Part 2

2.8K 228 6
                                    

"Bagaimana kau bisa tau aku juga pemburu hantu?" Tanya Adrina yang masih memasang wajah terkejutnya itu.

"Yah.. Ada tulisan di buku itu, kalau ada pemburu hantu juga yaitu kamu. Dan aku kesini mau minta bantuan ke kamu."

"Bantuan?" Adrina menaikkan kedua alisnya bingung.

"Iya.. Karena aku baru jadi pemburu hantu, jadi aku gak seberapa ngerti. Aku juga baca bukunya gak nyambung-nyambung, jadi aku mau minta kamu bantuin aku kalau ada yang aku gak ngerti," ucap Sean sambil jarinya mengetuk- ngetuk meja kantin, membuat suara kecil.

"Ok deh.... Tapi aku mau nanya sesuatu." Tatapan terkejutnya sudah berganti dengan tatapan lembut.

"Apa?" Tanya Sean sambil menatap gadis yang ada didepannya lekat- lekat. Ia merasa sedikit terganggu dengan poni Adrina yang kelewat panjang.

"Ada lagi gak pemburu hantu selain kita, di sekolah ini?" Tanya Adrina sambil sibuk memakan makanannya. Menjejali mulut kecilnya dengan makanan bulat- bulat itu, bakso.

"Entahlah.. Aku cuma diberitahu kamu."

Adrina merasa laki-laki yang sedang berbicara dengannya sekarang cukup baik. Tapi ia merasa belum pernah melihat laki-laki ini di sekolahnya.

Anak baru tah? Mungkin bukan.. Aku kan anak yang termasuk tidak punya teman disini.

Kring.. Kring..

Bel berbunyi dengan nyaringnya bersamaan dengan Adrina memasukkan suapan terakhir makanan ke mulutnya.

"Ya sudah.. Aku ke kelas duluan," ucap Adrina sambil beranjak dari tempatnya. Adrina tersenyum lebar.

Sean hanya mengangguk. Ia juga mengikuti Adrina di belakangnya, menuju ke kelasnya juga.

-

Adrina terdiam sambil memandangi bintang di langit. Rambutnya yang lurus terurai menari-nari. Ia bingung. Ia masih penasaran dengan kata-kata yang ada dibuku pemburu hantunya.

Flashback on

Adrina melihat buku-buku yang dia hasilkan selama menjadi pemburu hantu. Buku-buku itu berjejer rapi di sudut ruangan. Jika ia berhasil mengalahkan hantu, maka terbentuk buku yang berisi tentang kehidupan hantu itu saat masih manusia.

Buku pemburu hantu Adrina bertanda merah. Ia mengambil bukunya yang sekarang tergeletak di meja. Ia membuka bukunya. Muncul tulisan di lembar pertama.

BURULAH HANTU SEBANYAK MUNGKIN, SEBELUM WAKTUMU HABIS!!!!

Mata Adrina melebar.

"Waktuku habis? Memang kenapa? aneh deh.."

Ia membaca ulang kata-kata itu sekali lagi. Ia masih saja tidak mengerti arti tulisan itu.

Flashback off

Ting.. Ting..

Buku pemburu hantunya kembali berbunyi. Ia langsung membuka dan membaca tulisan di lembar 240 buku itu.

Meria Alya.
Gedung tua.

Adrina menutup bukunya. Ia memejamkan matanya dan mengucap mantra. Sesaat kemudian, ia sudah berada di lantai paling atas gedung tua.

Ia tersenyum kecil pada hantu wanita didepannya. Hantu itu membalasnya dengan seringai yang menyeramkan. Matanya yang tanpa pupil menatap Adrina. Adrina tanpa takut menatapnya balik dengan senyum mengejek.

Hantu itu mengeluarkan sesuatu dari tangannya berupa sinar yang menyilaukan mata Adrina. Adrina tidak bisa mengelak. Ia terkejut mendapat serangan mendadak dari hantu itu. Tubuhnya mundur beberapa langkah. Tangannya memegang dadanya. Sesak yang ia rasakan.

"Maaf gadis muda, tapi aku bukan hantu yang mudah dikalahkan," ucap hantu itu diakhiri dengan tawa yang menyeramkan.

Hantu itu lagi-lagi mengeluarkan sesuatu yang sama dari tangannya, tapi sedikit berbeda, sinar cahaya yang dikeluarkan oleh hantu itu lebih besar dari yang tadi. Adrina yang sudah kesakitan tak bisa menghindar, sekarang tubuhnya sudah terduduk di lantai gedung tua itu. Tangannya tergores pecahan kaca di lantai yang berdebu itu.

Hantu itu tertawa puas melihat Adrina sesak. Adrina yang sudah terkulai hanya bisa pasrah pada nasib. Ia bingung, mengapa sayap di punggungnya tidak bisa keluar, biasanya sayapnya akan keluar otomatis saat darurat seperti ini.

DUMMM!!!

Suara itu mengejutkan Adrina, ia hanya bisa melihat samar-samar. Seorang laki-laki berjalan dengan santai kearah hantu itu. Hantu itu mengeluarkan sesuatu lagi yang sama dari tangannya. Tapi laki-laki itu bisa mengelak dan mengeluarkan kekuatannya yang membuat hantu itu kesakitan. Lalu laki-laki itu mengeluarkan tabung dan membukanya. Sekejab saja, hantu itu menghilang, tertarik ke dalam tabung itu.

Laki-laki itu melirik ke arah Adrina yang masih duduk kesakitan. Ia lalu mengulurkan tangannya ke Adrina.

Adrina mengangkat wajahnya. Walaupun hanya pernah sekali ia melihat wajah laki-laki itu, tapi ia masih bisa mengingatnya.

Sean.

----------------
Terimakasih yang udah mau ngebaca cerita ini. Aku minta saran dan kritiknya ya. Jangan lupa yang suka dengan cerita ini vote juga.

Pemburu Hantu [End]Where stories live. Discover now