Bab 4. Korban Kekejaman Cowok Ambigay

23.6K 2.6K 284
                                    

 "Nasi sama ditanak, kerak dimakan seorang."

Waktu mengerjakan pekerjaan bersama-sama, tetapi setelah rugi ternyata hanya ditinggalkan seorang diri.

..........................................

Putee sudah menjadikan Prins sebagai candu untuknya. Candu yang super manis, melebihi nikmatnya madu. Putee senang sekali mendekati Prins, meski cowok itu selalu saja berkata tajam dan pedas padanya. Putee tahu Prins itu cowok yang sangat baik. Prins itu apa adanya, tidak munafik seperti kebanyakan temannya.

Prins itu baik. Sangat baik. Buktinya Putee nebeng dia pulang pun Prins tetap saja mau. Meski terpaksa. Baca lagi, ya! Meski dengan sangat terpaksa.

"Halo, teman!" Putee melambai riang. Prins berbalik saat melihat Putee melambai di pintu kelasnya. Putee tersadar kalau Prins sedang ingin melarikan diri darinya.

"Kok buru-buru? Mau sarapan di kantin dulu, ya?" Putee nyengir. Prins menatapnya tajam.

"Bisa, nggak sih lo jauhin gue sehari aja?" Prins protes. Suara tajamnya makin membuat Putee jadi bernafus.

"Nggak.. nggak... seorang teman nggak akan pernah berkhianat!" Putee sok bijak sekarang. Prins melotot tak terima.

"Kalau gitu, boleh kan kalo lo jadi pengkhianat sekali aja?" Prins masih bertanya dengan nada tajam padanya. Putee menatapnya santai, masih dengan cengiran dan senyum menyebalkan itu lagi. Bibirnya selalu saja terlihat senang. Meski wajahnya manis sekali dengan senyuman itu, namun sayangnya Putee tidak cocok untuk didekati lebih jauh lagi. Tidak. Tidak. Putee itu berbahaya. Sangat berbahaya bagi sosok seperti Prins yang selalu nyaman dengan kedamaian.

"Jauh-jauh lo dari gue!"

Putee menggeleng kencang.

"Nggak akan! Gue udah janji bakalan jadi temen lo sampai mati!" Putee mengangguk mantap. Prins begidik geli lalu melangkah cepat ke arah kantin. Begitu kaki Prins sudah masuk ke dalam kantin, Putee menghentikan langkahnya. Ada hal yang harus Putee lakukan. Tentu saja meneruskan lukisan isengnya lagi. Prins mengabaikannya, lalu memesan soto ayam. Prins ingin sekali damai. Sehari saja.

Namun entah kenapa sejak kemarin Putee selalu saja mengganggunya. Putee ingin kos di rumahnya, nebeng dia juga. Putee bahkan sudah memberikan kabar baik yang akan jadi kabar buruk untuknya. Putee diterima bekerja paruh waktu. Tentu saja dengan syarat rumah Putee harus dekat dengan lokasi kerjanya. Putee menyanggupi syarat itu, bahkan dia juga memberikan alamat Prins di surat lamarannya.

Putee benar-benar sudah gila!

Prins menikmati sarapannya tanpa gangguan dari Putee. Prins penasaran dengan apa yang cowok itu kerjakan. Ketika dia sudah selesai dengan sarapannya dan berniat kembali ke kelas, dilihatnya Putee sedang berjongkok di balik pintu kantin. Tangannya sibuk dengan sesuatu di balik pintu itu, menggores sesuatu di sana dengan patahan pensil.

Mau tak mau Prins penasaran dan juga ingin tahu apa yang sedang cowok itu lakukan. Meski Prins ingin sekali melarikan diri dan mengabaikan Putee, namun kali tak bisa. Putee sangat menarik perhatiannya. Mungkin karena raut Putee berbeda dari biasanya, atau karena cowok itu sedang terlihat mengagumkan ketika menggoreskan pensil patah itu di tembok belakang pintu kantin.

"Lo ngapain?" Prins bertanya cepat. Putee mendongak, kaget mendapati Prins sedang berdiri di sebelahnya dengan kepala menunduk.

"Gue lagi gambar..." Putee menunjuk hasil lukisannya.

GarlicDonde viven las historias. Descúbrelo ahora