Just A Dream

170 10 7
                                    

"Kita putus, Bil,"

"Putus? Maksud kamu, hubungan kita?"

"Iya, kita putus."

"Sekarang?''

"Selamanya."

"Kamu serius?"

"Aku serius, Bil. Mulai sekarang kita temenan aja."

"Ayi, aku ... aku gangerti sama semuanya. Tolong bilang sama aku, kalo ini semua cuma boongan, tolong."

"Sorry, Bil. Kali ini aku serius. Jujur aku udah jadian sama Aurel, sejak dua hari yang lalu. Maafin aku, Bil. Maaf banget."

"Ngga, ini gak mungkin. Ayi, tolong, jangan ngomong kaya gini"

"Aku ngomong kaya gini biar aku gak nyakitin kamu terlalu banyak lagi, Bil.

"Tapi kamu udah nyakitin aku terlalu banyak kalo kamu kaya gini, Yi."

"Aku tau, makanya aku mutusin kamu dari sekarang. Maaf aku harus pergi. Ohya, Maaf ya kalo selama ini kamu ngerasa gak nyaman sama aku. Semoga kamu bahagia sama pacar kamu nanti."

"Jangan tinggalin aku. AYIIIIIIIII"

                                                                                               ***

"AYIIIIIIII," terdengar suara teriakan Salsa dari dalam kamarnya. Rupanya ia baru saja mengalami mimpi buruk. Ia pun terbangun, sambil mengerjap lalu menghela nafas panjang.

Huft, untung cuma mimpi, batin cewek berusia 16 tahun itu.

Salsa beranjak dari kasurnya. Segera menunaikan ibadah wajibnya lalu dilanjutkan dengan mandi. Hari ini adalah hari pertamanya menjadi anak kelas 12 di SMA Harapan Bangsa. Prinsipnya, hari pertama ke sekolah itu harus berkesan dan jangan sampai berurusan dengan guru piket yang biasa jaga di depan gerbang sekolah.

Setelah selesai mandi, dia segera mengganti bathrobe yang sedang ia kenakan dengan seragam sekolah putih abu-abu, lengkap dengan dasi, pin, kaus kaki putih di atas mata kaki, dan tidak lupa, sepatu converse hitam barunya itu. Setelah selesai memakai semua atribut sekolahnya, ia segera menyisir rambut sebahunya itu lalu meraih tas jansport pink yang menggantung di kastop kamarnya.

Not bad at all, lah, batinnya sambil tersenyum tipis di depan cermin.

Salsa pun segera turun dari kamarnya, lalu menghampiri sang mama yang sedang menyiapkan makanan.

"Pagi, Ma," ucapnya sambil mencium pipi sang mama.

Mamanya tersenyum melihat kelakuan anak sulungnya. "Pagi, sayang. Tumben nih, udah siap dari sekarang."

"Iya dong, Ma, hari ini Rally mau jemput aku." Ujar Salsa

"Dia mau ke sini?" Tanya mama.

Salsa mengangguk. "Iya, Ma. Gak apa-apa kan?"

"Ya gak apa-apa dong, jadi hemat ongkos."

"Ih, Mama!" seru Salsa. Mama tertawa.

"Gegayaan banget sih, dianter sama Kak Rally segala," celetuk seseorang dari belakang.

"Sirik aja!" Balas Salsa asal.

"Nggak lah, ngapain aku sirik?" Sahut Raja.

Salsa mencibir adiknya dari belakang. Raja ini adalah adiknya satu-satunya.

(Un)Expected LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang