Chapter Eight : The prize

20.4K 2.8K 140
                                    

Saya udah edit chapter tadi malam, tapi dengan brutalnya dia balik lagi ke versi sebelum di edit. Jadi saya tarik dan edit ulang.

Oh ya, Carlos tuh di atas.

Enjoy

*****

Alex berbalik dengan sekaleng makanan kering yang baru dia buka. Dia mengambil sendok bekas dari dalam kaleng makanan kosong, yang tercecer di seluruh westafel dapur ini.

Mia tampak gugup. Mata coklat gadis itu terlihat takut seperti habis menyaksikan hal mengerikan dari arah Jimmy pergi.

Alex menyadari hal itu dan mulai menatapnya dengan aneh. Alisnya bertaut waktu meletakkan kaleng makanan ke atas meja di depan Mia dengan suara keras.

"Ini makanlah."

Gadis itu menengadah cepat dengan mata masih melebar ke arah Alex, seperti belum pulih dari rasa takut yang dia rasakan.
Dia mengagguk dan cepat-cepat meraih sendok dalam kaleng di depannya, seperti berusaha mengalihkan perhatian.

Alex melirik ke arah Jimmy yang baru saja berjalan kembali ke kamarnya, lalu kembali memperhatikan Mia yang kini makan dengan cepat seolah ini makanan pertamanya setelah bertahun-tahun.

Wajahnya kotor, rambutnya lengket dan bersatu-satu dengan cara yang menjijikkan. Satu-satunya yang terlihat bersih hanyalah kaos yang dia kenakan sekarang. Mengingatkan Alex kalau Mia sempat berkubang di dalam selokan tanpa mandi hingga detik ini.

Mia terbatuk, tersedak karena makan terlalu cepat. Wajahnya memerah. Alex mengambil gelas kaleng dari atas meja dan menyerahkan benda itu ke arah Mia. Gadis itu buru-buru meraihnya dan tanpa melihat, langsung menegak habis cairan di dalamnya.

"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang merebut itu darimu." Kata Alex menarik kursi kayu lain dan duduk dengan cara terbalik.

Tangannya bertumpu pada punggung kursi, sementara dagunya bertengger di atas tangannya. Memperhatikan Mia yang sekarang mengagguk.

Dia mulai makan lagi, dan kali ini lebih santai. Perlahan dia mengunyah buah kaleng di dalamnya sambil melirik takut-takut ke arah Alex.

"Suka?"

"Ya."

"Baguslah. Karena cuma itu makanan yang ada di tempat ini. Biasakan dirimu memakannya untuk sebulan ke depan."

Mia menyendokkan buah kaleng lagi ke dalam mulutnya.

"Apa yang di beri Eagle Eyes untuk kau makan biasanya?" Tanya Alex penasaran, sedikit memiringkan kepalanya ke arah Mia.

Mia mengunyah dan menelan makanan di mulutnya, "Biskuit, sup, kadang-kadang juga daging." Jawabnya pelan.

Alex tertegun, sebelah alisnya terangkat tidak percaya, "Mewah sekali." Gumamnya kaget, "Dan mereka memberi makanan itu ke tahanannya?"

"A.. aku makan itu. Tapi tidak tau dengan yang lain." Jawab Mia. Teringat kalau halusinasi Tyaga yang menganggapnya adik sekaligus kekasihnya lah yang membuat Mia bisa merasakan kemewahan dari Eagle Eyes. Tapi dia tidak yakin apa mau memberitahu pria ini soal itu. Atau hal apa yang harus dia bayar untuk menerima semua kemewahan tadi.

"Kalau kakakmu membayar kesepakatannya sesuai janji, kau bisa makan biskuit besok." Katanya sebelum mendadak berdiri, "Mengingatkanku kalau aku perlu ke kamar Jimmy sebentar. Ku tinggal kau disini, berjanjilah tidak akan melakukan hal konyol atau ku patahkan kakimu. Kau mengerti perkataanku?" Tanya Alex pelan.

Mia mengagguk cepat.

"Bagus. Aku tidak akan lama. Cukup habiskan makananmu"

Alex bangkit dari kursinya dan mulai berjalan ke sudut lain rumah ini. Sudut rumah yang selalu gelap, dan sepi. Kamar Jimmy berada di lorong itu, selalu tertutup dengan pintu besinya seperti biasa.

Behind The Wall (Behind The Wall Trilogy #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang