Move On - 21. I Don't Know (Christal POV)

1.2K 58 3
                                    

Gue bingung dengan keadaan gue sekarang. Gue gak tau kenapa gue bisa-bisanya di Rumah Sakit. Dan kepala gue diperban gini.

Ray. Apakah itu nama cowok yang pertama kali gue buka mata? Ya, mungkin. Dia datang entah dari mana dan tiba-tiba aja dia udah ada didepan gue.

Dia orang pertama yang gue pandang saat gue buka mata tadi. Yang bikin gue herannya, yaitu kenapa dia bisa berada disini? Di Rumah Sakit maksud gue dan dia datang sendirian. Dia memasuki ruang kamar gue tanpa izin.

Dan Mama gue mana? Apa Mama gak tau soal ini? Apa Mama gak takut gue diapa-apain sama orang yang gak dikenal? Mama kemana sih? Gue takut kalau bersama orang yang belum benar-benar gue kenal.

"Udah dari tadi lo disini?"

Terdengar suara orang yang gak pernah gue dengar sebelumnya. Gue diem, gak ngelakuin apa-apa selain mendengar semua percakapan seseorang diluar sana. Apa mungkin dia berbicara dengan Ray ya?

"Ya."

"Gue mau masuk dulu," ujar orang itu.

Jujur, gue ketakutan sekarang. Gue harus pergi kemana kalau orang yang gak gue kenal itu masuk ke ruang kamar gue?

"Gak! Dia baru mau istirahat," bela Ray.

Ah! Untunglah. Gue kira gue bakalan dimasukin sama orang yang gak gue kenal. Beruntung juga sih, kenal sama Ray si anak kelas sebelah.

"Bukannya dia udah istirahat begitu lama?"

Sepertinya orang itu bersikeras untuk masuk ke kamar gue. Gue harus pura-pura tidur atau sembunyi ya? Kalau misalnya dia tetap mau masuk, gue harus gimana? Gue kan, gak bisa bohongin orang.

"Dia baru aja sadar tadi. Dan Dokter menyuruhnya untuk istirahat."

Wah, sepertinya Ray adalah penyelamat gue. Bagaimana tidak? Dia nyelamatin gue dari orang yang gak gue kenal yang pingin masuk ke ruang kamar gue sekarang ini.

Beruntung juga dia keluar dari kamar gue. Ya, walaupun tadi dia nyuruh gue buat istirahat, tetapi gue gak mau. Kayaknya badan gue sakit-sakit semua. Kenapa ya? Dan kepala gue sedikit sakit. Apalagi mata gue serasa perih dan agak susah melihat, tetapi masih bisa melihat walaupun agak kabur.

Gue beranjak dari tempat tidur gue dan melangkah kearah kamar mandi sekedar mencuci muka. Mungkin karena gue belum cuci muka, makanya mata gue agak sedikit kabur.

Setelah itu, gue kembali lagi ketempat tidur gue. Gue menarik selimut tersebut sampai ke dada gue dan gue pun mulai menerawang menatap langit-langit kamar gue ini.

Yang terlintas dipikiran gue itu hanyalah sebuah pertanyaan. Dan pertanyaan itu gak bisa gue jawab sendiri. Sepertinya gue harus menanyakan semua itu kepada orang-orang yang gue tanyakan.

"Kenapa gue gak bisa mikir apa-apa?"

Pertanyaan itu terlintas dipikiran gue.

"Kenapa gue gak bisa ingat hal terakhir yang gue lakukan?"

"Kemana pikiran gue yang terakhir kalinya?"

"Oh iya, kabar Harris gimana ya?"

Entah kenapa gue memikirkan Harris. Rasanya pingin gue chat Harris sekarang hanya sekedar menanyakan kabarnya. Tapi bagaimana? Dia kan, di asrama. Di asrama mana boleh memakai handphone jika tidak perlu.

Huft! Gue gak tau melakukan apa lagi selain menghembuskan napas keluh gue ini. Mau tidur? Gak bisa, soalnya mata gue gak mau nutup. Mau keluar? Infus aja masih ditangan, ditambah lagi kalau digerakkan sakit. Mau ngapain apa lagi ya?

Ceklek!

Suara pintu ruang kamar gue terbuka lebar dan tentu saja membuat gue menatap kearah pintu. Gue segera duduk dari tidur gue dan menatap lekat orang yang berdiri dengan wajah yang tidak percaya menatap gue diambang pintu.

"Ch-christal?" Panggil wanita paruh baya itu dengan gugup.

Gue tidak mengenalnya, tetapi sepertinya gue pernah mendengar suara itu. Seperti suara Mama gue. Bukannya gue menyahut panggilannya, tetapi malah memiringkan kepala karena bingung.

"Kamu udah sadar, Nak?" Tanya wanita itu lagi mendekati gue.

Dia menempelkan kedua telapak tangannya dipipi gue dan membingkai seluruh muka gue.

"Mama?" Tanya gue.

"Iya. Ini Mama, sayang." Ucap wanita itu lagi.

Dan sekarang gue percaya kalau yang didepan gue sekarang ini mama gue. Gue memeluk Mama gue dan menenggelamkan wajah gue dipelukannya.

"Mama senang kamu udah bangun," bisik Mama gue.

"Mama, Christal gak bisa ingat apa-apa. Christal takut."

"Mungkin ini karena kamu terlalu banyak istirahat dan apalagi kamu baru bangun dari koma kamu," ucap Mama.

Koma? Dan baru bangun? Maksudnya apa ini? Sumpah, gue gak ngerti sama sekali.

"Maksudnya apa, Ma?" Tanya gue melepaskan pelukan.

Mama menatap gue dengan pandangan sendunya. Ia mengusap wajah gue dengan lembut.

"Kamu kecelakaan terakhir kali, Nak. Dan kamu koma, kamu mengalami pendarahan di otak kamu."

Ha?! Kecelakaan? Pendarahan di otak? Apa maksud semua ini? Gue gak ngerti sama sekali dengan percakapan ini?

Tiba-tiba dari belakang, ada tiga orang cewek datang menghampiri gue dan Mama. Gue menjauh dari mereka saat mereka mencoba lebih dekat dengan gue.

"Kalian siapa?"

"Lo gak ingat sama kita lagi, Chris?" Tanya seorang cewek berambut lurus sebahu.

Gue memegang kepala gue yang terasa berdenyut dan gue meringis kesakitan. Tapi, gue tahan.

"Chris?" Panggil salah satu dari mereka.

Sepertinya gue mengenal mereka, hanya saja gue lupa manggil mereka apa.

"Gue gak ingat nama kalian," ucap gue membuat mereka saling pandang.

"Maklum, Nak. Christal baru bangun, makanya dia agak lupa sama nama kalian." Ucap Mama gue.

Mama gue kayaknya udah sangat mengenal mereka. Dan apa mungkin ini orang yang gue minta panggil sama Ray?

"Gue Abel," ucap cewek yang berambut lurus sebahu tadi.

"Gue Vanie," ucap cewek yang berambut ikal diatas bahu.

"Dan gue Seira," ucap cewek yang sepertinya dia tomboy.

Gue kayaknya lagi terserang deja vu deh. Apa ini mimpi atau gimana ya? Dimimpi gue juga pernah ngebahas ini.

Sumpah deh! Ini kayak pernah terjadi di kehidupan gue dan kayaknya gue perlu ingatan gue yang lebih buat ngingat semuanya.

Mata gue berkunang-kunang seakan-akan tidak dapat melihat dengan jelas. Dan rasa nyeri dikepala gue juga menyerang.

"Aduh!" Ringis gue.

"Chris?!" Panggil seseorang yang tak dapat jelas gue lihat dan gue dengar.

"Ma," panggil gue lirih.

"Panggil Dokter cepat!"

Argh! Gue gak tahan dengan ini. Gue memegang kepala gue yang rasa nyerinya menjalar keseluruh tubuh. Dan gue gak mempedulikan tangan gue yang masih dipasang infus itu ikutan terasa sakit.

Entah apa yang terjadi lagi setelah itu, karena pandangan gue sudah menghitam.

____________________________________

*To Be Continued*

A/n : Wahaha! Sekitar sejam nih, Cha bikin lanjutan chapter cerita ini. Alhamdulillah, akhirnya terlaksana juga kewajiban :v Maaf buat para readers yang selalu setia menunggu kelanjutan cerita ini. Vote and comment(s) don't forget. Thanks.

Ukyoukanade (06.04.16)

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang