7

1.2K 101 5
                                    

Sabrina POV

Ini adalah minggu ke 7 aku bersekolah, dan selama itu juga dia tidak masuk, dan anehnya tidak ada satupun yang perduli, kecuali Barbara.

Seperti biasa, jam pelajaran pertama akan dimulai 5 menit lagi.

Tapi guru biologi yang dikenal guru paling rajin itu sudah berada di ambang pintu kelas, bersiap untuk masuk ke kelas. Tentu saja gerutu para murid tidak terelakkan.

"Sudah, tenang semuanya. Ketua kelas tolong siapkan" seketika gerutu para murid terhenti beriringan dengan suara lantang ketua kelas yang kuketahui bernama Alam Noegroho.

Setelah semuanya sudah tepat pada posisi, bu Ainun mulai pelajaran tanpa mengabsen, ya itu memang kebiasaan bu Ainun, dia akan mengabsen pada akhir jam pelajaran.

"Silahkan bentuk kelompok, tiap kelompok 5 orang"

Nadia, Barbara, dan aku sekarang sudah berteman dan bisa dibilang cukup akrab. Dan karena itu dibentuklah kelompok yang beranggotakan kami bertiga, dan sisanya akan dipikirkan oleh Nadia dan Barbara.

Mulailah mereka berbincang, Barbara tentu akan memasukkan orang itu ke kelompok kami,

"Gue gak mau tau, my prince Riko harus masuk ke kelompok kita"

"Iya deh, iya."

"Kita udah berempat, satu orang lagi, gimana kalau si ketua kelas?"

"Gak usahlah Barb. Dia orangnya nggak sans, nanti kita kerja kelompoknya malah nggak rileks lagi."

"Biarin aja kali Nad. Kan bagus, kerjaan kita bisa cepet selesai"

"Serah lu ae lah"

Setelah lama berbincang akhirnya mereka memutuskan untuk merekrut Riko dan Alam sebagai pelengkap kelompok kami.

Tapi sepertinya ada yang salah, mereka bahkan belum meminta persetujuan dari kedua orang tersebut dan sudah mematenkan nya.

"Memangnya dia mau satu kelompok sama kita?" Ucapku memberanikan diri untuk meluruskan hal ini.

"Pasti" jawab Barbara dengam mantap. aku mengernyit. Kenapa dia terlalu percaya diri?

"nggak akan ada yang mau sekelompok sama dia. Dia itu dingin, gak bisa berbaur, apa-apa dianggap serius sama dia, istilahnya dia itu untouchable lah. Sebenarnya gue juga gak mau sekelompok sama dia, dia itu kejam, kalau lo gak ikut berpartisipasi dalam kerja kelompok, lo bakal di kick out, dia juga pelit dalam hal bagi-bagi jawaban. Tapi gara-gara si Barbara ini nih, gue kepaksa harus sekelompok sama dia" seperti nya Nadia paham dengan ekspresi ku. Dia menjelaskan dengan detail.

"Jadi intinya? " ulasku.

"Lam. Sekelompok sama kita, ya?" Tutur Barbara tiba-tiba mengalihkan diri.

"Tidak usah. Gue udah bilang ke bu Ainun gue mau kerja sendiri aja tugas yang dia kasih, dan Bu Ainun setuju" balas sang ketua kelas tanpa menoleh ke arah Barbara.

"Tidak lagi Alam. Alasan saya menyetujui pemintaan kamu karena kamu bilang tidak ada yang mau sekelompok dengan kamu. Tapi nyatanya ada,kan? Kamu masuk di kelompoknya Barbara. Oke? " ujar Bu Ainun yang entah dari mana tiba-tiba bersuara.

"Baik bu" dia penurut ternyata.

"Baik. Semuanya sudah ada kelompok,kan? Jadi pertemuan berikutnya kita lakukan percobaan untuk mengetahui kerja jantung. Jadi, nanti masing-masing kelompok bawa katak atau kodok hidup, sarung tangan karet, masker, dan lain-lain" terang bu Ainun, 1000 oktaf.

"Bu. Jadi sekarang kita ngapain?" Tanya seseorang dari ujung ruangan.

"Sekarang buka buku kalian, lihat prosedur pembedahan, dan diskusikan"

"Lam, ke sini" bisik Barbara namun masih bisa terdengar dalam jangkauan sekitar 180 cm. Orang yang dimaksud Barbara pun menoleh dan menurutinya.

"Yang bawa kodok pasti cowok, karena gak mungkin kita para cewek yang mau nangkep kodok." lanjut Nadia pada Alam yang baru saja menempelkan bokongnya di bangku kayu yang tersedia. "Sisanya biar kita bertiga yang urus" lanjutnya.

"Gue masih dibutuhkan di sini? Gue bisa ke tempat duduk gue lagi, gak?" Ucap ketua kelas itu. Nadia menatap sinis sambil ber-cih. Barbara menyenggol sedikit bahunya,

"Ya udah. Silahkan" tambah Barbara tersenyum ramah yang dibalas dengan kepergian sang ketua kelas.

LIFE GENRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang