menjadi asisten jelita

15.4K 912 0
                                    

Kepolosan kamu itu, yang buat saya jatuh cinta.

.

Di saat semua orang kesal terkena marah, saya bahagia, karena jika marah kamu selalu menatap mataku, dan dinar marah kamu itu yang buat saya susah lupa.

.

Zayyan kaget sekali ketika mendengar ucapan Rafanda, jadi berita tentangnya bukan hanya ada di majalah namun sudah sampai ke televisi. Bisa-bisa semua rakyat indonesia tau berita itu, akhir-akhir ini Zayyan sangat sibuk, jadi dia sama sekali tidak tau bahwa ada berita seperti itu. Dan berita itu sangat merugikan Zayyan dan juga Rafanda.

"Yaudah, kalo gitu kamu sabar dulu, saya akan telfon asisten saya, biar dia menangkap orang yang telah memberikan berita hoax itu, dan saya yakin setelah ini berita itu telah hilang, dan tidak akan muncul lagi." Zayyan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kerja nya, menelfon asistennya, untuk memberitahu ke publik bahwa berita itu tidak benar.

Rafanda memperhatikan Zayyan yang sedang menelfon, sesekali dia memakan cemilan yang berada di atas meja tamu. Mulutnya memang kebiasaan mengemil, jika melihat makanan ringan rasanya ingin langsung iya masukkan ke mulut, dan karena itulah berat badannya semakin menambah.

Zayyan sudah selesai menelfon asistennya, dan asistennya bilang kejadian ini tidak akan terjadi lagi. Lalu dia berjalan dan duduk di samping Rafanda seperti tadi.

"Habiskan saja, di dalam kamar saya masih banyak" Rafanda berhenti mengunyah, rasanya sangat malu di bilang seperti itu oleh Zayyan, terlihat banget bahwa dia menang seseorang perempuan yang sangat doyan makan.

"Hehehe, sorry ya kalo cemilan nya habis, aku mau pulang dulu, bye..." Rafanda memakai tas selempangnya lalu pergi ke luar ruangan Zayyan.

"Kamu nggak bareng sama Jelita?" Rafanda menepuk jidatnya, dia lupa bahwa dia pergi ke sana bersama Jelita. Rafanda tidak jadi keluar ruangan Zayyan.

"Iya aku pulangnya bareng jelita, tapi aku nunggu di luar aja, di sini panas."

"Kamu lucu ya," Zayyan mengelus puncak kepala Rafanda "di sini kan ada AC nya, malah biasanya teman saya selalu kedinginan jika berada di ruanganku, dan kamu kepanasan berada di dalam sini? Kamu kepanasan atau grogi karena dengan dengan saya." skakmat! zayyan tersenyum senang karena merasa menang, sedangkan rafanda menundukkan kepalanya karena malu.

"Sekarang kamu duduk di sana lagi ya, sambil menunggu Jelita" Zayyan menunjuk sofa hitam, dan Rafanda hanya mengikuti nya dengan patuh.

"Kamu mau makan atau minum nggak? Biar aku panggilin OB," tanya zayyan ketika rafanda sudah duduk di sofa.

"Boleh, terserah Kakak aja" setelah itu Zayyan keluar ruangannya, untuk memanggil Jelita. Sedangkan rafanda hanya memakan cemilan yang tersisa sedikit karena tadi telah ia makan.

*

"Jadi aku harus mencari asisten ya Kak?" suara Jelita terdengar sayup-sayup di telinga Rafanda.

"Ia, kalau bisa harus orang yang sangat kamu percaya, agar kamu tidak gampang di bohongi, karena dulu saya pernah di tipu oleh asisten saya, hampir setengah gaji saya tidak di berikan dan dia pergi begitu saja, membuat saya hampir jatuh miskin. Untung sekarang asisten saya adalah Dodo, saudara sepupu saya," zayyan memberikan antisipasi kepada Jelita, sekaligus pembelajaran agar Jelita tidak memilih orang yang salah untuk menjadi asistennya.

Jelita manggut-manggut mengerti, dia memikirkan siapa yang akan jadi asistennya. Kepalanya mengelilingi ruangan dan melihat Rafanda sedang tertidur di sofa, satu ide muncul di otak lola jelita. Rafanda yang akan menjadi asistennya.

"Bagaimana kalau Rafanda yang jadi asisten saya Kak?" Jelita mengucapkannya dengan antusias.

"Kenapa Rafanda? Apa tidak ada orang lain?" Zayyan mengernyitkan dahinya bingung dengan jawaban Jelita, bagaimana bisa Jelita tega jika sahabatnya harus dia jadikan sebagai asistennya?

"Jangan berfikiran negatif dulu Kak, aku memilih Rafanda sebagai asisten karena Rafanda sahabat aku dari kecil, hanya Rafanda yang mau menjadi temanku dan hanya rafanda yang sangat aku percayai, oleh sebab itu aku memilih dia untuk menjadi asisten ku, bukan untuk menjadi pembantu, lagipula tadi Kakak bilang harus mencari asisten yang aku kenal" Jelita mencoba menjelaskan apa yang ada di pikiran Zayyan.

Zayyan terdiam sejenak, menelaah ucapan jelita, ada betulnya juga ucapan Jelita, jika Rafanda yang menjadi asisten jelita, jadi zayyan juga akan sering bertemu dengan Rafanda.

"Oke, ternyata kamu tidak bodoh-bodoh banget, saya setuju dengan pendapat kamu tentang Rafanda, besok rafanda sudah harus menjadi asisten kamu" ucap zayyan meledek Jelita.

"Asisten apa?" Suara Rafanda terdengar serak, mungkin efek tertidur di ruangan ber-AC yang sangat dingin.

Zayyan dan Jelita menoleh ke arah Rafanda yang masih tertidur di sofa, hanya matanya yang sudah terbuka.

"Fan, lo mau kan jadi asisten gue?" Jelita berlari ke arah rafanda dan membantu Rafanda untuk duduk di sofa.

"Boleh, yang penting lo harus sedia-in makanan yang banyak buat gue, biar gue kerjanya semangat, lagipula kuliah lagi ynggak terlalu penting, jadi gue bisa jadi asisten lo." baru bangun saja Rafanda sudah mulai memgemil.

"Itu sih gampang, yaudah sekaraang kita pulang yo Fan, udah malem nih nanti kasian mami gue sendirian di rumah."

"Iya, gue juga mau pulang ke rumah, di rumah sepi banget, Mama sama Papa gue lagi keluar kota" Rafanda dan jelita berdiri dari sofa dan menghampiri Zayyan yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kak, kami pulang dulu, besok aku akan ke sini lagi bareng rafanda."

"Oke, hati-hati di jalan, dan jangan lupa besok pagi kamu sudah ada di sini"

"Iya kak, see you Kak"

Rafanda dan Jelita pergi meninggalkan kantor Agency Zayyan.
.
.
.
.
.

Nur Azizah, Bekasi, 24 juni 2016. {Sudah di revisi}

Fat? No Problem ✅ Sudah TerbitWhere stories live. Discover now