V

8.2K 721 11
                                    


Sepintar-pintarnya kau sembunyikan rahasia, kau pasti tak akan mampu untuk terus menutupnya.

Malam ini Taehee kembali mendapati Yunho menforsil tubuhnya untuk terus bekerja, acara makan malam ini tanpa hadirnya Yunho di tengah mereka, Jihoon hanya bisa mendesah frustasi akan kegilaan Yunho akan Jaejoong, Changmin pun melirik bangku Yunho yang tak terisi.

"Yunho bilang banyak pekerjaan, ia terlalu memaksakan tubuhnya. Hhh, entah sampai kapan Yunho akan berhenti seperti ini." ujar Jihoon, Taehee pun terdiam. Di satu sisi Taehee suka akan kepergian Jaejoong, disisi lain ia terluka melihat Yunho seperti ini.

"Aku baru tau, Appa sama tersiksanya seperti Umma, maafkan aku. Aku bukan bermaksud tidak ingin mempertemukan kalian, aku ingin sekali mempertemukan kalian, tapi ini bukan waktu yang tepat." Guman Changmin dalam hati. Tak banyak percakapan yang mereka lakukan pada acara makan malam tersebut, mereka saling diam pada fikiran masing-masing.

Setelah selesai makan malam, Changmin pun kembali ke kamarnya. Kyuhyun tau akan kondisi Changmin pun mengikutinya. Changmin duduk di tepi ranjangnya kini, Kyuhyun pun masuk ke kamar Changmin dan menutup rapat pintu kamar tersebut. Ia menghampiri dan duduk di samping Changmin.

"Rasanya sulit sekali Kyunie. Orang tuaku saling tersiksa, mereka saling menanti satu sama lain, bahkan tadi siang pun mereka nyaris bertemu, tapi-.. tapi bodohnya aku dan Changwook menghalanginya. Aku merasa sangat jahat Kyu." Kyuhyun hanya mengusap bahu Changmin dengan lembut.

"Tidak Min, kalian tidak jahat, mereka pasti dapat bertemu dan bersatu, percayalah. Kau tidak boleh lemah dan seperti ini. Mana Changmin yang periang, mana Changmin yang mampu melawan Boa Ajhuma, dan mana Changmin yang selalu buatku tertawa akhir-akhir ini." Changmin pun menatap Kyuhyun saat ini, Kyuhyun tersenyum kemudian.

"Semangat. Demi orangtua kalian." Changmin tersenyum dan menganngguk.

"Terima kasih Kyunie."

Di lain tempat, Taehee masih termenung dalam fikirannya, Yunho seperti ini pun karena ulahnya, rasanya ia sangat tidak sanggup lagi untuk menutupi kebenarannya.

"Jihoon-ie." Ujar Taehee yang kini duduk di hadapan cermin, ia hanya menatap kosong pantulan wajahnya dalam cermin tersebut, sementara Jihoon sedang bersandar pada kepala tempat tidur.

"Ya?"

"A-aku-.. " Taehee bingung harus memulai darimana, ia harus menceritakan kesalahannya kepada Jihoon. Jihoon hanya menyeritkan dahinya melihat gelagat istrinya.

"Ada apa?" tanya Jihoon.

"A-aku yang membuat semua kekacauan ini."

"Maksudmu?" tanya Jihoon tidak mengerti.

"Saat di Rumah sakit, Jaejoong melahirkan bayi kembar-.." Taehee pun menunduk, ia takut jika Jihoon tak terima dengan semua yang terjadi, Jihoon yang tadinya bersandar pun lekas duduk tegap mendengar pengakuan Taehee.

"Apa?!"

"Entah mengapa aku memikirkan memberikan satu bayi pada Jaejoong, dan bayi satunya pada Yunho-.. Aku sungguh di kuasai ego ku, aku sangat tidak ingin Yunho menikah dengan Jaejoong."

"Kau ini gila hah?!" Jihoon sudah sangat marah kini, Taehee hanya menunduk terisak.

"Ma-maaf. Aku menyuruh Jaejoong pergi dari kehidupan Yunho, dan aku memberikan Jaejoong surat perceraian dirinya dengan Yunho, dan aku berkata itu dari Yunho. " Jihoon hanya dapat menggelengkan kepalanya tidak menyangka akan perbuatan yang dilakukan Taehee.

"Hiks-.. la-lalu, surat yang aku berikan pada Yunho atas nama Jaejoong, itu pun bukan Jaejoong yang menulis, itu ulahku."

"Apa?! kau? Jadi itu ulahmu?" Jihoon kini beranjak dari ranjangnya dan menghampiri Taehee yang terisak, Taehee pun mengangguk.

Secret✔Where stories live. Discover now