Bagian 23

2.6K 247 11
                                    

Malam ini Yoga kembali pergi ke tempat-tempat hiburan para kaum pelangi, disana Yoga bukan untuk bersenang-senang. Yoga dengan wajah yang tampan sangat mudah mendapatkan mangsa untuk diberikan konseling atau memberikan sosialisasi. Yoga lebih memberikan nasihat tentang bagaimana bersenang-senang tanpa tertular atau menularkan penyakit.

Yoga juga akan membagi-bagikan kemasan-kemasan kecil berisi informasi mengenai HIV dan Seks aman yang dilengkapi dengan kondom dan pelumas. Kondom digunakan untuk tidak terjadi perpindahan cairan tubuh selama persetubuhan dan pelumas untuk mengurangi gesekan dan dengan demikian menghindari terjadinya lecet atau luka.

Saat sedang pergi ke toilet, Yoga memberikan senyuman kepada seorang pria, pria tersebut memberikan senyuman balasan. Yoga menghampirinya dan meminta waktunya sebentar untuk berbicara. Jarang pria yang menolak ajakan Yoga untuk berbicara, dengan wajah Yoga yang cukup menarik membuat pria-pria sulit untuk menolaknya.

"Halo, bisa minta waktunya sebentar?" Ujar Yoga.

"Bisa Mas," Ujar pria itu.

"Saya Yoga," Yoga mengajak bersalaman

"Rivi," Dan Rivi menjabat tangannya.

Mereka berdua terlibat perbincangan yang santai. Rivi mengakui bahwa dirinya jarang bahkan menurutnya tidak pernah menggunakan kondom dalam bersetubuh. Yoga hanya tersenyum mendengar pengakuan Rivi.

Yoga memberikan penjelasan tentang pentingnya penggunaan kondom dalam melakukan anal seks kepada Rivi. Yoga juga menjelaskan ketika melakukan seks anal selalu menggunakan pelumas, karena saluran anal memiliki lapisan dinding yang tidak tebal, jadi ketika melakukan hubungan seks anal tanpa pelumas bukan merupakan ide yang baik, saluran anal yang demikian kering akan sangat mungkin tergores atau lecet ketika digunakan, dan bila salah satu dari pasangan sudah tertular HIV, Maka akan menularkan kepada teman seks nya.

Rivi terlihat tidak antusias mendengar apa yang dikatakan Yoga, hingga akhirnya Rivi berpamitan kepada Yoga.

Namun saat sampai dirumah Rivi selalu teringat dengan kata-kata Yoga, Rivi menjadi gelisah dengan kehidupannya selama ini. Sejak batalnya pernikahan dengan Boggi di Belanda, kehidupan Rivi semakin liar. Yoga sempat menawarkan agar Rivi berkunjung ke kantor LSM nya.

"Jadi yang dibutuhkan untuk untuk suatu penularan HIV, 1. Seseorang dengan banyak HIV dalam darahnya atau dalam cairan kemaluannya pastilah pernah berhubungan dengan seks dengan seseorang yang sudah tertular, atau menyuntik diri dengan narkoba menggunakan jarum suntik yang pernag dipakai pengidap HIV. 2. Cairan tubuh harus berpindah dari tubuh orang yang sudah tertular ke dalam tubuh orang yang belum tertular. 3. Virus harus menemukan 'pintu terbuka' dalam diri orang yang belum tertular. Jika seseorang masih bebas dari HIV dan ingin tetap bagitu, ia harus memastikan bahwa paling tidak satu dari hal-hal di atas tidak terjadi." Itulah kata-kata yang diingat oleh Rivi sebelum ia memejamkan mata.

Hari ini Rivi langsung pulang ke rumah tanpa bersenang-senang dengan laki-laki di hotel papanya.

****

Yoga mulai menjauhi Boggi. Perlahan tapi pasti, Yoga mulai mengurangi frekuensi pertemuan mereka. Kunjungan ke rumah Boggi pun tidak pernah lagi dilakukan oleh Yoga. Diskusi-diskusi spontan yang biasanya mereka lakukan saat Boggi turun jaga, jaga bayangan atau saat Yoga senggang sudah tidak dilakukan. Saat diskusi rutin dengan Dokter Shani, Yoga sering mengalihkan pandangan dari Boggi jika mata mereka tidak sengaja bertemu.

****

Boggi merasa, akhir-akhir ini Yoga menjauh. Awalnya Boggi mengira itu karena Yoga sedang sibuk menyelesaikan makalah yang akan diikutkan Annual Conferrence HIV/AIDS tahun ini di Meksiko beberapa bulan lagi. Tapi setelah makalah itu selesai pun, sikap cuek Yoga tidak berkurang, bahkan lebih lagi.

PITA MERAH DALAM SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang