Izaya langsung melihat kearah lain. Aku bukan gay, aku bukan gay, aku bukan gay--

Pikiran yang seperti kereta itu akhirnya berhenti ketika Shizuo masuk kedalam air. Beruntung saja Izaya sedikit berada di tengah dan Shizuo diujung dekat bebatuan. Dia lalu berbalik, membiarkan Shizuo melihati punggungnya saja.

Duduk di dekat bebatuan, Shizuo menghela nafasnya. Kulitnya yang sedikit sakit karena luka yang diterimanya itu terasa nyaman (dan nyeri) ketika bertemu dengan air dingin ini. Dia lalu menyelam, untuk membasahi rambutnya dan naik kembali ke permukaan.

"Hoi."

Tubuh Izaya mengejang.

"Ngapain sih, punggungin gue?"

Eelah pakai gue gue an lagi!! Pikir Izaya kesal. Dia lalu berbalik kearah Shizuo dan membuka mulutnya untuk menyela... tapi pemandangan didepannya membuatnya bungkam. Disana, duduk Shizuo dengan rambut pirangnya yang basah dan tampak sangat--- seksi...

Arghh aku sudah gilaaa!!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sebentar, Izaya kemana ya? Bentar lagi waktunya makan malam dan kita akan pergi ke gedung apalah itu kan?" Shira mengeringkan rambutnya. Beruntunglah rambut itu sudah Izaya potong, jadinya hanya sampai punggungnya saja saat digerai.

"Mungkin dia sedang bersama Shizuo-san." Yusa menjawab sambil mengikat rambutnya yang sudah kering. "Maklumlah. Shizuo-san sepertinya mencintai Izaya... atau nafsu?"

"Kalau dia bernafsu dengan Izaya akan kupotong anu-nya," Shira berkata dengan enteng. Dia lalu bergerak untuk mencari jaket yang tadinya dia gunakan. Mengenakan tank top ini tidak nyaman.

"Pffft!!"

Suara tertawa itu refleks membuat kedua gadis itu melihat kearah sumber suara. Seorang pemuda tinggi dengan rambut coklat tua, dan mata biru tua yang mengingatkan mereka berdua akan dalamnya laut. Misterius. "Siapa kau?" Yusa langsung mengeclos.

Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa ingin tau namaku?"

Yusa, yang selesai menyisir dan mengikat rambutnya, berdiri. Dia masih belum mengenakan sepatunya; masih menggunakan kaos kaki. "Kau SKSD terhadap kami. Dan seharusnya laki-laki sedang mandi sekarang. Kenapa kau disini? Ingin mengintip?"

Ouch, Shira meringis. Dia bisa membayangkan betapa sakitnya kalimat itu.

"Oh, Nona yang baik," Sarkasme yang ada di sebutan itu tampak tidak berpengaruh terhadap Yusa. "Aku tidak ingin mengintipmu. Dan juga, aku sudah selesai mandi. Aku hanya menertawakan temanmu yang disana. Yang belum cukup dewasa untuk mengatakan kalimat vulgar seperti itu."

"Oh well, aku sudah tau 'bentuk' anu laki-laki. Dan juga, aku sudah menonton berbagai macam porno. Mulai dari straight, lesbian, bahkan gay. Aku tidak ingin kau mengejekku ataupun menertawakanku oke? Kita damai saja." Shira memutar bola matanya dan mengenakan kaosnya dibalik tank topnya. Dia lalu mengambil jaketnya dan juga ikat rambutnya.

"Ikatkan dong!" Shira meminta kepada Yusa yang mendapat senyuman dari gadis itu. Sementara pemuda yang belum ketahui namanya itu hanya melihati mereka dengan bertopang dagu.

Sebelum para laki-laki keluar. 3/4 dari mereka sudah mengenakan baju, dan satu orang dengan hanya handuk melingkar di pinggangnya datang. Rambut coklat kemerah tuaan miliknya basah dan masih bertetesan dengan air. "Eerr, siapa ya?" Shira berkata saat pemuda itu mengambil celana dan kaos hitam milik Dauntless.

Pemuda Adonis itu tertegun dengan mulut cengo melihat Shira. "Hoi..." ucapnya pelan.

Yusa tertawa lepas, mengagetkan pemuda yang belum diketahui namanya yang daritadi hanya duduk diam. "Shira. Itu Kuro!! Kurogawa Hei!" Yusa tampak histeris saat dia mengatakan hal itu. Shira sama cengo nya seperti Kuro.

"Wait... what?"

Kuro menggeleng dan berbalik untuk mengenakan celananya. Saat dia sudah mengenakannya dia lalu melepas handuk yang melilit di pinggulnya sebelum mengenakan kaosnya. "Dasar perempuan gila. Kau tidak mengenali temanmu sendiri yang ini?" Kuro menatap tajam kearah Shira.

"Well, kau sangat berbeda dari sebelumnya--"

BRAAAK!!

Dan pintu kamar itu terbanting terbuka.

Shira, Kuro, Yusa dan pemuda yang belum diketahui namanya, serta semua manusia didalam ruangan itu melihat kearah pintu dengan kaget. Disana berdiri Izaya Orihara, wajah merah sekali. Dia hanya mengenakan celananya saja, dan sebuah handuk terlilit di lehernya. Tetapi tidak menyembunyikan kissmark dan bitemark disana-sini.

Pemuda bertubuh mungil itu langsung saja berlari kearah kamar mandi yang kosong. Dia langsung saja menyibak gorden yang diberikan Kadota Kyouhei sebagai penutup atau pembatas antara kamar mandi dan ruang tidur. Dia menyalakan keran shower dan melepaskan celananya, dan langsung saja mengguyur tubuhnya di hujaman ganas air shower tersebut.

"Kuro kau yang urusi dia!" Shira bersorak panik dan menunjuk-nunjuk kearah gorden penutup yang raksasa itu. Kuro melihat kearahnya dengan mulut ternganga. "Hell no! Dia sedang galau! Biarkan saja sendiri!"

"Galau kenapa?! Dia trauma!! Trauma!!" Suara petir menggelegar Shira membuat telinga Yusa peka. Pemuda yang belum diketahui namanya itu berdiri, berniat berjalan kearah gorden sebelum Yusa dengan cepat mengikat rambut Shira dan menarik tangan pemuda itu.

"Jangan ganggu dia. Dia butuh waktu. Kalau ingin curhat, dia mungkin trauma dengan laki-laki." Yusa berkata dan menarik tangan pemuda-yang-masih-belum-diketahui-namanya itu dengan lembut dan membiarkannya duduk di kasur Kuro.

Suara gemerincing bel membuat mereka semua bangkit dan bergegas pergi, kecuali Izaya tentunya. Shira dan Yusa menyuruh Kuro dan pemuda asing itu pergi meninggalkan mereka dan mereka yang akan mengurusi Izaya.

"Izaya?" Panggil Shira lembut, tapi dengan suara yang cukup nyaring. "Jangan lama-lama didalam air. Kau bisa sakit... dan hari ini akan ada pelatihan. Kita akan menunggumu di kereta, oke? Jangan terlambat..."

Yusa mengangguk dan dengan pelan menarik Shira dari sana menuju kearah aula utama, membiarkan pemuda lithe yang ada disana merenung sendirian.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

A/N: Halo! Shira Minazakisa disini!

Saya mulai berpikir, karena adengan smut / lemon / yaoi dan apalah itu saya potong, apa saya seharusnya mengetiknya di chapter yang baru ya? Tapi chapternya tidak akan berisi hal-hal penting melainkan smut. Jadinya maaf!

Jika menurut kalian saya harus mengetik smut, silahkan! Saya tidak keberatan. Saya hanya takut kalau ada yang baca bagian itu masih dibawah umur hahaha-

Oh... dan...

Saya enggak tau cara men-private chapter loh! X"D

Bye bye, see you later!

DivergentWhere stories live. Discover now