●○ Empat ○●

4.6K 524 31
                                    

Gaeul sampai dikamarnya, dia menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Punggungnya masih bersender di pintu itu, tatapannya kosong. Sedetik kemudian, lelehan air matanya kembali mengalir deras.

"Jungkook mengidap penyakit kelainan jantung sejak kecil"

Perkataan itu terus terngiang dalam pikiran gadis itu, kakinya melemas. Perlahan Gaeul jatuh terduduk, menarik kedua lututnya dan memeluknya erat. Isakan tangisnya semakin menjadi. Hatinya begitu sakit, begitu hancur. Itu sebuah kenyataan yang sangat pahit dalam hidupnya.

Gaeul menjerit melepaskan semua rasa sakit dalam hatinya, berharap semua yang dikatakan Nyonya Jeon itu adalah sebuah kebohongan. Namun, ia tahu betul bagaimana Nyonya Jeon, dia tak akan berbohong.

"Kenapa bukan aku saja Tuhan?"

"Kenapa harus orang yang sangat aku cintai?"

"Ini menyakitkan!"

"Ini tidak adil!!"

Ucapan-ucapan itu keluar begitu saja dari bibir Gaeul, sungguh dia masih belum bisa menerima kenyataan itu. Gadis itu menjenggut rambutnya, frustasi.

Malam semakin larut, dan tangisan Gaeul pun tak kunjung berhenti. Air matanya terus turun dan membasahi kedua pipinya.
.
.
.

Matahari mulai bangun dari tidurnya, memancarkan sinar pagi yang begitu menyejukkan. Seorang Namja tampan tengah berjalan dengan santai, menggendong tas ransel berwarna hitam di punggungnya.

Ia menapaki kakinya pada koridor sekolah, senyumnya semakin melebar saat sorot matanya menemukan sosok gadis dengan rambut coklat yang terjuntai hingga setengah punggungnya. Gadis itu berjalan menunduk, menatapi lantai koridor. Langkahnya begitu gontai, tak ada semangat sedikitpun. Matanya masih merah dan membengkak.

Namja itu pun semakin mempercepat langkah kakinya mendekati gadis itu.

"Gaeul-ah?" panggilnya

"Ne?" Gaeul mendongakkan kepalanya, ia tahu itu suara Jungkook. Sudut bibirnya memaksakan senyum, yang bahkan terlihat menyedihkan

"Kau kenapa Gaeul-ah? Apa k-kau sakit?" Jungkook memegang dahi Gaeul, tersirat kecemasan di wajahnya.

"Aniyo, Gwaenchanha" Gaeul kembali memaksakan senyumnya.

"Kenapa matamu merah dan bengkak seperti itu?"

"A-ahh ini.. emm.. aku kurang tidur Jungkook-ah"

"Begitu?" Jungkook menautkan alisnya, heran.

"Tapi, kau seperti habis menangis? Apa kau baru saja menangis?"

"Tidak. Kajja Jungkook-ah" Gaeul menautkan jemarinya pada jemari Jungkook. Gadis ini semakin memperlihatkan senyum lebarnya, senyum palsu yang dibuatnya untuk menutupi semua kesedihannya. Mungkin saat ini Gaeul bisa dikatakan memiliki dua wajah. Tapi semua ini dilakukan untuk orang yang sangat dicintainya, Jungkook.

.

Atap sekolah, tempat yang paling sering dikunjungi Gaeul dan Jungkook. Seperti biasanya, mereka menghabiskan makanannya di sini. Sambil menikmati semilir angin yang berhembus kearah mereka.

"Jungkook-ah?"

"Ne?"

"Akhir pekan ini, ayah dan ibu ku akan pergi ke Jeju" ucap Gaeul seceria mungkin

"Lalu?"

"Ani, hanya memberitahumu saja"

"Ah, bagaimana akhir pekan mu? Kau mau pergi kemana?" Tanya Gaeul

Hug Me Just One Time [REVISI]Where stories live. Discover now