Dreamers - 08: How Are You?

147 10 0
                                    


[Januari, 2013]

Tidak memedulikan suara ibunya yang berteriak memanggil namanya, Hanbin terus melangkahkan kakinya dengan sangat cepat menuju ke sebuah rumah yang kini terlihat terang benderang di samping rumahnya. Ia harus memastikan dengan kedua matanya bahwa yang tadi dilihatnya bukanlah ilusi semata. Bahwa dirinya saat ini sedang tidak bermimpi dan orang yang dilihatnya beberapa saat lalu memang nyata. Bahwa sosok yang berdiri dengan anggun di balkon kamar itu memang Park Nana.

Kini Hanbin telah berdiri di gerbang depan rumah Nana dengan berbagai pertanyaan yang mulai bermunculan di dalam otaknya. Mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri sebelum akhirnya melangkah memasuki pekarangan rumah Nana yang cukup luas. Baru beberapa langkah Hanbin menapaki pekarangan rumah ini, tiba-tiba saja ia dapat mendengar suara pintu yang terbuka. Sontak pemuda itu langsung mendongakkan kepalanya dan kini matanya bertemu pandang dengan sepasang mata lain yang menatapnya sendu dan penuh kerinduan. Sepasang mata yang selalu bisa menenangkannya dalam situasi apapun. Sepasang mata indah milik Park Nana.

"Katakan padaku kalau aku sedang tidak bermimpi. Katakan padaku kalau ini memang nyata dan aku sedang tidak berhalusinasi... katakan padaku bahwa sosok yang saat ini sedang berdiri di depanku benar-benar kau, Park Nana." Hanbin mengatur napasnya dan melangkahkan kakinya hingga ia berada di depan Nana yang kini juga menatapnya lekat-lekat. "Kalau memang aku sedang bermimpi... jangan sekali-sekali menyuruhku bangun dan membuatku semakin merindukan keberadaanmu Nana-ya... jangan sekali-sekali—"

"Kau sedang tidak bermimpi Kim Hanbin."

"A-Apa?"

Nana mendekat ke arah pemuda yang lebih muda sembilan bulan darinya itu dan melingkarkan kedua tangannya di sekitar pinggang Hanbin. Nana menyandarkan kepalanya di dada Hanbin dengan sebuah senyum lembut yang tercetak di bibir mungilnya. "Kau... sedang tidak bermimpi atau berhalusinasi... dan aku merindukanmu, Kim Hanbin."

Hanbin hanya mematung begitu Nana berbicara sambil memeluknya, takut bahwa hal yang terjadi padanya sekarang hanyalah mimpi dan ia terbangun saat bergerak sedikit saja dari posisinya ini. Namun, kehangatan yang menyelimuti tubuhnya benar-benar dengan nyata dapat ia rasakan dan sadar atau tidak di detik berikutnya pemuda itu membalas pelukan Nana dengan lebih erat. Menenggelamkan kepalanya di pundak gadis yang telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidupnya. "Aku juga merindukanmu, Nana-ya... amat sangat merindukanmu..."

---

"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau akan kembali ke Korea di awal bulan—ah, bukan, kenapa kau tidak pernah menghubungi atau membalas email ku lagi sejak awal Desember kemarin? Apa kau benar-benar sibuk sampai-sampai tidak pernah sekalipun mengecek email-email yang kukirimkan untukmu? Tidakkah kau tahu kalau aku benar-benar khawatir karena kau tidak segera memberi kabar padaku dan kupikir telah terjadi suatu hal yang buruk padamu. Tidak tahukah kau bahwa—"

"Whoa-whoa-whoa... tenanglah Kim Hanbin. Sejenak kupikir aku yang baru saja terlepas dari omelan-omelan panjang lebar dari Karen dan Aaron, dan sekarang bisa bernapas lega walau hanya sesaat, tapi kenapa aku justru harus menerima omelan yang lebih panjang lagi dari mulutmu, Kim Hanbin?" Nana mengerutkan kening dan menatap pemuda yang kini sudah duduk di hadapannya itu dengan mata yang sengaja disipitkan. Mencoba berpura-pura untuk marah, tapi tetap saja ia gagal, karena sedetik setelahnya sebuah tawa lolos begitu saja dari mulutnya.

"Dan sekarang kau tertawa di saat aku sedang serius berkata kalau aku mengkhawatirkan dirimu, Park Nana?" Walau berkata seperti itu, tak urung pula pemuda itu ikut tertawa bahagia bersama Nana yang kini harus memegang perutnya yang terasa kram karena terlalu banyak tertawa.

Dreamers [ON HOLD]Where stories live. Discover now