jawaban zayyan

10.9K 782 16
                                    

Zayyan mengetuk pintu besar yang ada di hadapannya, pintu bercat putih yang menjulang tinggi. Pintu kamar orang tua nya.

"Masuk" suara mommy nya terdengar lembut.

Zayyan membuka pintu itu, dan masuk ke dalam kamar,orang tua nya. Dan di dalam ada mommy dan daddy nya yang sedang menonton film kesukaan mommy-nya

"Mommy, daddy, abi pamit pulang ya" zayyan berjalan ke sisi ranjang ingin bersalaman kepada zahra.

"Tidak usah pulang ke apartement mu di sini saja tinggal bersama kami" ucap zahra.

"Tidak bisa mom, zayyan harus pulang dan mengantarkan rafanda, ini sudah malam dan besok pun zayyan harus bekerja" jelas zayyan sambil duduk di samping zahra.

"Perempuan gendut tidak tau diri" ucap zahra mendesis, tapi ucapan itu mampu di dengar oleh suaminya dan anaknya.

"Zahra, kenapa ucapan kamu kasar sekali? Memangnya orang tua mu pernah mengajarkan kamu kata-kata kasar" ucap rafi. Dan zahra hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Iya mom, kenapa mommy sangat tidak suka dengan rafanda, dulu sewaktu abi belum membawa perempuan ke rumah ini, mommy selalu gencar memaksa abi untuk membawa calon istri, tapi sekarang ketika abi sudah membawa calon istri mommy malah menolaknya mentah-mentah bahkan sampai mengatai rafanda" zayyan berbicara sambil terus menatap wajah zahra yang sebentar lagi akan meneteskan air mata.

"Mommy hanya malu, mommy selalu nemberikan kamu wanita cantik dan seksi seperti model, pramugari, bahkan sampai anak pejabat, tapi kamu lebih memilih perempuan gendut dan tidak cantik itu, mommy malu kalau harus mengakui bahwa dia adalah calon memantu mommy, nanti teman-teman mommy pasti akan mengejek mommy yang tidak bisa memberikan calon istri yang cantik dan seimbang dengann kita" zahra berbicara sambil meneteskan air matanya, dia berharap semoga anak nya akan luluh dan mau memilih perempuan yang dia sodorkan daripada harus memilih rafanda.

"Zahra, kenapa kamu harus memikirkan ucapan orang lain? Yang menjalani itu anak kamu, lagipula abi tidak malu mempunyai calon istri seperti rafanda. Dulu juga sebelum aku menikah dengan kamu aku hanyalah pegawai biasa yang tidak kuliah sedangkan mantan-mantan mu yang lain dari kalangan atas, namun kamu tetap mau menikah dengan saya, sama hal nya dengan abi dia juga harus menentukan pilihannya sendiri, kita sebagai orang tua hanya bisa memberi nasehat yang baik, bukan malah menjelek-jelekkan calon menantu kita, sudah sekarang kamu tidur aja biar pikiran kamu menjadi tenang" zahra pun hanya bisa menuruti perintah suami nya, dia lalu berbaring di atas ranjang memunggungkan zayyan dan adam.

"Dad, kalau begitu abi pulang dulu, mungkin lain waktu abi pasti main lagi ke sini. mom abi pulang" zayyan mencium telapak tangan rafi dan mencium pelipis zahra.

Setelah berpamitan zayyan keluar dari kamar orang tua nya, dan melihat rafanda yang sedang berbincang dengan adam dan zanira.

Rafanda terlihat bahagia, berbeda saat makan malam, bahkan tangan nya sangat dingin kerika di genggam oleh zayyan.

"Panda, ayo kita pulang"

"Iya kak. Opa, oma, rafanda pulang ya, nanti lain waktu rafanda pasti main lagi ke sini dan menemani oma" rafanda kemudian di peluk oleh zanira.

"Oma selalu menunggu kamu rafanda"

"Oma, opa, abi pulang, bye"

Zayyan dan rafanda keluar dari rumah orang tua zayyan, dan meteka memasuki mobil zayyan untuk pulang, karena hari memang sudah hampir tengah malam.

"Maafkan kelakuan mommy saya" zayyan meminta maaf ketika mereka masih berada di dalam mobil.

"Tidak apa kak, mommy kakak memang benar kok, dia bicara jujur. Rafanda memang tidak pantas untuk kak zayyan dan bodohnya lagi rafanda sudah terlanjur cinta sama kak zayyan, coba aja dulu kak zayyan nggak mrnghampiri rafanda ketika di kafe scholpus, mungkin kehifupan rafanda nggak kayak gini" rafanda berbicara dengan nada tinggi, menyalahkan zayan.

"Maafin kakak, kakak janji cuma kamu yang pantas menjadi istri kakak"

"Pantas? Tidak akan kak, lebih baik kakak memcari perempuan lain yang lebih cantik, lebih kurus, lebih kaya, dan lebih segala-galanya dari aku" rafanda menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Menurut saya, kamu yang paling sempurna di mata saya, dan tidak ada yang bisa menggantikan kamu"

"Dan sepertinya kakak harus periksa mata. Mungkin mata kakak sudah rabun, jika kakak tidak rabun kakak pasti melihat bahwa aku hanya satu titik kecil di antara ribuan titik besar di sekeliling kak zayyan"

"Karena itulah saya memilih kamu, karena kamu cuma titik kecil tapi mampu terlihat oleh saya. Dan mampu membuat saya penasaran pada kamu. Kalau cuma mencari perempuan Cantik dalam satu menitpun pasti ketemu, saya tersenyum pun pasti dia akan langsung mau dengan saya. namun untuk mencari yang berbeda seperti kamu butuh perjuangan dan badai yang harus saya hadapi"

"Tapi kan kakak bisa memilih model sepeti gaby yang menjadi pacar sekaligus calon istri untuk kakak, semuanya dia punya, dia kaya, dia cantik, dia langsing, dan dia model, pasti mommy kakak akan sangat senang"

"gaby hanya saya anggap seperti teman dan tidak lebih, dan soal mommy biar saya yang membujuk mommy agar mommy mau menerima kamu"

"Mulai besok kakak nggak usah datang ke rumah rafanda lagi, dan mana kunci rumah rafanda, kembalikan sekarang dan jangan minjam kuncinya onta" rafanda mengangkat tangannya, meminta kunci duplikat rumahnya yang berada di zayyan, dia tidak ingin zayyan masuk ke dalam rumahnya tanpa se-izinnya.

"Saya tidak akan memberikan kunci itu ke kamu"

"Kalau kakak nggak mau ngasih kunci nya sekarang, rafanda turun di sini aja! Biar rafanda naik ojek aja pulangnya"

"Iya saya akan berikan kuncinya, tapi kamu ambil sendiri di saku celana saya, saya kan sedang menyetir jadi tidak bisa mengambil kuncinya"

*

A/N: jika part ini belum mendapat vote lebih dari lima saya tidak akan melanjutkan cerita ini😃

Fat? No Problem ✅ Sudah TerbitOù les histoires vivent. Découvrez maintenant