30

12.5K 2K 985
                                    

Luke, lagi-lagi, harus berhadapan dengan pintu rumah Velvet. Ia menarik napas, lalu menghelanya perlahan. Buku-buku jarinya diarahkan ke pintu, mengetuknya pelan.

Malam tadi, Luke, Ashton, Calum, dan Michael membuka dua kamar hotel dekat rumah Velvet —menunggu penerbangan keesokannya. Jika saja bisa, Luke akan tetap tinggal di rumah Velvet, menghabiskan malam terakhirnya di Jakarta dengan gadis itu.

Pesawatnya akan lepas landas pukul dua siang hari ini. Dan untuk meredam rindu yang seperti tiada berkesudahan di dadanya, Luke menyambangi rumah Velvet —this is the best he could do.

Setelah tiga menit menunggu, pintu itu terbuka. Seperti dugaannya, Ibu Velvet-lah yang harus ia hadapi pertama kali.

"Is there anything else that I can help you with, Luke?" tanya beliau dingin.

"I want to meet your daughter before I leave."

Meski berat, Ibu Velvet akhirnya memanggil anaknya di ruang makan. Lalu Velvet terlonjak ketika mendengar Luke berada di depan pintu.

"Hi," sapa Luke, tersenyum pahit.

Dengan ekspresi yang sama, Velvet balik menyapa, "Hi."

"I'll be leaving this noon."

Velvet menatap Luke statis —tidak menyangka akan secepat itu laki-laki ini pergi.

"I-it's okay, Vellie," ujar Luke terbata, ingin memeluk Velvet namun takut karena ada Ibunya.

"Where are the others?"

"In the car right there." Luke menunjuk sebuah mobil yang terparkir di depan gerbang rumah Velvet. "We'll go to the airport after this."

"Ma." Velvet menoleh pada Ibunya. "Aku ikut nganter ya, Ma?"

Ibu Velvet menggeleng. "Ngga, Sayang."

"Ma, plis. Sekali aja," mohon Velvet dengan sepenuh hati.

Sang Ibu memijat kening, sesekali melirik Luke yang berdiri dengan wajah polos di hadapannya.

"Ma?" ulang Velvet. "Sekali. Ini yang terakhir."

Terakhir.

Mendengar kata itu, Ibu Velvet menoleh. Anaknya sudah hampir menangis. Sesungguhnya beliau pun tidak sampai hati melihat anak tunggalnya itu nelangsa.

"Yaudah," ujar Ibu Velvet pada akhirnya. "Abis itu langsung pulang."

Lalu beliau melenggang ke masuk dalam rumah, meninggalkan Velvet dan Luke berdua di ambang pintu.

"What did you say to her?"

"I said I wanted to accompany you to the airport," kata Velvet sambil tersenyum. "And she said yes."

Luke tersenyum juga. Jangan tanya kenapa; senyum manis gadisnya itu menular.

Karena masih ada empat jam lagi sebelum penerbangan dan Michael yang sudah meraung-raung kelaparan, maka Velvet menginstruksikan si supir suruhan Dave itu berhenti di Rumah Makan Sederhana.

Velvet turun dari mobil, membeli dua potong ayam pop, tiga buah rendang, dan lima porsi nasi, lalu kembali lagi.

"Why can't we eat inside, Velvet?" tanya Calum sambil menggigit rendangnya.

"Maybe you'll be mobbed?" jawab Velvet, setengah balik bertanya. "Move a little bit, Ashton. I wanna get in."

Ashton berusaha menggeser posisi duduknya, namun gagal karena Michael yang sibuk makan sulit diajak kompromi.

Middle Row ♪ Hemmings | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang