Namaku Pelangi

205 5 2
  • Dédié à semua readers wherever you are
                                    

13 April 2000

Namaku Pelangi. Sekarang, aku duduk di bangku kelas 6 SD Harapan. Saat ini aku sedang mengikuti pelajaran IPA, hanya saja aku sudah merasa bosan mendengarkan ocehan guru IPA-ku tentang simbiosis mutualisme atau apapun itu. Aku sendiri tak tahu kenapa aku selalu tak bisa paham apapun mengenai pelajaran alam. Menurutku alam itu terlalu luas untuk dipelajari sehingga ketika kita mempelajarinya dalam bentuk terkotak-kotak seperti ini, aku merasa selalu ada yang kurang untuk dipelajari.

Sebenarnya selain menulis buku harian ini, hal lain yang menjadi hiburanku saat ini adalah pemandangan cowok yang duduk di sebelahku ini. Langit. Mungkin ini hanya pengaruh yang terjadi padaku dari masa pubertas, tapi menurutku dia memang terlihat lebih ganteng daripada teman-teman cowok sekelasku yang lain. Sayangnya dia agak nakal dan sangat cuek. Tapi aku tak peduli. Memandanginya sepanjang hari takkan merusak mataku kok. Mungkin aku harus meminta Bu Lusi agar tidak pernah memindahkan tempat duduk lagi. Aku sudah cukup bahagia duduk di sini, meski duduk di baris paling belakang dan juga paling ujung, asalkan yang duduk di sebelahku adalah Langit, itu sama sekali tak masalah bagiku.

"Mau sampai kapan lo ngeliatin gue," suaranya yang mulai mengalami perubahan itu tiba-tiba saja mampir ke telingaku. Walaupun nadanya terdengar ketus, tapi itu cukup untuk membuatku berbunga-bunga. Ahh... menyenangkan sekali. Saat dia mengucapkan itu, tentu saja aku langsung menulisnya. Ya ampun, aku sampai lupa menjawab.

Sebenarnya, aku ingin menjawab, "Sampai kapanpun, aku akan tetap mengagumi wajahmu yang tampak seperti diukir oleh dewa-dewi Yunani dengan sangat jeli itu." Tapi tentu saja aku tak mau mempermalukan diriku sendiri dengan melakukan itu. Akhirnya aku memutuskan untuk menjawab, "Emangnya aku nggak boleh ngeliatin kamu?" (tentu saja aku menjawab dulu baru menulis ini).

"Jangan-jangan lo nulis juga kata-kata yang tadi, lagi," katanya mengejutkanku. Dia kemudian tampak ingin mengintip kamu, buku harianku. Hhh... daripada dia membaca tulisanku dan membuatku malu, lebih baik, besok lagi deh, aku nulisnya.

~~~

24 Mei 2003

Namaku Pelangi. Sekarang aku duduk di kelas tiga SMP Darma Bangsa. Sekarang aku sedang mengikuti pelajaran sejarah, yang sangat membosankan. Bahkan, beberapa anak di deretanku sudah tertidur sekarang. Yah, semua anak sebenarnya di deretanku dan di deretan di depanku. Kecuali aku dan teman sebangkuku, Langit.

Aku sendiri tak mengerti kenapa aku masih juga duduk sebangku dengannya. Selalu saja, dia meminta duduk sebangku denganku. Mungkin karena sudah merasa nyaman kalau bekerja sama atau mungkin karena dia suka berada di dekatku. Haha. Aku tahu, itu sama sekali tak mungkin. Langit dan aku? Sama seperti langit dengan bumi. Ya, ya, itu memang agak aneh, karena namaku bukan bumi melainkan Pelangi dan langit dan pelangi hampir selalu berdampingan, tapi itu kan hanya perumpamaan (hhh... aku jadi bingung sendiri).

Langit adalah cowok yang sangat populer di sekolah ini. Mungkin karena wajah tampannya, atau mungkin karena dia jago olahraga, atau mungkin karena sikap dinginnya yang malah dianggap cool dan misterius. Sementara Pelangi? Siapa yang mengenal Pelangi? Mungkin cukup banyak juga, mengingat aku adalah si ketua OSIS yang super kutu buku, jelek, dan aneh. Mungkin juga karena aku ini sering ikut olimpiade dan sebagainya. Nah, sudah liat perbedaannya? Tidak mungkin kan, seorang Langit yang super gaul itu suka kepada seorang Pelangi yang super nerd ini?

Sesekali aku melirik ke arah Langit. Hmm... memang tak mungkin dia menyukaiku.

~~~

12 Januari 2006

Namaku Pelangi. Saat ini aku duduk di bangku kelas tiga SMA. Sekarang aku sedang mengerjakan ujian nasional matematika. Aku menulis ini di kertas coretan, tentu saja, mungkin nanti baru akan aku pindahkan ke buku harianku. Beberapa menit yang lalu, aku baru saja selesai memeriksa untuk yang ketiga kalinya jawabanku. Yah, aku hanya bisa berharap bahwa aku punya cukup jawaban yang benar untuk bisa lulus.

The Untold StoriesOù les histoires vivent. Découvrez maintenant