Bagian 1

5.5K 338 11
                                    

Boggi sampai dirumah pukul sebelas siang. Memarkir mobilnya di garasi dan masuk ke ruang tengah yang langsung berhubungan dengan garasi.

"Assalamualaikum, Bun..." sapanya ceria.

Sang Bunda yang sedang duduk santai di sofa ruang tengah sambil memilih bahan batik, mengangkat wajahnya.

"Wa'alaikumsalam anak lanang Bunda, capek? banyak pasiennya?" Senyum Bunda yang teduh mengurangi keletihan Boggi. Boggi memeluk Bundanya dengan sayang.

"Biasa deh Bun, namanya juga jaga unit gawat darurat. Di bilang capek tapi nggak terlalu cape, mau bilang nggak cape tapi kok ternyata cape juga. Tadi malam ada operasi usus buntu dari jam sepuluh malam sampai jam dua belas, Boggi jadi asisten operasi. Terus ada beberapa pasien kecelakaan yang harus Boggi jahit jidadnya. Terus.. lainnya kasus biasa sih Bun, batuk, pilek, demam aja." Cerita Boggi. Bunda mengelus-elus rambut Boggi.

Boggi Giannitra Boma memang anak terakhir dari empat bersaudara, makanya Boggi terlihat begitu manja dengan Bundanya. Ketiga kakaknya dua laki-laki dan satu perempuan sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota. Dimas Giannitra Saphiro Kakak tertua Boggi tinggal di Yogyakarta. Ryan Giannitra Anandyargio anak ke dua berada di Surabaya dan Gladiol Giannitra Nandhira satu-satunya anak perempuan keluarga Giannitra Prawiro Yang sudah menikah dan sekarang menetap di Bintaro.

Karena itulah Boggi memilih untuk bekerja di Rumah Sakit Fatmawati agar bisa menemani Bunda dan Bapaknya yang sudah sepuh. Dari empat bersaudara, kakak keduanya lah, Ryan, yang paling sulit menerima bahwa adiknya berbeda dengan yang lain. Butuh waktu lama untuk Ryan bisa menerima keputusan adik kecilnya tersebut.

Ryan sampai tidak mau berbicara dengan adiknya selama dua tahun lebih. Namun selama itu pula Ryan tidak menceritakan apa yang terjadi dengan adiknya dengan Bunda dan Bapaknya. Ryan baru bisa menerima ketika semua keluarga besar sudah bisa menerima perbedaan itu. Bunda dan Mas Dimas lah yang membuat Ryan sadar akan perbedaan saudara kandungnya itu.

Mas Dimas adalah orang pertama yang mengetahui adik kecilnya seorang gay, memang Boggi sangat dekat dengan Mas Dimas. Saat pertama kali tahu Mas Dimas langsung menghajar adiknya dengan pukulan di muka, perut dan kepala, namun sehabis emosinya normal kembali Mas Dimas langsung memeluk Boggi dan menangis.

Sejak saat itulah Mas Dimas selalu mendukung setiap keputusan yang diambil adik kecilnya. Berbeda dengan Kakak perempuannya yang langsung tersenyum dan memeluk adiknya saat tahu Boggi adalah seorang gay. Gladiol yang biasa disapa Glad sudah mengetahui bahwa adiknya berbeda dengan laki-laki lain cukup lama, namun ia hanya menyimpannya sendiri dan menunggu sang adik bercerita langsung kepada kakak perempuannya itu.

Setelah ketiga kakaknya sudah mengetahui orientasi Boggi sebagai gay dan saat itu ia juga sudah dua tahun berpacaran dengan Bagraswara Egriano Riviansyah yang biasa dipanggil Rivi. Seorang Atlet Taekwondo Nasional asal Semarang yang merupakan teman satu kampusnya namun berbeda jurusan ini, baru lah Boggi dengan dukungan Glad dan Dimas menceritakan kepada orang tuanya.

Bundanya saat itu menangis histeris, sementara Bapaknya langsung bermain fisik dengan menghajar Boggi, namun Boggi hanya diam dan menerima semua pukulan Bapaknya hingga Bapaknya menangis. Boggi berlutut mencium kaki Bapaknya meminta maaf, dan esok paginya saat sarapan pagi Bapak dan Bunda baru bisa menerima kenyataan itu dengan ikhlas, namun tidak dengan Ryan yang langsung membanting piring sarapan paginya lalu pergi.

Setelah satu bulan peristiwa tersebut barulah kehidupan keluarga Giannitra Prawiro normal kembali. Ryan bisa menerima perbedaan yang dialami adiknya, bahkan hingga saat ini justru Ryan lah yang lebih protektif terhadap adiknya.

"Wah... kayaknya capek juga ya, terus jam segini sudah boleh pulang? kemarin pamitnya hari ini pulang jam dua siang, makanya Bunda milih sendiri bahan batik untuk pernikahan kamu yang aneh ini." Ujar Bunda sambil tertawa dan mengangkat koleksi bahan batik dengan kedua tangannya.

PITA MERAH DALAM SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang