I'm Okay

116 9 3
                                    

SUDAH sepuluh hari setelah memasuki semester 1. Hubungan Salsa dan Rally agak fluktuatif. Tetapi hari ini, cewek itu merasa hubungannya dengan Rally agak memburuk. Gimana nggak coba, dari tadi malem Rally gak sempet bales chat dia gara-gara cowok itu sibuk ngerjain tugas seabrek yang diberikan oleh gurunya. Parahnya, abis itu, dia malah sibuk nge-war COC. Itu info yang dia dapat dari Nino.

Oke, kalo alasan itu sih, Salsa sih gak masalah. Dia mah udah biasa.

dan udah angkat tangan.

Nah masalahnya, pas tadi pagi, dia ngeliat Rally lagi jalan sama cewek di koridor sekolah!!!

Yang bikin Salsa tambah gondok adalah, Rally gak nyamperin Salsa sama sekali. Padahal, mereka berdua eye contact.

Sekarang, cewek bermata cokelat itu sedang berada di perpustakaan bersama dengan dua orang sahabatnya, Nadine dan Regita. Mereka sedang mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari Bu Hana. First impression, Bu Emi--penjaga perpus-- merasa aneh saat melihat ketiganya berada di tempat paling membosankan ini. Mengingat mereka bertiga —terutama Salsa- jarang sekali pergi ke perpustakaan sekolah. Sekalipun Salsa sangat suka membaca, itupun hanya novel teenlit atau metropop, bukan buku pelajaran.

"Sal, lo kenapa, cemberut mulu, sih daritadi?" tanya Nadine yang bosan melihat kelakuan Salsa yang daritadi hanya mengerucutkan bibirnya.

"Iye, kenapa sih lu?" Timpal Regita

Salsa menghela nafas, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Jelas gue kesel, lah! Tadi pagi, gua liat Rallu nyamperin cewek, terus malah jalan lagi sama si cewek itu. Padahal gue yang pacarnya gak disamperin, coba," jawabnya sambil mengerucutkan bibir, "apa hubungan gue sama dia cuma sampe di sini doang, ya?"

Kontan Nadine yang duduk di sampingnya langsung memarahi Salsa. "Ya ampun Sal, gausah negative thinking gitu, lah. Siapa tau tadi mereka lagi ngomongin tugas. Lagipula lo tau sendiri, kan. Kelas 12 emang fase dimana tugas-tugas selalu banyak. Lo sendiri mending kerjain tuh tugas dari Bu Hana, dibanding mikirin Rally."

Salsa tambah mengerucutkan bibirnya, sesaat kemudian mulai muncul setitik air di matanya. Regita yang daritadi lebih memilih untuk tidak banyak bicara tiba-tiba merasa kasihan pada Salsa. Ia mengelus punggung cewek itu.

"Sal, kok lo malah nangis, sih?" tanyanya.

Salsa menoleh ke arah Regita. "Ya gue cemburu banget tau Git, sama Rally. Aneh ya, gue bisa kaya gini. Padahal sebelumnya gue gak pernah tuh, cengeng kaya gini," Salsa menghapus air matanya, "gue kangen tau sama dia. Aneh banget ya, padahal kemarin gue sama dia ngabisin waktu bareng."

Salsa tau, mungkin gak ada yang bisa mengerti perasaanya. Karena dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa cemburu sama cewek tadi. Biasanya Salsa gak pernah sampe kaya gitu.

"Gini deh ya, menurut gue, kalo lo cemburu sama dia sih wajar, lo kan cewek nya dia. Masalahnya, tadi pagi lo kan belum tau, kan, ada urusan apa mereka jalan bareng.

"Di sini sebagai cewek yang baik, gue saranin mending lo tanya langsung aja sama dia. Daripada lu langsung main marah-marah aja, eh taunya mereka cuma ngerjain tugas bareng," ujar Regita mencoba menenangkan Salsa

"Sal, mending lo tanya langsung aja deh sekarang. Daripada nangis mulu, eh taunya mereka gaada apa-apa. Malu nya tuh di sini," kata Nadine sambil menunjuk mukanya.

Salsa menghapus air matanya. "Tapi gue takutnya disangka overthinking gitu sama Rally."

"Gua jamin deh, dia gak kaya gitu," Regita mencoba menyemangati Salsa.

"Oke deh kalo gitu, pas istirahat deh gua bakal samperin dia. By the way, makasih yaaa kalian berdua, makasih bangeettt!!!" seru Salsa senang karna ada yang memberi semangat.

(Un)Expected LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang