Bab 8

2K 158 161
                                    

Ari

AKU bagai buih di laut biru
Tersapu ombak terhempas badai
Aku bagai debu di padang pasir
Terseret angin terbakar panas

Tolonglah Tuhan beri petunjukMu
Jalan yang benar menuju jalanMu
Agar tak tersesat di persimpangan jalan

Aku bagai bintang di gelap malam
Di antara seribu bintang
Terdampar di puing jagad raya
Terkapar lelah tak berdaya

Kumenangis, kutertawa
Semua tak bisa dihindari
—Kuldesak, Dewa19—


***

Aku terbangun di tengah malam, saat malam tergelap.

Apa ini malam tergelapku?

Kupandang sekeliling ranjang. Berantakan. Pakaian dan bantal terburai di ranjang dan lantai.

Kami masih sama-sama telanjang. Kupandang sosok yang tidur telungkup di perutku.

Aku menarik napas panjang.

Percintaan pertama yang aneh. Aku bisa mengatasi kelelahan tubuhku. Malah mungkin tubuhku baik-baik saja. Pikiranku bekerja lebih keras daripada tubuhku.

Ini akan menjadi roda ixion yang akan menghantui seumur hidupku.

Kuakui, bercinta dengannya sangat nikmat, jauh lebih nikmat daripada bercinta dengan tanganku. Jauh. Tubuhku menggelanyar mengingat bagaimana dia memeluk dan memerasku di dalam sana. Sesuatu yang bisa membuatku ketagihan. Aku yakin itu.

Tapi roda ixion itu terus berputar. Melindas diriku dengan kejam dalam putaran rodanya.

Cukup satu roda ixionku! Aku harus berpikir mencari cara untuk tidak semakin menambahnya.

Bagaimana caraku menghadapi Papi? Pesannya sangat jelas.

'Kejantananku hanya boleh kupergunakan untuk buang air kecil sampai aku menikah'.

Dan aku baru saja menggunakan kejantananku untuk tujuan lain.

Ya!

Tertawalah!

Tertawalah sampai kalian puas terbahak. Aku tidak peduli bagaimana hubungan kalian dengan orangtua kalian. Tapi begitulah hubunganku dengan orangtuaku. Kalau Ian sangat dekat dengan Mami, aku sangat segan pada Papi. Karena jika aku harus bermalam di rumah sakit, Papi-lah yang selalu menemaniku. Menekuk tubuh tinggi dan besarnya di lantai dingin rumah sakit. Atau duduk tertidur di sampingku sambil tetap memegang tanganku.

Papi.

Aku tidak mungkin menyembunyikan Sophia dan kenyataan yang baru kami lakukan.

Perlahan aku memindahkan tubuh lemahnya ke samping. Sudah terlalu banyak kesalahan yang kulakukan. Aku sudah melanggar satu kali pesan Papi sebelum aku pergi sejauh ini. Aku tidak ingin melanggar satu lagi pesan Papi yang selalu dia ajarkan.

Jujur dan lima waktu.

Aku tidak berpikir untuk membohongi Papi. Aku hanya mencari waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya. Entah kapan.

Dan walau aku merasa sangat hina dan kotor, mungkin ini saatnya aku melakukan pengakuan dosa. Langsung tanpa perantara.

Aku ingin berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Tolong beri tahu aku caranya.

Tolong.

***

Aku sedang mengerjakan tugas yang tertunda semalam ketika pintu diketuk.

Evelyn.

Kondisi ranjang dan sekitarnya sudah lebih beradab, jadi langsung kupersilakan dia masuk tanpa melihat ke belakangku lagi.

Kupu-Kupu Jangan Pergi [18+ End]Where stories live. Discover now