Part 23 - Menahan Amarah

70K 5.2K 191
                                    

Makasih yaaa buat vote dan komen di part kemarennn :* :*

Aku tunggu vote and comment-nya yaaa

Makasih banyak :D

Semoga suka dgn part ini :D

Happy reading!

---------------------------------

Arjuna tersenyum lebar saat kakinya sudah melangkah di dalam kantor Olin. Tidak dipedulikannya setiap pasang mata yang memandangnya dengan tatapan kagum. Bahkan langkahnya sempat terhenti karena beberapa perempuan meminta berfoto dengannya.

Setelah sampai di lantai tempat Olin bekerja, Arjuna tidak sengaja bertemu dengan Panji dan Dika. Pria itu lalu menyapa sebentar dan kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan Olin.

"Mau ketemu Mbak Olin ya, Mas?"

Perhatiannya langsung tertuju pada seorang perempuan yang seingatnya adalah adik tingkat Olin. Rina.

"Iya nih, Olinnya ada di dalam kan?"

Rina berdehem sebentar. "Ada sih, Mas. Tapi kayaknya lagi ada tamu deh."

Panji dan Dika langsung saja melototkan matanya saat memandang Rina. Sedangkan perempuan itu meringis kecil, merasa bersalah. Tapi mau bagaimana lagi? Lebih baik jujur kan?

Lagipula sebenarnya selama beberapa hari ini, dia sedikit penasaran dengan hubungan Olin dan client mereka yang bernama Bagas itu. Panji dan Dika juga merasakan hal yang sama. Karena terlihat sekali kalau client mereka itu memandang Olin dengan tatapan yang kata orang adalah binar-binar cinta. Sedangkan Olin sangat terlihat tidak nyaman dan tidak suka saat selalu bertemu dengan pria itu. Karenanya mereka menduga-duga, ada sesuatu dia antara kedua orang itu.

Arjuna mengernyitkan keningnya saat merasakan kalau tiga orang di depannya ini sedang merasa seperti tidak enak. "Ada apa?"

Panji berdehem sekilas. "Nggak ada apa-apa. Masuk aja ke dalam, Mas."

Dika melototkan matanya, sedangkan Rina mengangakan mulutnya. Keduanya seakan menyiratkan kalimat, 'lo gila?!'. Dan Panji hanya membalas dengan mengedikkan bahunya.

Dahi Arjuna kembali mengerut melihat reaksi yang berbeda dari tiga orang di depannya ini. "Tamunya mau ngomongin masalah kerjaan ya?"

"Iya."

"Kayaknya sih iya, Mas."

"Kayaknya engga deh, Mas."

Ketiganya terdiam kaku. Rina dan Dika memandang Panji tidak percaya. Mereka sudah sepakat untuk tidak ikut campur dengan urusan Olin dan client mereka itu.

"Oh... oke," ucap Arjuna sedikit tak yakin karena jawaban ketiganya yang tidak sama. "Saya masuk dulu ya."

Setelah memastikan Arjuna sudah berjalan meninggalkan mereka, Rina memukul kencang bahu Panji. "Lo gila?!"

"Tau nih. Bisa-bisanya bilang begitu," gerutu Dika. Dia sedikit was-was juga kalau sampai Olin bertengkar dengan suaminya itu.

"Gue kan cuma mencoba jujur," balas Panji sambil mengusap-usap bahunya yang tadi dipukul oleh Rina.

Rina mencibir. "Tapi lo pikir dong. Kita tahu dengan pasti kalau Pak Bagas itu suka sama Mbak Olin. Sekarang lo justru bikin Mbak Olin dalam masalah karena Pak Bagas masih di sana!"

"Kacau lo, Ji. Kasian nih si Olin."

"Ck. Lo berdua tuh aneh tahu nggak? Olin kan udah bilang sama kita kalau dia ama Pak Bagas nggak ada apa-apa. Jadi kenapa kalian sewot?" Balas Panji tak mau kalah. "Sekarang gue tanya lo, Dik? Kalau lo ada di posisi Arjuna, apa yang akan lo lakukan? Lo pasti mau tahu hubungan mereka itu sebenernya apa. Gue yakin, si Bagas yang tergila-gila sama Olin. Jadi, sebagai sesama lelaki, gue cuma mencoba membuat kebaikan buat Arjuna. Biar dia tahu, kalau ada laki-laki lain yang ngejer-ngejer istrinya."

#1 | Love in Chaos [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang