Chapter 7

636 91 24
                                    


*Alfred's POV*

Apa? Kenapa perempuan ini? Jangan bilang dia pingsan, atau malah mati? Dan kenapa jantungku berdetak tak karuan begini? Kenapa aku merasakan rasa sakit meskipun aku tak terjatuh atau apa?

Aku tak bisa melepaskan pandanganku dari sosok gadis yang telah terkulai lemas itu. Di sebuah sisi di kepalaku memaksa untuk membawanya pergi ke UKS. Tapi harga diriku menahan tubuhku untuk mengangkat (name). Heck, bahkan bergerak dari tempatku sendiri aku tak bisa. Dan semua ucapan, bisikan para murid yang berada di sekitar situ tak membantuku sama sekali.

Jujur, aku sangat panik dan ingin kabur dari tempat ini. Aku tak pernah menyangka kalau orang bodoh ini akan pingsan begitu saja di hadapanku. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Pikiranku hanya terpaku pada dua pertanyaan tersebut.

Belum selesai aku memutuskan harus melakukan apa, saudaraku, Iggy, tiba-tiba muncul dari kerumunan dan telah mengambil tindakan. Ia segera menggendong (name) dan berjalan terburu-buru menuju UKS. Namun sebelum ia benar-benar pergi, ia menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang. Lebih tepatnya ke arahku.

Alisnya yang tebal menekuk kebawah, mata hijaunya yang biasanya terlihat teduh dan ramah memicing memancarkan kebencian. Satu kata untuk menjelaskan apa yang ia rasakan—kekecewaan.

"Aku keluar dari geng bodohmu, Alfred F. Jones. Dan tambahan, kau ini bukan hero. Kau ini perusak kehidupan orang yang kau anggap lebih rendah darimu. Bloody hell, aku bahkan bingung kenapa aku masih terus bersama denganmu dan gengmu." selesai berkata seperti itu, ia pun berlari ke UKS seraya membawa (name)

A-Apa?

Baru saja Iggy... aku? Bukan hero?

Perkataannya membuatku membisu. Tak ada yang dapat kukatakan atau lakukan. Kata-katanya begitu menusuk hati, dan membuatku merasa marah dan... rasa bersalah perlahan juga menggerogoti diriku.

Ya, aku merasa bersalah akan keadaan gadis bodoh itu!

"Alfred, biarkan saja orang itu. Lagipula, siapa yang membutuhkannya? Onhonhon~" tawa Francis menggema di telingaku. Dan entah bagaimana malah membuatku panas sendiri.

Buagh!

Tanpa sadar, tinjuku telah melayang ke wajah lelaki asal Prancis itu.

"A-Apa yang kau lakukan, Alfred? Memukul wajah tampanku begitu saja!"

Aku... bahkan tak tahu alasan tubuhku bergerak semaunya.

"Eh, sorry, aku tak sengaja."

Ia mendengus. "Hmph, kali ini kau kumaafkan."

Ada apa denganku?

~(:v)~

*Normal POV*

Kau terbangun dengan seorang gentlemen asal Inggris duduk di samping ranjang yang kau tempati. Kaget? Tentu saja. Bagaimana tidak? Arthur bukanlah teman yang terlalu dekat denganmu. Meski ia pernah menolongmu dari Alfred, tetap saja. Dia kan juga anggota Allies.

Otomatis kau menjauhkan dirimu sedikit dari Arthur. Rasa takut masih dapat menguasaimu, apalagi setelah dapat mengingat hal yang membuatmu bisa berada di tempat ini lagi.

Arthur yang tampaknya sadar akan ketakutanmu menunduk. "Hey, aku... sudah keluar dari geng bodoh itu. Kau tak perlu lagi takut padaku. Aku... juga temanmu." Kemudian ia tersenyum kecut.

Melihat Arthur yang seperti ini, sudah pasti ia mengatakan yang sebenarnya. Kau pun mulai rileks dan kembali mendekatkan diri padanya. Kau membuka mulutmu, namun tak ada suara yang keluar. Justru rasa sakit malah menyergap seluruh badanmu secara tiba-tiba.

"A-Apa kau mau minum? Akan... akan kuambilkan!" dari suaranya yang bergetar, kau tahu kalau ia ketakutan dan khawatir. Dalam sekejap, segelas air sudah berada di tangannya. Menyodorkan air itu padamu, kau menerimanya dengan agak sungkan.

Setelah menengguk cairan dingin tersebut, kau tak meletakkan gelasnya. Kau justru menggenggam erat benda itu. Apa yang tadi Arthur katakan masih berdengung di telingamu.

'Keluar dari Allies? Apa ia serius? Apa ia hanya ingin mempermainkanku?' batinmu. Namun feelingmu mengatakan bahwa Arthur bersungguh-sungguh. Dan mana mungkin lelaki ini mempermainkanmu? Ia sudah menolongmu sebelumnya.

Apa tidak masalah jika mempercayai orang ini?

"...kenapa kau keluar?"

Lelaki berambut pirang itu menunduk sehingga wajahnya tak terlihat sama sekali.

"Aku muak dengan mereka. Selalu melukai orang lain. Tch, hero, hero! Apanya yang hero? Si Amerika itu benar-benar sudah kelewat batas!"

Suaranya Arthur yang keras menggema di ruang itu. Kekecewaanlah yang menyelubungi tiap kata yang ia lontarkan. Dan ketika ia menengadahkan kepalanya kembali untuk menatapmu, sepasang orbs hijau itu telah berkaca-kaca, air mata menggenang di sudut matanya.

"Orang bodoh itu sudah berubah total! Aku... maaf, tapi aku sempat melihat begitu banyak lebam di tubuhmu. Sebagai seorang kakak, aku minta maaf atas kelakuan bodohnya!" ah, setetes air mata telah berhasil lolos dari tempat asalnya.

Meskipun Arthur kecewa berat, kau tahu kalau ia ingin adik angkatnya itu kembali ke dirinya yang dulu. Kau tahu ia masih menyimpan rasa sayang pada adiknya, Alfred. Kau tahu ia masih berharap banyak padanya.

"Itu... t-tidak apa-apa. Luka-luka ini sudah tak terasa lagi, kok. Haha..." kau memaksakan dirimu untuk tertawa. Sayangnya, justru malah terdengar parau. Kau tak bisa berbicara dengan normal. Entahlah, seperti ada beban yang menghalangi suaramu untuk memaafkan Alfred dengan tulus.

"Tapi, (name), kau—"

Kau segera melompat turun dari ranjang UKS, mengabaikan rasa sakit yang tersebar di sekujur tubuhmu ketika kaki-kakimu mendarat ke lantai keramik yang dingin. Cukup, kau tak ingin mendengar orang ini meminta maaf atas kesalahan yang bukan ia lakukan.

"Aku harus... pulang."

Tak memperdulikan panggilan Arthur, kau melanjutkan larimu menuju keluar sekolah.

"B*tch! Kau pikir kau mau kemana?!"

Oh tidak.

---------------------------------------------- :v --------------------------------------------------

//HAE, AKHIRNYA CHAP 7 BERHASIL KELUAR DARI OTAK SAYA. /apa

i knu ini sudah beberapa bulan (atau tahun?) semenjak terakhir saia apdet. Maap ya, aku tersesat di jalan kehidupan(?) <<mintadipukul

btw, kayaknya ff ini bakal tamat di chapter depan deh.

Yah kayaknya cukup sampai sini aja ocehan gaje saya. Thanks for the vomments! //

The Pain of Loving You (ON HOLD)Where stories live. Discover now