Book 1, Chapter 1: Evolution

30.5K 1.4K 90
                                    

[Tahun 2522]

Pagi itu pagi biasa, yang dimulai dengan sebuah siklus ajaib yang tuhan ciptakan yaitu, siklus terbitnya matahari dari sebelah timur dan terbenam sebelah di barat. Sinar mentari menyusup melalui celah-celah kamar, membentang membentuk garis terang dan berlabuh di wajah seorang pemuda.

Matanya mulai bergerak sesaat setelah sorot cahaya mentari merangsang indera penglihatannya. Merasa terganggu, pemuda itu membuka matanya dan berusaha untuk duduk di kasurnya.

"Hoam"

"Hmm.."

Pemuda itu terbangun sambil mengusap kedua matanya, berusaha mengumpulkan fokus dan kesadarannya. Membentangkan kedua tangannya, sambil menarik nafas panjang.

Tanpa menunggu lama kedua kakinya menapaki lantai kamar dan berjalan ke arah wastafel untuk membasuh muka dan menyikat giginya, diperiksanya dengan seksama seluruh sudut mulutnya, setelah memastikan bahwa keadaan mulut dan giginya baik pemuda itu berjalan menuruni 15 anak tangga yang membawanya ke lantai satu rumah orang tuanya.

"Ayah..."

"Ibu.."

"David..?!" Pemuda itu memanggil kedua orang tuanya juga adik kecilnya dengan sedikit berteriak.

"Kemana semua orang??" Pikirnya dalam hati.

Tak lama berselang pemuda itu menggumam, seolah membatalkan pertanyaannya sendiri,"Ah sudahlah, tak usah dipikirkan, mungkin ada masalah di peternakan? Ibu mungkin sudah mulai bekerja"

"Hmm sarapan sehat agar kuat bekerja hari ini!" Ujarnya.

berbicara sendiri sudah menjadi kebiasaannya semenjak kecil. Entah mengapa tapi pemuda itu telah terbiasa melakukannya, aneh memang. Tapi bukankah kita semua memiliki keunikan masing-masing?

Tanpa pikir panjang pemuda itu mengambil piring, sendok, dan garpu kemudian mulai menyantap makanan di hadapannya seperti serigala kelaparan. Jam menunjukkan pukul 09:00 pagi. Pemuda tersebut bangun lebih lama dari biasanya, dan tertinggal jadwal hidup rutin yang biasanya ia lakukan.

"Wow, enak sekali!"

"Terimakasih untuk makanannya," Ujar pemuda itu menepuk kedua tangannya sambil memejamkan matanya, mengucap syukur atas berkat dan rizki yang mahakuasa.

Pemuda itu adalah Vincent Wijaya, berusia 20 Tahun. Wajahnya oval meski tidak sempurna, rambut hitam pendek yang berkilau dan mata cokelat khas orang daratan asia, tubuhnya tidak besar dia hanya memiliki tinggi 170 cm, senyum manis menempel jelas di wajahnya dan ditambah dengan kumis tipis di atas bibirnya. Vincent tidak dapat dikatakan tampan, tapi setidaknya tidak terlihat terlalu buruk juga. Meski begitu, senyumnya mampu meluluhkan hati wanita walau dia tidak pernah menyadari hal itu.

**

Aku mengganti pakaianku, seluruh laki-laki di atas umur dua belas tahun di haruskan bekerja untuk pemerintah. Keluarga bekerja sebagai peternak untuk menyediakan makanan pada seluruh tentara dan otoritas pemimpin kota.

Keluarga kami cukup beruntung sebetulnya, sebagian perlu menjadi buruh tambang, tempat yang berbahaya. Sebagian menjadi petani di dekat perbatasan, yang cukup berbahaya karena serangan mahluk-mahluk aneh yang kerap bermunculan.

"Berangkat!"

Aku berjalan keluar rumah dan tidak lupa mengunci pintu seperti biasa dan meletakkannya di bawah karpet di depan pintu, rumah kami tidak besar, seluruh rumah penduduk hampir sama. Tersusun dua lantai dengan luas delapan puluh meter persegi.

"Halo!" Ucap ku menyapa tetangga, seraya aku berjalan ke arah peternakan. Orang-orang menghormati ayah dan ibu karena mereka adalah orang yang baik dan pekerja keras, sehingga aku mengenal hampir seluruh tetangga dekat rumahku.

The Terror of Evolution (Book 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang