III

7.3K 732 14
                                    



Jalanilah ujian yang di berikan oleh Tuhan untukmu dengan kesabaran, yakinlah ada buah kebahagian dari ujianmu tersebut.

Jaejoong tengah menyiapkan makan malam untuk Changwook, buah hatinya yang sangat ia rindukan selama ini. Ia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena mengembalikan putranya yang lain kepadanya, feeling Jaejoong selama ini benar, anaknya masih hidup sampai detik ini, dan tumbuh menjadi pemuda yang begitu tampan.

"Makanlah sayang, Umma hanya bisa memberikanmu makanan seadanya saja." Ujar Jaejoong dengan senyum yang terukir di wajahnya, Changwook hanya menatap Jaejoong, ia masih sangat merasa bersalah sempat membuat menangis orang sebaik Jaejoong, mengingatnya saja membuat hati Changwook ngilu.

"Mengapa hanya 1 piring Umma? Umma sudah makan?" tanya Changwook.

"Sudah, Umma sudah sangat kenyang, tadi sore sebelum Changmin datang Umma sudah makan." Dusta Jaejoong, Changwook pun mengangguk. Ia mulai menyuap nasi dan sayur yang telah Jaejoong siapkan untuknya, Changwook tau, Jaejoong belum makan, sebelum pergi Changwook melihat sisa nasi dan sayur hanya cukup untuk 1 orang saja, dan kini Jaejoong memberikan ini pada dirinya.

"Kalau begitu kita makan bersama, aku pun sudah makan dengan Haneul tadi. Ayo bukan mulut Umma." Ujar Changwook dengan tersenyum dan mengarahkan sendok nasi berisi makanan kepada Jaejoong, Jaejoong sempat menolak tetapi Changwook pun memaksanya. Jaejoong mengunyah nasi itu dan tersenyum serta mengusap lembut pipi Changwook. Changwook memegang tangan kurus Jaejoong dan mengecupnya.

"Aku sayang Umma." Ujar Changwook, Jaejoong pun tersenyum.

"Umma pun menyayangimu Changwook, kau dan Changmin adalah hal terindah yang Umma miliki." Changwook menempelkan tangan Jaejoong ke pipinya, ia merasakan sentuhan lembut dan hangat yang Jaejoong berikan padanya.

Di lain tempat, Changmin telah kembali dan berada di tengah keluarga Jung kini. Ia harus tau semuanya tentang Ummanya dan juga Appanya mengapa sampai seperti ini. Changmin hanya memandangi satu-persatu keluarga tersebut yang tengah makan malam.

"Siapa yang berani melakukan semua ini pada kami? Haraboji? Tidak, dia bukan tipe orang yang mempermasalahkan sesuatu. Halmoni? Apa iya, apa ia tega menyakiti hati Appa, anaknya sendiri? Boa? Si ular ini mungkin saja, tapi apa dia ada saat itu?" Changmin hanya menatap tajam orang-orang di sekitar meja makan, ia belum sama sekali memasukan nasi kedalam mulutnya. Yunho yang melihat tingkah aneh putranya pun menenyapanya.

"Changwook." Sapa Yunho, tapi Changmin tetap saja menggenggam kuat sendok dan garpu dengan kuat serta menatap satu persatu orang di meja makan itu dengan tajam.

"Changwook." Ujar sekali lagi Yunho dan sukses menyadarkan Changmin.

"Ya? Ya Appa.?"

"kau kenapa? Makananmu belum kau makan?"

"Oh, maaf." Changmin pun mulai menyuap makanan tersebut, fikirannya masih berkecamuk akan masalah perpisahan kedua orangtuanya.

"Boa sayang, kenapa kau mengenakan lengan panjang, tidak biasanya." Tanya Taehee, Boa mengenakan lengan panjang untuk menutupi memarnya akibat ulah Changmin tadi pagi. Changmin hanya melirik tajam Boa. Boa yang melihat Changmin hanya dapat diam takut.

"Ng-.. a-.. aku hanya ingin memakainya saja Ajhuma." Changmin tersenyum sinis mendengarnya, Kyuhyun masih terus memperhatikan tingkah Changmin. Acara makan malam pun selesai, seperti biasanya semua kembali ke kamar atau ke aktivitas mereka masing-masing, Changmin pun mengikuti Yunho. Yunho yang mengetahui Changmin ada di belakangnya pun berhenti dan membalikan badannya.

Secret✔Where stories live. Discover now