* * *

Di tengah perjalanan, Nayla meminta Rafa untuk mengantarnya pulang. Nayla membatalkan niatnya untuk ke toko buku. Hal tersebut sontak membuat Rafa heran. Tapi tak ada yang bisa Rafa lakukan selain menuruti perintah Nayla.

Rafa tiba di rumah Nayla. Sesegera Nayla turun dari motor dan melepas helm yang ia gunakan.

"Makasih, ya, Raf." Kata Nayla sambil menyerahkan helm-nya ke Rafa.

Rafa tersenyum lalu mengambil helm yang diberikan Nayla.

"Sama-sama."

"Oh, ya, besok lo mau gak jemput gue?"

"Jemput? Maksudnya berangkat ke sekolah bareng?"

"Iya."

"Mau, gue mau."

"Oke, sampai jumpa besok."

Rafa bahagia bukan main saat Nayla mengajaknya pergi sekolah bersama. Suatu hal di luar dugaan. Rafa merasa memiliki peluang untuk semakin dekat dengan Nayla.

Begitu Nayla sudah masuk ke dalam rumah, Rafa langsung bergegas pulang. Sesampainya di rumah ia langsung ke kamar. Di dalam kamar, Rafa melompat-lompat gembira. Namun, kegembiraannya terhenti saat Farel membuka pintu kamarnya.

"Bahagia, banget." Ucap Farel.

Rafa cengengesan, "Baru pertama kali pulang sama gebetan, jadi ya gini."

"Lo suka banget sama dia?"

Rafa mengangguk.

"Gue udah suka sama dia sejak lama. Cuma baru sekarang bisa dekat."

"Oh, jadi kue yang lo beli waktu itu, untuk dia?"

"Iya, gimana? Dia cantik kan?"

"Lumayan."

"Beruntung lo bisa satu kelas sama dia. Gue benar-benar kesal saat tahu lo masuk di kelas dia. Padahal lebih asik kalau lo satu kelas sama gue."

"Gue juga kesal kenapa gue masuk kelas itu, ceweknya sama sekali gak ada yang cantik." Jawab Farel lalu tertawa.

"Ada, kok."

"Siapa?"

"Banyak, salah satunya Nayla."

"Nayla mulu. Mentang-mentang pulang bareng."

Rafa tertawa. Ia benar-benar tak bisa menutupi rasa bahagianya.

"Oh, ya, besok lo perginya diantar supir aja. Soalnya gue bakalan berangkat bareng Nayla."

Wajah Farel seketika berubah menjadi datar. Ia melihat raut kebahagiaan di wajah Rafa. Rasa cemburu kembali hadir dalam hatinya. Farel menggeleng cepat. Membuang rasa yang tak pantas ia rasakan. Keputusannya untuk putus hubungan dengan Nayla, membuat dirinya harus siap menerima kenyataan jika Nayla sudah menemukan penggantinya. Meskipun orang itu adalah saudaranya sendiri.

"Rel." Panggil Rafa, karena sedari tadi Farel hanya diam.

"I-iya. Besok gue perginya diantar supir aja."

* * *

Farel turun dari mobil berpapasan dengan datangnya Rafa dan Nayla. Rafa mengklakson, membuat Farel menatap saudaranya dan mantan pacarnya yang kini melewatinya.
Nayla menatap Farel sekilas. Berharap pria itu menunjukkan suatu reaksi. Tapi anehnya, Farel malah tersenyum, sambil melambaikan tangannya ke Rafa.

Motor Rafa berlalu memasuki area parkir. Di sana sudah ada Adit dan Nico. Keduanya sengaja menunggu di atas motor. Lebih tepatnya menunggu Rafa.

Rafa memarkirkan motornya di samping Nico. Kedatangannya membuat Nico dan Adit ternganga. Pasalnya Rafa tidak sendirian. Tidak pula bersama Farel. Tapi, bersama Nayla. Suatu kejadian langka bagi mereka. Karena mereka tahu betul bagaimana Rafa. Jangankan berangkat bareng ke sekolah. Bersikap baik saja pada Nayla tidak bisa.

Nayla turun dari motor.

"Raf, gue ke kelas duluan, ya. Soalnya mau ngerjain PR." Ucap Nayla terburu-buru.

Rafa mengangguk, kemudian Nayla pergi meninggalkannya. Adit menatap kepergian Nayla, heran. Lalu pandangannya beralih pada Rafa yang senyum-senyum tidak jelas.

"Kok bisa, ya..., kemarin Nayla minta temenin ke toko buku. Terus hari ini, lo berangkat bareng sama dia."

"Mungkin mata batin Nayla udah kebuka."

"Mata batin? Lo pikir dia hantu." Sahut Rafa, kesal.

"Maksud gue hatinya udah kebuka."

"Mantap lo Raf. Akhirnya bisa dekat juga sama doi... Nico udah jadian sama Popy. Lo udah dekat sama Nayla. Gue?" tanya Adit, merasa dirinya yang kurang beruntung.

"Sabar, Dit. Ntar gue jodohin lo sama Melani."

"Ogah. Amit-amit. Jangan sampai." Tolak Adit mentah-mentah. Mendengar nama Melani saja ia sudah jijik. Apalagi harus bertatap muka dengan wanita itu.
Adit ingat betul bagaimana dulu ia mengerjai Melani. Ia menyatakan perasaannya kepada Melani. Membuat wanita itu ge-er. Melani yang terkenal baper, dan suka dengan banyak pria langsung mengejar-ngejar Adit. Bahkan sering menghampiri Adit saat jam istirahat. Namun, Adit selalu memaki wanita itu. Bukan tanpa alasan Adit melakukannya. Jika saja Melani cantik, Adit tak akan bersikap seperti itu. Tetapi Melanu memiliki paras yang kurang enak untuk di lihat. Giginya maju ke depan. Bahkan jika di ajak bicara, kadang tidak nyambung. Membuatnya menjadi bahan bully-an di sekolah.

Jangan lupa vote❤

Hello Nayla [TAMAT]Where stories live. Discover now