Bab 5. Cowok Lemah Lembut Pasrah Adalah Masokis

Start from the beginning
                                    

Prins melotot tak percaya.

"Tapi gue risih tidur berdua bareng cowok."

"Anggap aja gue cewek."

"Balik sana ke kamar lo, Garlic!"

Putee menggeleng, lalu mengambil guling di sebelahnya. Cowok itu kembali memejamkan mata dan memeluk gulingnya dengan penuh cinta. Prins batal mengomel, lalu mulai ikut memejamkan mata. Besok dia harus membangunkan cowok alien ini agar tidak kesiangan untuk menyiapkan sarapan.

"Hoi..." Prins memanggil Putee. Putee diam. "Lo udah tidur?"

"Belum..."

Prins tergagap kaget. Ternyata cowok di sampingnya ini belum tidur dan mendengar panggilannya tadi?

"Kenapa lo nggak jawab?"

"Gue nggak suka dipanggil hoi..." Putee berkata serak, masih dengan mata terpejam.

"Hidup lo kayaknya seneng banget gitu..."

Putee diam. Matanya perlahan terbuka. Kepalanya menoleh ke arah Prins yang ternyata juga sedang menatapnya. Mereka bertatapan lalu berdehem karena canggung. Posisi seperti ini benar-benar membuat orang salah paham.

Tapi Putee peduli apa, Putee sudah sialan dari awal. Dia malah melemparkan gulingnya ke belakang tubuh. Dia makin mendekat ke arah Prins lalu nyengir sempurna. Prins melotot tak terima.

"Kelihatannya gitu, ya?" Putee mendekat dan menyentuh hidungnya sendiri.

"Kenapa lo melarikan diri dari rumah?"

Putee berdehem.

"Karena kita udah jadi temen, gue pengen curhat sama lo..."

"Nggak jadi, deh! Nggak usah repot-repot!"

Putee menggeleng kencang.

"Udah terlanjur. Anggap aja ini sebagai salam perkenalan gue."

"Besok lo kudu bangun pagi buat nyiapin sarapan."

"Gue mau curhat sama lo. Anggap aja ini dongeng pengantar tidur..."

Prins diam. Dia siap mendengarkan apapun yang Putee katakan. Dia siap untuk itu. Prins sudah terlanjur ingin tahu soal kehidupan cowok aneh ini.

"Lo pernah tahu cerita bawang merah dan bawang putih?"

"Ya..."

"Gue bawang putih versi antagonis."

"Maksudnya?"

"Gue bawang putih yang bisa ngelawan dan sedang mencoba memperbaiki nasib gue sendiri."

Prins sudah tahu kemana arah pembicaraan Putee. Prins sebenarnya sudah bisa menduga kalau cowok di depannya ini tidak sebahagia itu dalam hidupnya. Putee terlalu pintar dan rapi untuk menutupi rasa sedih dan sepinya. Kalau dipikir-pikir... mereka berdua sama.

"Lo... hebat..." Prins memuji. Canggung. Sungkan. Malu. Gengsi juga. Namun Putee tidak menjawab pujiannya. Ketika Prins menoleh, didapatinya Putee sudah menutup mata. Cowok itu sudah tidur dengan damai. Bahkan dengkuran halus terdengar setelah itu.

***

Putee masih ada kemanapun Prins pergi. Putee masih setia mengekorinya, menyapanya, bahkan dia juga tidak segan-segan untuk mengajaknya ke kamar mandi. Untuk apa? Tentu saja Putee punya ide gila di kepalanya. Lomba kencing paling lama katanya. Semua orang tidak cukup gila untuk itu. Putee masih terlihat aneh di matanya meski dia sudah sering melihat Putee berotasi di sekitarnya.

GarlicWhere stories live. Discover now