14. Ancaman

18.5K 1.2K 26
                                    

[Multimedia dihapus agar pembaca dapat berimajinasi sendiri bagaimana wajah Nata]

***

Andrea POV

"Gimana kalau nginep di rumah gue?" Ujar Gerald dengan wajah datarnya. "Orang tua gue lagi ada kerjaan di luar kota." Lanjutnya.

Gila kali ya?! Enteng banget ngomongnya! Malah mukanya datar begitu. Minta ditonjok. Terus kalau entar bakal terjadi sesuatu yang aneh-aneh gimana?!

Yah, kalian tau kan? Kalau laki-laki sama perempuan berduaan doang di rumah, bakal ngelakuin hal yang.. gitulah! Kayaknya gak usah gue jelasin secara mendetail deh.

"Pede banget sih." Lah, dia bisa baca pikiran gue?

"Kalau gitu, artinya lo gak ada keinginan buat semacam 'itu' kan?" Tanya gue meyakinkan.

"Ada."  Balasnya lagi. Membuat gue speechless. Setelah gue berdiam diri untuk beberapa saat, gue baru menyadari kalau Gerald baru selesai menelepon seseorang.

"Nelpon siapa lo?" Tanya gue bingung. Malem-malem gini mau nelepon siapa dia?

"Ngajak Aldo sama Nata nginep di rumah gue. Lo gak mau diserang kan?" Ujarnya. Kadang gue suka gak ngerti sama Gerald. Bisa berpikiran mesum tiba-tiba gitu.

"Omes banget sih." Cibir gue. Gerald cuma tersenyum kecil mendengar sebutan itu.

"Gue anggep itu pujian."

(Back to author pov)

"HAIIIII! Duh gue seneng banget kita bisa ngumpul gini. Kayak Sleep Over  gitu!" Ujar Nata bersemangat setelah memeluk Andrea.

"Duh, toa banget sih suaranya! Udah malem tau. Lo mau digampar tetangga?" Balas Andrea. Nata hanya tertawa kikuk mendengar ucapan sahabatnya.

"Sorry, hehe. Abis, pasti malem ini bakal seru banget! Kan gak mungkin kita bakal langsung tidur kan?" Balas Nata bersemangat.

"Gue udah beli banyak daging nih. Barberque yuk?" Ajak Aldo selagi menggenggam kantong plastik yang penuh dengan tumpukan daging.

Gerald dan yang lainnya mengangguk setuju dan keempatnya pun melewati malam dengan menyenangkan, tanpa ada gangguan sedikitpun. Sampai akhirnya semua tidur terlelap kelelahan.

"Untuk saat ini, lo bisa bersenang-senang. Tapi berikutnya, gue menjamin hubungan kalian tidak akan bertahan lama. Tunggu gue, Gerald."

***

'Eh, katanya ada murid baru ya?'

'Yap. Banyak yang liat murid pindahan itu di ruang kepsek tadi.'

'Cewek atau cowok?'

'Cewek. Cantik banget weh.'

'Kira-kira masuk kelas kita gak?'

Pembicaraan para lelaki terputus setelah melihat wali kelas mereka berjalan memasuki ruangan, diikuti oleh murid perempuan yang belum pernah terlihat di kelas tersebut.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid pindahan. Silahkan perkenalkan diri." Ujar guru tersebut mempersilahkan.

"Halo! Nama gue Anabella Dylaniar. Kalian bisa panggil gue Bella. Semoga kalian mau berbaur sama gue." Ucap murid bernama Bella tersebut dengan ramah.

"Oke, Bella. Kamu, duduk di samping ketua kelas ya. Nah, sekarang saya ada urusan sebentar." Kemudian guru tersebut segera berjalan keluar kelasnya.

Bukannya duduk di samping ketua kelas, Bella justru menghampiri Gerald yang menatapnya bingung.

"Hai." Sapa Bella. "Udah lama gak ketemu ya." Lanjutnya. Namun Gerald hanya menatapnya datar lalu kembali mengalihkan pandangannya. Bella pun merasa kesal dan menarik dagu Gerald dengan kasar. Keduanya pun kini menjadi tontonan seisi kelas.

"Denger ya. Karena gue udah ada di sini, gue akan melakukan apapun sampai lo melirik gue. Gue akan melakukan apapun sampai lo jadi milik gue seutuhnya. Siap-siap aja." Ujar gadis tersebut seraya menatap kedua bola mata Gerald lekat-lekat.

Gadis tersebut segera melepaskan genggamannya, lalu menatap Andrea sinis seraya berjalan ke tempat duduknya di samping ketua kelas. Tatapan tersebut membuat Andrea merasa terancam.

Apa yang akan dilakukan gadis tersebut?

***

A/N
HAII! Gue baik kan? Nge-publish lebih cepet dari biasanya, sesuai janji gue. Tapi karena publishnya dipercepat, ceritanya diperpendek deh. Biar ide-ide gue ga tersalurkan di satu part doang, hoho.

Note : Jangan jadi silent readers ya!

Salam manis,

Thell.








[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang