Prolog

1.1K 43 6
                                    


Kriiiik.. Kriiiiik... Kriiiik..

Suara yang berbunyi seperti brangkar yang di dorong begitu terdengar di tengah ketawa ketiwi para wanita yang tengah berada di lorong rumah sakit. Seketika mereka terdiam dan saling memandang.

"Jam berapa sekarang?" Tanya salah satu dari mereka dengan muka yang rasanya seperti ingin menahan BAB. Padahal, itu ekspresi takutnya. Dia yang paling ekspresif diantara mereka.

"Jam setengah 1 malam" jawab salah satu dari mereka terlihat lebih santai. "Bukannya kamu memakai arloji?" Lanjutnya lagi menunjuk sebuah arloji yang berada di tangan sahabatnya itu.

"Heheheh lupa" sahutnya sambil terkekeh dengan begitu bodoh.

Kriiiikkk.. Kriikk.. Kriik..

Suara itu terdengar makin dekat ke arah mereka berempat yang masih duduk lesehan di lorong rumah sakit. Mereka masih diam sambil menatap wajah masing-masing.

"Kok bulu romaku meremang semua ya. Kita udahan aja yuk" kini salah seorang dari mereka yang kelihatannya begitu lempeng dan lembut bersua sambil bergidik.

"Duh. Bentar. Tanggung nih" jawab wanita yang paling cerewet setelah diantara mereka. "Woi. Giliran kamu noh!" Serunya kini untuk wanita di sampingnya yang sedari tadi menguap.

"Oke. Oke" sahutnya dengan sikap mengantuknya.

Kriikkk.. Kriiik.. Kriiik..

Sontak, mereka berempat mendongak dari kegiatan mereka di lantai saat suara brangkar itu kini seakan di depan mereka. Kelimanya melongo dengan mata membelakak menatap pemandangan didepan mereka.

"Oke. Aku nyerah. Aku mau balik aja. Ini udah kelewatan" wanita yang sedari awal paling ketakutan diantara mereka kini hendak berdiri tapi dicegat dengan cepat dengan wanita di sampingnya yang sedari tadi menguap.

"Jangan kemana-mana. Ini aku hampir menang" sahutnya masih dengan sikap mengantuk.

"Ta.. Tapi itu. Itu" ucap wanita itu tergagap sambil menunjuk di hadapan mereka dengan ketakutan.

"Abaikan aja. Anggap gak ada apa-apa" sahut wanita yang paling cerewet.

"Anggap aja masih jauh" wanita yang paling halus dan lempeng diantara mereka ikut menyahut.

"Anggap aja gak terlihat" wanita yang sedari tadi diam sambil mengunyah kacang kini juga ikutan menyahut.

"Oke. Baiklah" akhirnya wanita itu menyerah dan melanjutkan aktivitas mereka.

Kriiik.. Kriik.. Krikk..

Akhirnya suara brangkar itu menjauh dari sekitaran mereka. Mereka berlima mendongak dan seketika menyeringai licik saat melihat pemandangan di depan mereka lagi.

"Hahah.. Tuh kan kembali sendiri dia kealamnya"

"Bah! Iya yah"

"Dicuekin. Ngambek. Dan kabur deh"

"Emang enak gak dianggap"

"Orang lagi seru-serunya juga"

"Hihihihihi"

Saat lagi berueforia dengan kemenangan mereka yang baru saja membuat brangkar tanpa manusia yang terdorong sendiri di hadapan mereka kembali pergi, tiba-tiba suara tertawa seorang wanita yang begitu menyeramkan terdengar.

"Ayunda! Gak lucu tau gak ketawa gitu" ujar wanita yang paling cerewet sambil mencubit lengan sahabat disampingnya.

"Ihh She! Siapa yang ketawa enak aja" sahut wanita bernama Ayunda mengelus lengannya yang perih karena dicubit sahabatnya bernama She.

"Kalau gitu, pasti Zia nih yang ketawa!" Tuduh She pada wanita yang sedang menguap sedari tadi hingga sekarang.

"Udah pernah lihat kulit kacang melayang di jidat gak She?" Tanya wanita bernama Zia sambil menyodorkan kulit kacang. She mengeleng sambil menahan senyum. "Jangan sampai nih kulit kacang nempel dijidat kamu ya. Aku gak ketawa juga" lanjutnya kemudian.

She mengangkat kening sebelahnya dan kini berganti memandang dua sahabat didepannya.

"Pasti Kiran. Kalau gak Annisa!" Tuduhnya langsung menunjuk wanita yang paling ketakutan dari tadi dan wanita yang paling lempeng dan lembut langsung berdua.

Mereka berdua mengeleng kaku dengan muka kaku juga menatap ke arah belakang She. Jemari mereka berdua menunjuk ke arah belakang She, Zhya dan Ayunda. Sontak mereka bertiga menoleh.

"Oke guys. Kayaknya malam ini kita sudahi aja main monopoli dilorong rumah sakit. Selamat malam dan silahkan menyelamatkan diri masing-masing" ucap Zia sambil membereskan monopoli diatas lantai dan langsung bangkit di ikuti keempat sahabatnya.

Mereka berlima berlari sekuat tenaga sambil berteriak "kuntilanaaaaaaak"

"Aku gak mau lagi main monopoli di lorong rumah sakit tengah malam" ucap Kiran sambil mengeleng-geleng ngeri ditengah pelarian mereka.

"Ide siapa coba?" Telak She.

"Ide Zia kan?" Kini Kiran menunduhkan tuduhan ke sahabat yang berlari disampingnya.

"Kok ide aku? Bukan. Ide Annisa!" Zia tak terima dituduh, malah menunduh ke sahabatnya yang lain.

"Loh? Bukan aku loh. Itu ide Ayunda!" Annisa juga tak terima dituduh, menunduh ke sahabat yang tersisa.

"Hedeh. Pada bego kalian semua. Tuh kan ide Kiran!" She pun menjawab semua tuduhan mereka sambil menunjuk Kiran yang sedari tadi cengengesan bodoh.

"Tapi, seru juga kan? Main monopoli di lantai lorong rumah sakit tengah malam, terus ketemu brangkar yang jalan tanpa ada yang dorong, terus ketemu kuntilanak. Wuiihh seru abis" celetuk Kiran saat mereka sudah berdiri di depan lift dan menjauh dari tempat tadi.

"Iya dong. Yang seru-seruan cuman bisa, saat kita bersama. Because we are.." Seru Ayunda sambil mengantung kalimat berusaha memancing sorakan sahabat-sahabatnya. Dia tau mereka akan menyambung seruanya dengan teriakan.

"Angel Nurse's!!!"

***

Angel Nurse'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang