Jakarta, sekarang
Yoel
Masih belum bisa memejamkan mata dengan benar.
Gelang merah tua itu masih ada di meja dekat kasur gue.
Dan dia masih seperti kabut yang tidak tersentuh.
Di mana dia saat ini?
Apa mimpi dia sudah tercapai? Entah di negara lain, atau di Indonesia?
Gue masih berusaha menangkap bayang-bayang dia. Bahkan sepertinya bayang-bayang pun tidak ada. Dia hilang ditelan penyesalan gue yang membuat dia menangis di hari menyakitkannya.
Yoel, cat gue ilang!
Yoel! Lo harus tau, gue benci banget Matematika. Gue gamau tau, hari ini kita harus cabut!
Bahkan suaranya yang melengking masih melekat dalam kepala gue. Suaranya yang penuh semangat, percaya kalau mimpi semuluk apapun bisa dicapai di tanah yang keras ini. Karena tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman di Indonesia.
Reinala, di mana?
Satu-satunya yang bisa gue lakukan adalah berusaha memejamkan mata dalam ruangan temaram ini. Ruangan besar, yang rasanya semakin menghimpit karena kenangan-kenangan akan Reinala terus kembali dan kembali tanpa bisa dihentikan.
Reinala, nama yang manis. Betapa gue merindukan sosok yang membuat gue percaya dengan mimpi sedemikian rupa.
Yang diam-diam gue cintai pada masa-masa muda penuh kebodohan.
Perlahan mata ini mulai mengantuk
Sambil memikirkan
"Ke mana lagi gue harus mencari, Rei?"
***
Awalan baper yang warbyasah *clap clap*
Bahkan penulisnya pun baver sampai buka kulkas /slapped
Jangan lupa vomments ;) ditunggu tanggapan kalian soal cerita ini.
Next chapter plz >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Stream Of Dream : Aliran Mimpiku
Teen FictionDulu, waktu Yoel masih menjadi bocah SMA, ia pernah kenal perempuan dengan gemerincing gelang warna-warni dan alat-alat gambar yang berantukan setiap ia berlari. Namanya Reinala. Ia hidup dalam dunia yang ia pilih sendiri : dongeng anak. Ia bermimpi...