Epilog

24.7K 1.2K 20
                                    

"Ma! Gaunku ada di mana sih?!" Ujar perempuan tersebut seraya berjalan menuruni tangga rumahnya dengan tergesa-gesa.

"Duh, kamu ini sudah besar tapi kelakuan masih aja kayak anak kecil. Disiplin dong!" Cibir Rita.

"Iya, iya! Gaunku mana? Aku telat nih!" Tanya Andrea sekali lagi.

"Nih." Ujar Rita seraya memberikan gaun yang akan dipakai oleh Andrea malam ini. Gaun favorit miliknya yang ia pakai hanya untuk acara penting.

Dengan secepat mungkin Andrea menyambar pakaian tersebut dan mengenakannya. Ia merias wajahnya sebaik mungkin untuk malam ini. Dengan tergesa-gesa, perempuan tersebut segera keluar dari kamarnya dengan gaun renda berwarna biru melekat pada tubuhnya.

"Cie, anak mama cantik amet." Ujar Rita seraya tersenyum melihat anaknya tersebut.

"Dari dulu kali. Ya udah, aku pergi ya, ma."  Pamit Andrea kepada ibunya.

"Hati-hati, ya."

***

Perempuan tersebut berdiri mengobservasi dirinya sendiri di depan cermin. "Rambut, make up, pakaian, semua cek." Dengan penuh percaya diri, Andrea berjalan menuju salah satu karyawan kafe.

"Atas nama siapa?" Tanya karyawan tersebut. Setelah Andrea menjawab, karyawan tersebut menuntunnya ke meja tujuannya.

"Um.. Hai?" Ucap Andrea ragu. Berpikir mungkin ia salah orang.

Lelaki tersebut melirik Andrea sekilas. "Hai."

Kemudian lelaki tersebut menatap Andrea dari atas hingga ke bawah. Perempuan tersebut merasa akan mati sepersekian detiknya.

"Kenapa sih, Ger? Gue aneh ya?" Ujar Andrea risih dengan tatapan tersebut.

"Enggak sih. Menurut gue lo cantik aja malam ini." Balas Gerald tanpa melihat perempuan di hadapannya tersebut. Saat itu juga Andrea merasa wajahnya merah merona. Gerald hanya tersenyum tipis saat melihat tingkah perempuan tersebut.

Kemudian Gerald beranjak dari kursinya meninggalkan Andrea yang bertanya-tanya dengan tingkah lelaki tersebut.

"Test." Saat itu juga Andrea menyadari Gerald yang sudah berdiri di atas panggung kafe.

"Pertama-tama, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan-nya dengan kehadiran saya di sini. Malam ini, saya ingin mempersembahkan lagu untuk orang yang saya cintai hingga saat ini." Ujar Gerald seraya menatap Andrea sekilas.

"Lagunya untuk siapa ya?" Tanya salah satu karyawan kafe yang penasaran.

"Untuk perempuan di sebelah sana." Balasnya seraya menunjuk Andrea. Seluruh penjuru kafe kini menatap ke arah perempuan tersebut. Ia merasa gugup dan malu di saat yang bersamaan.

Oh, her eyes, her eyes
Make the stars look like they're not shinin'
Her hair, her hair
Falls perfectly without her trying
She's so beautiful
And I tell her everyday
Yeah

I know, I know
When I compliment her she won't believe me
And it's so, it's so
Sad to think that she don't see what I see
But every time she asks me, "Do I look okay?"
I say,

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause, girl, you're amazing
Just the way you are
Yeah

Her lips, her lips
I could kiss them all day if she'd let me
Her laugh, her laugh
She hates but I think it's so sexy
She's so beautiful
And I tell her everyday,

Oh you know, you know, you know
I'd never ask you to change
If perfect's what you're searching for
Then just stay the same
So don't even bother asking if you look okay
You know I'll say,

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause, girl, you're amazing
Just the way you are

The way you are
The way you are
Girl, you're amazing
Just the way you are

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause, girl, you're amazing
Just the way you are.

(Bruno Mars - Just The Way You Are)

Petikan gitar berhenti. Kemudian Gerald segera turun dari panggungnya dimeriahkan dengan tepukan tangan pengunjung kafe.

Lelaki tersebut berjalan ke Andrea. Di hadapan perempuan tersebut ia merogoh-rogoh kantongnya dan mengambil sebuah kotak kecil, kemudian ia berlutut seraya membuka kotak kecil berisikan cincin tersebut.

"Will you marry me?"

Andrea malu juga gugup dengan situasi saat ini. Rasa bahagia di hatinya tak terhentikan. Ia pun menghela nafasnya perlahan dan menjawab,

"Yes."

3 Tahun Kemudian

Andrea menatap dirinya di depan cermin. Mengamati dirinya sendiri dari atas sampai bawah.

"Hm. Rapi." Ujarnya meyakinkan dirinya.

"Ma, siap-siapnya belum selesai?" Tanya Gerald dari luar kamarnya.

"Iya ini sudah kok!" Balasnya lantang agar dapat terdengar. Kemudian ia keluar dari kamarnya dengan gaun berwarna putih yang sangat pas pada tubuhnya.

"Yuk, berangkat."

***

"Selamat ya! Gue kira lo bakalan sama yang lain, Nat. Ternyata ujung-ujungnya sama ini orang. Seneng ya? Akhirnya dapetin Aldo." Ujar Andrea terkekeh seraya menyindir sang lelaki.

"Sst! Berisik ah lo." Cibir Nata seraya mengerucutkan bibirnya.

"Gak usah manyun gitu. Jadi gak cantik." Ucap Aldo. Saat itu juga Nata membuang muka karena malu.

"Gak usah bikin tontonan, deh." Andrea memutar bola matanya.

"Lo juga. Punya anak duluan. Lucu lagi! Kesel gue." Ujar Nata melihat seorang bayi yang tertidur pulas di kereta dorong.

"Ya papanya ganteng sih." Sambar Gerald dengan wajah datarnya.

"Pede." Andrea memutar bola matanya.

"Mendingan Eva buat gue aja." Ujar Nata.

"Gak usah. Ntar kita bikin sendiri." Sambar Aldo. Kemudian Nata memukul lengan Aldo seraya menahan malu.Keempatnya pun tertawa bersama setelah itu.

***

A/N
Ini bener-bener part terakhir dari cerita ini. Gue udah bikin sequelnya sih(tapi belum dipublish). Semoga ada yang baca ya :'

[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang