Part 5

2.1K 189 6
                                    

Selamat membaca!

-----------

Aku membaca lembar yang ketiga. Tulisan yang membuatku terkejut.

Kamis, 10-7-2002

Aku merasa tidak berguna! Sangat tidak berguna! Bagaimana tidak.. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat anakku disakiti oleh hantu. Andaikan.. Aku masih menjadi pemburu hantu, pasti anakku tidak akan kesakitan.

Maafkan mama anakku.

Mataku terbelalak. Jadi.. Mamaku dulu juga pemburu hantu? Dan dulu aku juga pernah disakiti oleh hantu.

Aku benar-benar tidak mengerti ini semua. Tapi.. Aku yakin, semua ada kaitannya.

-Author-

Adrina berjalan menuju kelas sambil menundukkan kepalanya. Kepalanya sangat pusing. Ia juga merasa sangat ngantuk, semalam ia tidak bisa tidur. Ia bingung! Ia masih tidak mengerti tentang ini semua! Tentang diary mamanya, tentang waktunya yang tinggal sedikit dan berkurang.

Langkahnya terhenti saat sepasang sepatu berhenti di depannya. Ia mengangkat kepalanya.

Sean.

Adrina tersenyum tipis kepada Sean. Seorang laki-laki yang sekarang mungkin bisa dibilang menemani hari-harinya.

"Adrina, mengapa kau menundukkan kepala terus? Bagaimana kalau kamu menabrak sesuatu?"

Adrina memandang sebal Sean.

"Buktinya aku tidak menabrak sesuatu kan?"

Sean terkekeh pelan melihat wajah Adrina yang sedang sebal.

"Oke.. Oke.. Jangan marah seperti itu, wajahmu menjadi lucu kalau marah."

"Terserahlah.."

Adrina masuk ke kelasnya dengan wajah yang di tekuk. Ia menghabiskan waktu sebelum bel dengan duduk di kursinya sambil menenggelamkan wajahnya di lengannya.

"DARRR!!!"

Adrina sangat terkejut. Ia langsung mengangkat wajahnya. Ia sudah bersiap untuk mengomel, tapi melihat siapa yang mengagetkannya ia langsung berteriak senang.

"Silllaaaa!!! Kenapa kamu gak ngabarin aku kalau kamu mau balik? Aku kangen banget sama kamu Sil, selama ini aku kan gak punya temen," ucap Adrina panjang lebar. Matanya berbinar-binar menatap sahabatnya itu. Mulutnya membentuk sebuah senyuman yang lebar.

"Aduh.. Adrina.. Ngomongnya itu pelan-pelan dong. Aku juga kangen banget sama kamu. Tapi liat reaksi kamu begitu saat liat aku, aku tambah yakin kalau emang aku ini ngangenin deh." Sila terkekeh pelan. Rambutnya yang lurus menari-nari.

"Terserah kamu deh mau ngomong apa. Tapi emang aku kangen banget sama kamu, udah gak ngabarin aku lagi."

"Kan supaya surprize lho.. Adrina."

-

Sila menatap Sean dengan perasaan was-was. Matanya menatap tajam Sean yang sedang asyik memakan makanannya. Ia merasa sedikit sebal, baru tinggal beberapa minggu, Adrina sudah mendapat teman baru.

Sean merasa sedang ada yang memperhatikannya, ia mengangkat wajahnya. Ia tersenyum jahil sambil menatap Sila yang sekarang sedang salah tingkah.

Adrina terkekeh pelan melihat perlakuan teman-temannya. Sila melotot ke arah Adrina.

"Adrina, bagaimana kamu bisa berteman dengan laki- laki ini?"

Adrina melirik Sean dan Sean mengangguk, tanda memperbolehkan Adrina menceritakannya.

"Sebenarnya.. Sean juga sama sepertiku. Dia juga menjadi pemburu hantu." Adrina mengecilkan suaranya.

Sila menatap Sean dengan tatapan tak percaya sambil mengangguk. Ia hanya tidak menyangka laki-laki seperti dia bisa menjadi pemburu hantu juga.

Adrina memang menceritakan dirinya pemburu hantu kepada sahabatnya itu. Awalnya sih.. Sila gak percaya, tapi lama-lama ia percaya juga.
-

Adrina ketakutan. Ancaman itu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Keringat dingin mengalir di dahinya. Ia takut! Ia sangat takut! Apa yang akan terjadi dengannya? Ada apa dengan ini semua? Kenapa dunia ini mendadak menjadi aneh?

Flashback on

"Adrina! Cepetan dong..! Aku capek nih nungguin kamu" teriak Sila di depan kelas.

"Sabar dong Sil!" teriak Adrina sambil memasukkan buku-bukunya.

Secarik kertas jatuh dari bukunya. Adrina memungutnya. Ia membacanya. Matanya melebar.

Sekarang, kau incaranku Adrina. Kau akan menderita! Aku akan membalas dendamku.

Dari,
Musuhmu

"Adrina ayo...!!!" Teriak Sila lagi, ia sudah tidak sabar.

Sila berjalan mendekati Adrina yang masih terpaku.

"Adrina kamu kenapa?" Tanya Sila, ia melihat secarik kertas yang masih dipegang Adrina. Sila langsung merebut kertas itu. Matanya terbelalak.

"Kamu.. Punya musuh Drin?" Tanya Sila dengan pelan

Adrina menggeleng. "Sudahlah, mungkin hanya orang iseng" ucap Adrina.

Tapi entah mengapa, ia merasa yakin itu bukan orang iseng. Ia yakin dirinya sekarang menjadi incaran seseorang, entah siapa.

----------
Jangan lupa vote dan comentnya ya. Hehehe.

Sampai jumpa di part selanjutnya~~ 😁😁

Pemburu Hantu [End]Where stories live. Discover now