Chapter 35 - Give up

503 63 41
                                    

-Harry-

"Jam berapa sekarang?" tanyaku pada Lauren saat sadar hari sudah mulai gelap.

"Jam 19.00 kenapa?" jawabnya sambil menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinganya.

"Serius? Astaga!" aku mengambil ponselku yang berada di saku. Shit. Gerutuku dalam hati. Bateraiku habis. Pantas saja aku tidak merasakan ada notifikasi masuk. "Aku pulang sekarang,ya!" kataku pada Lauren setelah menelan kunyahan terakhir hamburger yang kami beli.

"Harry" alisnya naik, dia kelihatan sedih. "Apalagi?" tanyaku.

"Hmmm.. terima kasih sudah mau jalan-jalan. Ini sangat berarti untukku. Aku bersyukur."

Aku mengangguk, "Ya, tidak masalah. Tapi lain kali tepati janjimu. Kita di luar sudah dua jam lebih..." gerutuku.

"Ya, maaf..." dia menunduk dan merasa bersalah.

"So, kamu pulang kemana? Mau aku antar?" tawarku. Aku baru ingat kalau aku meminjam mobil David untuk datang ke taman meski jaraknya dekat, biasa.. untuk jaga-jaga.

"Aku bisa pulang sendiri" katanya.

"Jangan, jangan begitu. Aku tidak gentle kalau membiarkanmu pulang sendiri." Aku tidak enak padanya, dia sudah memberikanku kalung yang keren. Setidaknya ini caraku membalas budi pada fansku yang baik.

"Hmmm" dia kebingungan, "Baiklah. Antar aku ke rumah tanteku. Jaraknya lebih dekat dari pada harus ke rumahku" dia mengangguk setuju. Aku juga mengangguk tanda setuju. Kami berdua berjalan menuju mobilku yang terparkir bebas di dekat taman. Setelah masuk dan menggunakan sabuk pengaman, dia memberitahuku dimana letak rumah tantenya dan secepat mungkin aku langsung antarkan ke rumahnya meski sepanjang perjalanan tidak ada satu pun di antara kami yang mengajak berbicara duluan.

"So.. ini rumah tanteku" tunjuknya. Aku menginjak rem dan berhenti tepat di rumah tantenya yang semegah istana. Dia melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil. "Terimakasih Harry Styles" katanya dengan suara yang riang. "Yo!" jawabku santai. Setelah dia menutup pintu mobil. Aku langsung tancap gas dan pulang.

...

"Thanks David" aku mengembalikan kunci mobil miliknya. "Okay" dia menjawab lalu meneguk sekaleng bir yang dia pegang.

"Kamu darimana? Katanya bentaran keluar, tapi kok lama?" tanyanya.

"Euh.. maaf aku keasyikan" aku menyeringai, lalu pergi begitu saja supaya tidak ditanya-tanya.

"Hi guys!" sapaku pada Louis dan Niall yang sedang duduk dan terlihat membicarakan sesuatu. Mereka berdua kelihatan serius, mereka berdua menengadahkan kepalanya ketika mendengar suaraku. Aku menurunkan alisku, "Kalian bicara apa? Serius amat?"

"Huuuh" Niall menghela nafas. "Sini duduk." Katanya sambil menepuk-nepuk tempat duduk yang kosong di sebelahnya. Kebingungan, aku pun menurutinya dan duduk di sampingnya. "Mana yang lain, ada apa ini?" tanyaku.

"Zayn dan Liam sedang di ruangan the girls" jawab Niall.

"Harry, dari mana saja kamu?" tanya Louis dengan nada sinis.

"Hmm??" aku malah gelagapan, "Aku.. Aku ada urusan bentar"

"Urusan atau kencan?" tanyanya lagi.

"Hm... urusan?"

"Bohong! Seseorang ada yang melihatmu pergi dengan perempuan berambut hitam." Bentaknya hingga aku sedikit terperanjat.

Oops.

"Ya, okay. Aku akui aku memang pergi ke taman karena dia mau memberikanku sesuatu" aku berhenti sejenak, Louis dan Niall saling bertatapan. "Maksud aku, aku pergi bukan karena dia memberikanku sesuatu. Tapi karena Lauren sudah menunggu lama diluar sejak pagi. Aku kasihan.." lanjutku.

Terjebak Bersama The Boys 3Where stories live. Discover now