"Jadi kita pisah di sini ya?" tanya Trisya pada Velvet, lalu melirik Manda, saat berada di pintu masuk pemegang tiket Festival.

Velvet mengangguk. "Jagain temen gue nih, Man. Suka ilang," katanya pada Manda yang baru saja kenal Trisya kemarin —hasil dikenalkan Velvet.

Manda mengangguk mantap. "Pasti."

Velvet tersenyum hambar, lalu menoleh ke kanan dan kiri. Venue konser sudah ramai didatangi para penonton. Ada yang sibuk dengan atribut, ada yang masih mengisi perut, hingga bernyanyi walau gerbang masuk bahkan belum dibuka.

"Yaudah, gue ke gate gue ya," kata Velvet sambil memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Lagian lo sih, Vel. Aneh-aneh aja beli di Tribune A," ujar Trisya. "Untung ngga Tribune B yang paling jauh."

Velvet tergelak —formalitas. "Gue ngga ada uang, Tris."

"Ngga ada uang gimana?" balas Trisya sambil melotot. "Pasien lo tiap hari ngantre segunung-gunung, novel lo minggu depan naik cetak, terus lo bilang lo ngga ada uang?"

"Gue kan masih harus bayar apartemen, beli bu—"

"Lo mau ngindarin Luke kan, Vel?"

Ya. Jawabannya ya. Tidak salah lagi.

Velvet menggeleng lemah. "Nggalah. Kalo gue ngindarin mah sekalian aja gue ngga nonton," katanya asal. "Udah ah nanti gue paling belakangan nih masuknya."

Dengan itu, Trisya memeluk Velvet erat-erat, memastikan sahabatnya itu baik-baik saja. Lalu giliran Manda yang kini rambutnya berubah menjadi warna biru langit, yang juga mengelus punggung Velvet dengan empati.

Sendirian, Velvet berjalan menuju gate Tribune A. Ia sempat berharap ada topi Bintang atau apa pun itu jatuh sembarangan lagi di kawasan luar venue yang akan kembali menuntunnya pada Luke. Tapi angan itu langsung ditepisnya, selaras dengan gerakan tangannya menyeka air mata.

"Jakarta, make some noiseeeee!" teriak Calum melalui mikrofon. "Oh my God, you guys are so loud!"

"I know it's been a long time since we made a promise to come back here, but hey, here we are!" tambah Ashton dari balik drum set-nya.

Luke tersenyum pahit, terlihat jelas dari layar besar di sisi panggung. "Yeah, it's been a really long time."

"And guys, there will be a special song from our friend, Luke Hemmings!" lanjut Michael, melirik Luke yang sedang membenarkan posisi ear piece-nya.

Luke mengangguk, lalu ia mengedarkan pandangan ke penjuru venue, mencari seorang gadis yang masih menjadi penghuni nomor satu hatinya setelah sekian lama.

There she is! jerit Luke dalam hati saat menemukan Velvet di barisan tengah.

Mereka bertemu pandang, lalu Luke tersenyum lebar sekali sampai-sampai matanya nyaris berair.

"So, actually this song is not in the setlist but I added it for some reason," katanya, tidak berusaha memindahkan matanya dari Velvet. "for a reason."

Lampu di panggung kini hanya menyala satu; mengarah pada Luke. Jemari pria itu bergetar, namun sebisa mungkin ia memainkan lagu ini dengan baik. Ia tahu ini kesempatan terakhirnya.

This is everything I didn't say

Wait, don't tell me, heaven is a place on earth
I wish I could rewind all the times that I didn't show you what you're really worth

Middle Row ♪ Hemmings | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang