Azhura's Bride Part 24 : Azhura,Armenia,Yazza dan Cemburu

Start from the beginning
                                    

Sampai kemudian sosok itu muncul dari balik kabut merah yang melingkupi. Pesonanya bahkan membuat mata Yazza melebar. Kecantikannya tak tertandingi, menyisakan rasa perih di hati. 

Itu adalah Armenia, perempuan cantik dengan rambut hitam legam nan panjang, bentuk wajah yang sempurna serta perpaduan mata emas dengan hidung lancip dan bibir merekah tanpa dosa, membuat Yazza tidak bisa melepaskan pandangannya.

Tiba-tiba kesedihan dalam menohok ke dalam jantungnya. Menyakitinya lebih parah dari siksaan Machuahuiti  yang bersarang di dalam dirinya. 

Membayangkan bahwa dia bisa saja memperoleh kesempatan itu, kesempatan untuk memeluk tubuh mungil yang didamba ke dalam pelukannya. Dicintai dan mencintai pasangan takdirnya. Memiliki kebahagiaan berkilauan sebagai Atspere sang dewa pemelihara.

Sayangnya, kemungkinan itu tidak akan pernah terwujud. Hari di mana Yazza membunuh sang dewa kematian, disitulah dia menghapus semuanya. 

Ya. Itulah hukuman alam semesta terhadapnya. Karena dosanya, alam semesta dengan keji tidak pernah mencabut rasa cintanya kepada sang pasangan takdir.

 Yazza dihukum untuk selalu mencintai Armenia, pasangan takdirnya yang tidak mungkin lagi membalas cintanya, karena  sekarang  hatinya sudah berbalik arah meninggalkannya dan menjadi milik Azhura Kahn.

Keheningan diantara mereka berdua terpecah oleh gerakan-gerakan lincah di dekat kaki Yazza.

Sasalu itu muncul lagi setelah berputar-putar, wajah lucunya tampak bingung, tetapi dia kemudian mengendus aroma Yazza yang familiar, dan kemudian memutuskan untuk bersembunyi di belakangnya.  

Sementara Yazza masih terpaku menatap keindahan di depannya. Menatap Armenia yang kebingungan. Yazza sendiri tidak mampu berkata-kata karena tiba-tiba rasa takut merayapi benaknya.

Apa yang akan dipikirkan oleh Armenia ketika melihatnya? Apakah perempuan itu akan lari dan ketakutan? 

Dilihatnya Armenia seperti telah menyadari bahwa dirinya sudah melakukan kesalahan dengan menembus kabut merah Dievas Rumai yang terlarang. Perempuan itu membalikkan tubuh, hendak masuk lagi ke dalam kabut merah. Dan Yazza tidak bisa menahan diri untuk memanggil,

"Armenia..."

***

Panggilan itu membuat Armenia menoleh, panggilan yang asing dari suara asing pula.

Mata Armenia melebar menemukan sosok lelaki yang berdiri di depannya. Lelaki itu berambut perak panjang yang tampak lembut seringan bulu. Baju yang dipakainya bukanlah baju biasa, merupakan pakaian berkualitas tinggi yang dibuat serupa jubah panjang membalut tubuhnya. Warna bajunya hitam, hitam gelap dengan sedikit sulaman keemasan di sisi-sisi jubahnya.

Armenia mengangkat kepalanya dan tercengang ketika melihat betapa tampannya wajah lelaki yang sedang berdiri di hadapannya. Wajah lelaki itu lembut, dengan mata teduh berwarna hijau yang bening seperti kaca tembus pandang nan indah. Dan sekarang mata itu menatapnya dengan begitu intens, tak berkedip.

Penampilan lelaki di depannya yang tidak serupa manusia biasa membuat Armenia menyadari satu hal, dia memberanikan diri untuk bertanya,

"Apakah anda seorang dewa?" tanyanya pelan, berhati-hati.

Ada senyum di bibir lelaki itu mendengar pertanyaan Armenia, senyum lembut yang mengandung ironi.

"Ya." angguknya tipis, "Aku Yazza, dewa kematian."

Armenia menegang mendengar perkenalan dari Yazza. Ada sepercik ketakutan yang muncul di mata keeemasannya. 

Siapa yang tidak takut dengan dewa kematian? Dikatakan beliau membawahi makhluk-makhluk bawah berwujud mengerikan yang dikenal suka mengisap jiwa manusia sebagai santapan. Sang dewa kematian bahkan selalu diceritakan berwujud seperti tengkorak. Sementara makhluk yang ada di depannya ini sama sekali tidak mencerminkan sosok dewa kematian yang diketahuinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Azhura's BrideWhere stories live. Discover now