Between sandwich and a guilty

70 6 2
                                    

Hai, guys!!! Dua bulan gak apdet yaaa.. semoga kalian gak pada lupa :v

ENJOY!

                                                                                                       ***

PAGI ini langit terlihat tampak cerah, walaupun tidak secerah hati Salsa. Entah kenapa perasaan tidak enak itu muncul ketika dia masih di rumah. Dengan lesu, cewek berambut hitam sebahu itu berjalan menuju kelasnya. Sesampainya di kelas ia disambut oleh beberapa anak yang sedang mengobrol atau menyalin pr.

Dari semalam, Rally belum juga membalas pesannya. Membuat semakin bete saja.

Salsa menaruh tas di bangkunya, lalu mendudukkan bokongnya ke kursi. Kalau boleh milih, tadinya ia memilih untuk tidak sekolah dengan alasan sedang sakit  dibandingkan harus masuk sekolah dengan perasaan kacau. Tapi, ulangan fisika di hari kamis ini menghambat semuanya.

Salsa menghela nafasnya panjang-panjang, lalu mencoba mengalihkan perhatiannya pada social media miliknya. Dari mulai BBM, Line, Path, Instagram, Snapchat, sampai Ask.fm. Begitu saja terus sampai ia bosan.

Terakhir, ia menutup tabs Ask.fm, lalu beralih ke game di ponselnya. Subway Surfer. Game lama, tapi gak pernah bikin dia bosan.

Hingga bel masuk berbunyi pun, perasaannya belum juga tenang. Walaupun begitu, ia harus tetap fokus belajar karena Bu Risna, selaku guru PKN dan wali kelasnya sudah datang.

                                                                                                       ***

Kriiiiiinnngggg... Kriiiiiinnnngggg...

Bel istirahat berbunyi, hampir seluruh siswa keluar dari kelas. Entah ada yang ke kantin, ke musholla untuk sholat dhuha, duduk di taman sekolah, bahkan sampai ada yang nekat untuk mabal ke mall.

Kali ini, Salsa lebih memilih untuk pergi ke kantin, mengisi perut kosongnya. Biasanya, dengan makan, pikirannya sedikit-sedikit bisa lebih tenang. Aneh memang.

Hingga dia sampai di kantin, perasaan tidak enak itu terjawab dengan munculnya sosok yang tidak asing lagi baginya. Orang itu datang menghampiri Salsa dengan senyum mengembang.

"Hei, Sal. Apa kabar?" Sapa si cowok itu dengan senyum manisnya. Oh, jantung Salsa seperti mau melorot saja. Tunggu, itu di tangannya ada kotak makan. Duh, lucu banget deh. Hari gini, masih ada cowok yang mau bawa bekal makan dari rumah.

"Eh? Gue? Gue baik, kok. Uhm... Lo sendiri apa kabar, Rik?" jawab Salsa dengan gugup.

"Gue juga baik, kok."

Erik. Satu nama yang muncul tempo hari lalu. Ketika Salsa hampir terjatuh di dekat toilet, dengan sigap cowok itu menolongnya. Ia ingat, kala itu pikirannya sedang kacau karena Rally. Sialnya, cewek itu lupa berterimakasih kepada Erick dan malah langsung pergi meninggalkannya.

"Salsabila? Kok bengong, sih?" Erick menyadarkan lamunan Abil.

Salsabila. Erick tau nama asli Salsa!!!

Salsa menutup matanya, lalu menghela nafas. "Ah, enggak. Gapapa," jawab Salsa, "oh iya, ngomong-ngomong, makasih ya karena tempo hari lo udah nolongin gue pas gue hampir jatuh. Kalo gak ada lo, mungkin bokong gue pasti udah jadi korbannya," ucapnya pada Erick.

Erick tersenyum. "Gak masalah, kok."

Salsa menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Jujur, kali ini ia merasa...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Un)Expected LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang