siapa?

43.7K 1.6K 30
                                    

Berawal dari ketidakkenalan sekarang kamu menjadi orang yang selalu aku impikan.

.

Semua rasa malu-ku. aku buang hanya demi kamu. dan yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya aku mendapatkan kamu.

.

Rafanda dinayah, seorang gadis bertubuh gendut dan mempunyai pipi yang tembem, sedang asyik memakan sarapannya dengan lahap di kafe yang berada tidak jauh dari kampusnya. Dari pagi dia belum sarapan di karena kan semua pembantu yang ada di rumahnya sedang pulang kampung karena keperluan masing-masing. Dan tidak jauh dari tempat yang Rafanda duduki terdapat seorang laki-laki yang sedang tersenyum kemudian tertawa melihat Rafanda makan dengan lahapnya. Laki-laki itu langsung berdiri dari duduknya lalu menghampiri Rafanda yang sedang memakan makanan kesukaannya yaitu seafood dan es teh manisnya.

Laki-laki itu sudah berada di depan rafanda, memandangi rafanda, lalu memggeser kursi yang berada di depan Rafanda dan duduk di depan Rafanda, memandangi Rafanda lebih dekat ternyata cukup menarik. Dan Rafanda sedang asyik memakan cumi gorengnya pun merasa terganggu dengan pandangan laki-laki tersebut, Rafanda mengadahkan kepalanya yang tadi menunduk dan melihat seorang laki-laki yang tersenyum manis ke arahnya, dan jarak mereka hanya sekitar 30 cm.

"Siapa?" Tanya Rafanda, sambil mengernyitkan dahinya bingung melihat laki-laki yang ada di depannya, karena Rafanda yakin dia tidak mengenal laki-laki tersebut.

"Kenalin nama saya Zayyan Abinaya." laki-laki itu pun mengulurkan tangannya berharap Rafanda mau menerima uluran tangannya, dan ketika Rafanda mengulurkan tangannya membalas uluran tangan Zayyan, Zayyan tersenyum namun beberapa saat kemudian senyuman itu berubah menjadi semburat merah di pipi Zayyan, bukan karena tersipu melainkan karena menahan sesuatu yang ingin keluar dari tenggorokannya ketika dia mencium bau seafood yang sangat di bencinya dan berada di telapak tangannya.

Dengan cepat Zayyan berdiri dan berlari ka arah westafel yang tidak jauh dari tempat duduknya, dia memuntahkan semua isi perutnya, hanya karena seafood.

"Kamu kenapa?" Rafanda dengan sigap mengeluarkan tissu basah yang selalu berada di tas selempangnya dan memberikannya kepada Zayyan.

"Nggak apa, nggak usah di pikirin, mending kita bicara nya di kursi tadi aja." Zayyan berjalan terlebih dahulu menuju tempat yang mereka tempati tadi, di susul oleh Rafanda yang berjalan di belakangnya.

"Sampai mana tadi kita bicaranya?" Zayyan bertanya sambil tersenyum manis ke Rafanda.

"Eh, nama aku Rafanda Dinayah."

"Bagaimana bisa?" Tanya Zayyan sambil tersenyum lagi, menunjukkan senyuman 1000 wattnya yang pasti membuat semua perempuan tertegun melihatnya senyumannya.

Senyuman yang memuakkan. Batin Rafanda ketika melihat senyum yang terukir di bibir Zayyan.

"Maksudnya?" Rafanda mengernyitkan dahinya.

"Nama kita hampir sama, atau mungkin kita memang di takdirkan bersama, atau bisa di sebut juga, kita jodoh." ucap Zayyan asal. Bagaimana tidak? Mereka baru saja bertemu kurang dari 15 menit yang lalu dan sekaramg dengan enaknya Zayyan bilang bahwa mereka berdua jodoh.

"Masa sih? Tapi maaf kayaknya kamu lagi mabuk, dan kamu harus istirahat bukannya duduk di kafe seperti ini." Rafanda langsung menarik tangan Zayyan keluar dari kafe, sebelum itu dia menaruh selembar uang seratus ribu di atas meja.

"Hey, ngapain kita keluar? Aku masih ingin bicara sama kamu," Zayyan melepaskan genggaman tangan Rafanda ketika mereka sudah sampai di trotoar jalan yang memang di khususkan untuk pejalan kaki.

"Ihh, nih orang mabuk benar-benar menyebalkan." Rafanda menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Saya tidak mabuk, tadi kan saya cuma bilang bahwa kita jodoh." suara Zayyan mulai meninggi dan karena suara nya banyak orang sampai menoleh dan menatap ke arah mereka, banyak pengendara motor dan pejalan kaki yang juga menoleh ke arah mereka karena siang ini jalanan memang cukup padat di karenakan jam makan siang.

"Jodoh dari mananya sih, ckck ganteng-ganteng kok nggak waras!" Rafanda lalu pergi begitu saja meninggalkan Zayyan.

Baru beberapa langkah Rafanda pergi meninggalkan Zayyan, tiba-tiba Zayyan langsung menarik tangan Rafanda dengan paksa, membuat gadis bertubuh gendut itu menggerutu tidak jelas.

"Masuk." Zayyan lalu memasuki mobilnya dan menyuruh Rafanda untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Nggak mau, kata mama kalau ada yang ngajak pergi jangan mau, takut di culik, lagian sekarang tuh lagi marak pencurian gadis cantik seperti aku." Ucapan Rafanda membuat Zayyan terpingkal-pingkal.

"Kamu ini ada-ada saja, siapa yang mau nyulik kamu? Pasti penculiknya bakalan buang kamu sebelum kamu di tebus, karena penculiknya keburu miskin karena ngasih makan kamu." rafanda merengut, namun tetap setuju dengan perkataam zayyan.

"Betul juga ucapan dia, pantes aja cuma onta yang mau dekati aku, itu pun karena dari kecil kita udah bareng-bareng,"

Zayyan kembali turun dari mobilnya dan memaksa Rafanda untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Oke, sekarang kita mau kemana? Aku masih ada jam di kampus." suara Rafanda sukses membuat Zayyan yang sibuk menyetir mobilnya pun menoleh ke arah Rafanda.

"Kenapa nggak bilang? Ini udah jauh dari kampus kamu, dan lebih baik kamu manggil saya dengan sebutan kakak, karena jika di lihat-lihat umur saya lebih tua dari kamu."

"Emang lebih tua, tapi aku nggak mau manggil kamu kakak, kamu pikir kamu siapa aku? Sadar dong kita kan baru aja ketemu."

Bukannya marah, Zayyan malah membalas tersenyum.

"Kalau kamu nggak mau manggil saya dengan sebutan kakak, aku nggak akan nganterin kamu balik ke kampusmu,"

"Ok fix, ini nama nya pemerasan, eh salah maksudnya pemaksaan."

"Ok aku mau manggil kamu dengan sebutan k-a-k-a-k."

"Yang betul manggilnya,"

"Oke kakak."
"Boleh anterin aku balik ke kampus Kak Zay."

"Nah kalau gitu kan bagus, aku suka kamu manggil dengan sebutan Kak Zay."

Dan Rafandapun hanya menyumpahkan orang yang ada di samping nya di dalam hati.
.
.
.
.
.

Nur Azizah, Bekasi, 24 juni 2016. {Sudah di revisi}

Fat? No Problem ✅ Sudah TerbitWhere stories live. Discover now