Bab 1. Namaku Aneh Karena Seleraku Sama Anehnya

48.3K 3.4K 921
                                    

            "Laksana bunga dedap, sungguh merah berbau tidak."

Orangnya cantik dan gagah tetapi tak dipedulikan orang, sebab kelakuannya tidak pada tempatnya.

..........................................

Namanya Putee. Lengkapnya Putee Garlicio.

Aneh? Oh, jangan protes, tidak perlu kepo. Dia sudah punya nama ini sejak lahir. Orang-orang sering memanggilnya Pute. Hanya dengan satu huruf 'e'. Padahal kalau dua huruf 'e' harusnya berubah ejaan jadi huruf 'i'. Iya, memang itu panggilannya. Putee untuk Putih tanpa 'h'. Nama ini aneh karena bukan dia yang buat. Putee hanya terima jadi saja, dia tidak bisa protes. Ayah bilang nama ini mirip nama artis-artis Thailand blasteran Itali. Putee anti percaya, karena nyatanya nama itu tidak benar-benar ada. Itu hanya hiburan dari ayah agar dia mau menerima nama ini dengan lapang dada. Sudah terlanjur menempel cantik di akte kelahiran dan ijazah, kan?

Hidup Putee ini juga aneh. Dia jadi piatu sejak umur.... mungkin saat umurnya lima tahun. Atau lebih? Dia tidak bisa mengingatnya waktu itu, karena yang ada di pikirannya adalah... ibunya ditanam dalam tanah. Hanya itu. Dia kehilangan ibu waktu itu, lalu beberapa tahun setelahnya ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Janda itu punya anak cowok yang usianya lebih tua setahun dari Putee. Tenang, tenang.. ini sama sekali bukan kisah incest. Lagipula Putee tidak minat dengan cowok aneh itu. Namanya Mir. Bukan Miranda. Bukan Mirna. Bukan... Bukan...

Mir. Itu namanya. Putee harus memanggilnya kak Mir. Atau bang Mir. Atau mas Mir. Putee sama sekali tidak peduli, karena nyatanya dia enggan memanggil Mir. Tidak penting juga. Mir ini sama jahatnya dengan Bawang merah. Dia culas. Suka iri. Biang gosip. Mulutnya itu tidak pernah dijaga, kerjaannya juga menghasut.

Pokoknya Mir dan ibunya itu sama saja!

Kerak neraka!

Sejak saat itu hidup Putee berubah. Semua berubah sejak negara tiri mulai menyerang. Hanya Putee sendiri yang sanggup bertahan hidup, sementara ayah jadi TKI di luar negeri. Ayah keren di sana, jadi kepala pabrik hingga tidak punya waktu untuk pulang. Dalam hati Putee selalu berdoa, semoga saja ayah punya pacar baru di sana. Selingkuh dari mami tiri jahat ini. Kalau bisa ayah cerai dari wanita rubah ini, sehingga Putee bisa bebas dari rumah. Dia bisa menghabiskan hidupnya dengan uang warisan dan mencari modal untuk usaha. Putee sudah bertekad akan hidup sendiri.

Putee Bawang putih elegan, bukan peran suka mewek menjijikkan begitu. Bawang putih itu tidak selalu diinjak, tidak selalu dihina. Baca baik-baik tulisan ini! Bawang putih juga bisa jadi jahat.

"Putee...!! Itu cucian numpuk segitu kapan mau dikerjain?"

Tuh! Tuh! Kalian sudah dengar itu, kan? Kalian pikir itu cucian miliknya? Putee disiksa, jadi babu, lalu dipukuli? Oh, kalian benar sekali! Tapi lompati ya untuk yang dipukuli itu. Mereka tidak akan pernah bisa memukulnya. Putee sudah belajar banyak hal untuk bertahan hidup. Mulai dari makan nasi aking, tidur di emperan pada musim hujan, tersesat di hutan ketika camping, sudah pernah semua. Bahkan akhir-akhir ini Putee punya cita-cita untuk mencoba kopi yang sudah dicampur dengan sianida. Untuk maminya tentu saja.

"Kalau sempat!" Putee berteriak kencang, mengabaikan gedoran yang makin menyiksa. Putee pasang wajah cuek. Tidak peduli. Memangnya dia hidup untuk memuaskan mereka? Putee memang ibarat Bawang putih di dongeng-dongeng, namun tingkahnya sama sekali berbeda dengan mbak-mbak tukang nangis itu. Putee cowok. Agak badung. Iseng. Suka bikin onar. Tukang bolos.

Mereka menggedor pintu kamarnya lagi, namun sesaat setelahnya mereka sudah berhasil masuk dalam kamar Putee. Mir menatapnya dengan wajah berang. Mami tirinya juga.

GarlicWhere stories live. Discover now