWhere stories live. Discover now