[9] Don't Go

2.4K 276 56
                                    


"Dokter?!?"

Jongin mengangguk tanpa ragu. Tak urung jawaban penuh kepercayaandiri itu diragukan oleh kedua rekannya. Chanyeol dan Sehun mengerjap beberapa kali sebelum memandang satu sama lain. Sekedar memastikan kalau pendengaran mereka tidak bermasalah.

Jongin sendiri memaklumi keterkejutan kedua temannya itu. Bisa dibilang keputusan Jongin yang satu ini sama beresikonya dengan keputusan untuk bunuh diri. Bagaimana tidak? sudah diketahui sejak dulu bahwa Jongin bukanlah siswa jenius. Sehun bahkan nyaris putus asa saat menjadi tutor Jongin untuk menempuh ujian kelulusan. Dan sekarang pemuda itu berniat menantang diri dengan memasuki jurusan yang jelas membutuhkan kemampuan otak di atas rata-rata? Yang benar saja.

"Jong, kau sadar apa yang kau lakukan?"

Jongin mengangguk guna menjawab pertanyaan Chanyeol. Menimbulkan desahan panjang Chanyeol untuk menanggapi anggukan Jongin. Pemuda bertelinga lebar dan bertubuh jangkung itu hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan. Tak habis pikir dengan keinginan Jongin untuk menjadi dokter. "Kau tidak takut salah suntik nanti, huh?" sindir pemuda itu. "Sebaiknya, kau nilai dulu kemampuanmu sebelum memilih jurusan."

Jongin memelototkan matanya ke arah Chanyeol. Dia sama sekali tidak butuh diceramahi. Yang Jongin butuhkan adalah dukungan dan bantuan, dari Sehun tentunya. "Aku tidak minta pendapatmu, Yeol. Aku mau minta bantuan pada Sehun sekali lagi."

Sehun mendesah pasrah. Dia sudah mempunyai firasat buruk begitu mendapat panggilan dari Jongin pagi tadi. Pemuda itu hanya mengatakan bahwa ingin membicarakan soal masa depan. Cukup ambigu, tapi konyolnya Sehun mau saja diajak bertemu dengan Jongin.

"Untuk ujian kelulusan aku sanggup, Jong. Kalau ujian masuk universitas jangan harap," tolak Sehun sehalus mungkin. Sebisa mungkin pemuda itu tidak menyakiti Jongin. "Aku saja belum tentu lolos."

Jongin mengatupkan kedua telapak tangannya di depan wajah. Memasang wajah memelas terbaik yang dimilikinya. "Kumohon, Sehun. Aku tidak mungkin berhasil tanpa bantuanmu," pintanya penuh harap.

Sehun kembali mendesah. Sekali lagi dia merasa tidak tega pada Jongin. Biar bagaimanapun Jongin adalah teman pertama yang dimiliki Sehun. Sebelumnya pemuda berkulit putih itu tak pernah berteman dengan siapapun. Alasannya? Karena mereka mendekati Sehun dengan tujuan tertentu. Mengingat Sehun itu pintar, tentu dapat diduga keuntungan yang ingin mereka peroleh. Berbeda dengan Jongin yang terjebak pertemanan dengannya karena pemindahan posisi duduk sepihak yang dilakukan Soojung semasa di tingkat kedua.

"Beri aku satu alasan logis kenapa aku harus membantumu."

Jongin menurunkan kedua tangannya. Rautnya kini berubah suram. Terlihat rona kesedihan pada parasnya. "Ini karena Soojung."

Sehun dan Chanyeol sama-sama menahan napas saat nama Soojung disebut. Mereka jadi mengingat hari dimana Jongin tampak frustasi untuk pertama kalinya. Mereka menemukan Jongin duduk di depan ruang rawat Soojung dalam kondisi kacau. Bahkan lebih mengenaskan ketimbang saat putus hubungan dengan Soojung. Dan mereka rasanya nyaris tidak percaya ketika mengetahui jika Soojung tengah berbaring tak berdaya akibat penyakit kelainan jantungnya.

"Yang kutahu saat ini, tujuan hidupku hanya Soojung. Aku hanya ingin dia terus berada di sisiku. Satu-satunya cara untuk menjaga Soojung adalah dengan menjadi dokter. Dengan demikian aku akan mengetahui kondisinya, terutama perkembangan kesehatannya," terang Jongin menyampaikan alasannya.

"Dan lagi, aku hanya ingin Soojung lebih lama berada di sisiku."

Jongin menarik napasnya dalam-dalam. Mengisi ruang alveolusnya yang terasa kosong. Membicarakan Soojung membuatnya kembali merasa sesak. Terutama saat mengingat di mana gadis itu berada saat ini. Ada ketakutan yang besar saat Jongin meninggalkan Soojung di salah satu ruang di rumah sakit. Takut jika saat dia pergi, gadis itu akan menghilang. Ketakutan yang tak mendasar, tapi cukup membuat Jongin resah sepanjang hari.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang