1

162 8 1
                                    

Ini sudah seminggu berlalu sejak kepergian Angga dan Rei tampaknya belum bisa berhenti mencari tahu apa yang terjadi dengannya. Sudah dia perhatikan secara seksama semua akun media sosial yang dimiliki Angga namun tidak ada notifikasi baru darinya. Status Angga yang terakhir hanya menyatakan bahwa dia akan pergi, untuk waktu yang lama.

Untuk apa aku memikirkannya? Batin Rei.

Gadis itu menguncir rambutnya asal-asalan memakai karet hitam-putih yang dia bawa, membuka laptopnya lalu menghubungkannya ke jaringan wi-fi cafe. Di hadapannya terdapat kopi caramel macchiato yang tinggal sedikit dan sepotong utuh kue blueberry cheesecake. Ia menyesap kopi miliknya itu dan melanjutkan aktifitas mencari tahu keberadaan Angga. Sebut dia stalker yang gila, namun dia hanya khawatir dengan keadaan cowok itu. Kesehatan cowok itu tak pernah bagus, wajar kan Rei khawatir?

***

Sejak dulu, Rei dan Angga adalah soulmate sejati. Dimana ada Rei, disitu ada Angga. Tiap orang yang melihat mereka, pasti akan mengira kedua sahabat itu berhubungan khusus, namun Angga dan Rei tidak mau mencampuri persahabatan mereka dengan urusan percintaan, meski kedua hati mereka berkata sebaliknya. Rei tidak menyangka percakapannya dengan Angga di salah satu kedai es krim di Bandung akan begitu fatal.

Bandung, 3 bulan yang lalu....

Wajah gadis itu begitu manis, terutama kini saat dia sedang berceloteh riang tentang hari pertamanya di SMA. Kedua matanya berbinar-binar ceria ketika Angga berjanji akan membelikannya es krim kesukaannya. Dia berulang kali berterima kasih, yang dijawab Angga dengan anggukan kecil, lalu gadis itu menyibukkan diri dengan gadgetnya. Angga tidak pernah tahu bahwa pertemanannya dengan gadis itu suatu hari akan menjebaknya dalam sebuah perasaan yang begitu rumit.

"GA!" Gadis itu membuyarkan lamunannya, "Kita dah sampe, lo mau parkir di mana?"

"Di hatimu" Jawab Angga sembarang.

"Gombal mulu ih si abang mah, nanti dede baper gimana? Kan urusannya ribet lhooo" Gadis itu menonjok pelan bahu Angga sambil tertawa kecil.

"Kan bagus jadi kita bisa pacaran." Ucapan Angga menyentak gadis itu dari kenyataan menuju harapan. Kali ini wajahnya sudah memunculkan semburat merah, tanda gadis itu sedang blushing. "Cieeee Rei blushingggg!" Angga meledek gadis itu kembali lalu memarkirkan mobilnya. Sebelum gadis itu-Rei-sempat menjawab, Angga sudah turun dari mobil dan membukakan pintu bagi Rei.

"Silahkan Princess Rei-ku sayang!"Ujar Angga sambil mengulurkan tangan yang disambut Rei dengan senang hati.Mereka berdua melangkah sambil bergandengan tangan, tanpa tahu akan ada percakapan yang akan merubah hidup mereka selamanya.

"Sekarang Rerei mau makan es krim rasa apa?" Tanya Angga pada Rei sementara tangannya masih memegang erat tangan gadis itu.

Gadis itu tampak berpikir keras lalu ia berteriak kencang, "AHA! GIMANA KALO CHOCOLATE FOUNTAIN?!"

"Gak usah pake toa atuh Rei.." Angga mencubit pipi Rei pelan.

"Gak usah pake nyubit pipi atuh Angga..."Rei membalikkan perkataan Angga. Kedua sahabat itu tampak saling ledek-meledek, bahkan ketika memesan pada waitress kedai itu. Ketika pesanan mereka datang, mereka sibuk dengan es krim masing-masing sampai-sampai mereka sama sekali tidak berbicara satu sama lain.

Ini saatnya, gue gak mungkin nyimpen ini terus tanpa sepengetahuan Rei....Ujar Angga dalam hati.

"Rei.."Angga memberikan jeda pada apa yang mau ditanyakannya itu, namun orang yang ditanya hanya mengangguk sambil masih memakan sisa es krim miliknya. "Gue cuman berpikir, apa lo gak bosen kita sahabatan mulu?"

Friendzone[One Shoot]Where stories live. Discover now