Bab 1. Namaku Aneh Karena Seleraku Sama Anehnya

Start from the beginning
                                    

"Apaan?" Putee ngupil, mengabaikan mami dan Mir yang sedang melengos jahat. Mereka melotot, menampakkan wajah emosi yang sudah kian tinggi. Mami – Putee memanggilnya begitu, sekedar mengingatkannya kalau dia memang mirip dengan mucikari – menatap Putee berang. Mir juga berdiri di sampingnya dengan wajah marah. Mir sedang membela ibunya, mendukung ekspresi ibunya agar tampak lebih meyakinkan. Putee sadar, mereka pasti sedang syuting untuk film Babu-Babu Amnesia.

"Kamu jangan ngelunjak ya tinggal di sini!" Mami berteriak, bersiap mencubit Putee. Tapi Putee sama sekali tidak doyan dicubit, sehingga dia hempaskan tangan mami sebelum berhasil menggerayangi Putee lebih jauh lagi. Putee sama sekali tidak minat untuk jadi korban. Sama sekali tidak.

"Kalian jangan lupa, kalian yang numpang!" Putee menunjuk dengan wajah santai. Mereka melotot kejam, seolah sedang casting film baru lagi. Kali ini berjudul Beranak dalam Bak Mandi. Lagi-lagi Putee pasang wajah masa bodoh. Rumah ini masih rumah ayahnya, dan kalau mereka tidak lupa... ini warisan untuknya. Putee pemilik sah rumah ini. Meskipun kedua orang kejam ini selalu mencoba untuk merebut rumah ini, mereka selalu gagal. Jadi, mami dan Mir ini adalah korban sinetron di TV-TV tentang kekerasan ibu tiri dan perebutan kekuasaan. Film horror.

Putee sama sekali tak peduli. Bahkan Putee lebih kejam daripada Bawang merah versi dongeng sungguhan.

Hidupnya memang sudah aneh sejak dulu. Benar-benar aneh. Orang sibuk menghujat hidupnya. Mereka mengatai Putee bodoh, tidak punya otak, tidak bisa mikir. Putee punya otak, bisa mikir. Tapi mungkin dia lebih suka berpikir dengan caranya sendiri, meski agak aneh dan kurang masuk akal.

Terserah kalau mereka mengatainya bodoh. Ucapan mereka tidak akan bisa membuatnya kenyang, jadi abaikan saja!

"Cuci sekarang, atau nggak ada uang saku buat kamu!"

"Digaji kagak, mi?"

Ah, dia lupa! Uang yang selalu ayahnya kirim selalu masuk ke rekening mami mucikari ini. Apa Putee harus telepon ayah dan bilang kalau dia harus punya rekening pribadi, ya? Tapi ayah tidak mungkin mempercayainya. Ayah takut Putee jadi boros dan pakai uang itu untuk hal yang tidak berguna. Jadi... jadi... Putee sudah memutuskan kalau dia akan kerja sambilan. Dia juga punya cita-cita mulia untuk mendalami perannya sebagai seorang anak tiri.

"Uang saku dan gaji itu beda!" Putee balas berteriak. "Uang saku itu adalah kewajiban seorang ayah pada anaknya. Kalau gaji beda lagi!"

Mami mendelik dengan mata melotot garang. Eyeliner-nya mengganggu penglihatan Putee. Yang kanan agak panjang, yang kiri terlalu tebal. Sama sekali tidak sinkron dan simetris. Bikin Putee muak dan ingin segera memperbaikinya. Lho?

"Jangan ngelunjak!"

"Lah, kalian yang kejam. Coba aja pikir... gaji buat pembantu aja lebih banyak daripada gajiku di rumah ini."

"Dasar anak nggak tahu diri!" Mami siap-siap melayangkan gagang sapu ke arahnya, namun Putee lebih gesit. Dia menutup pintu kamar hingga berdebum manja. Setelahnya terdengar mami menjerit kesakitan lalu mengumpat garang. Rupanya hidung mancung hasil operasi plastik mami patah karena menghantam pintu kamar Putee. Mari berpesta!

***

Putee harus memutar otak. Harus berpikir jauh soal ini. Uang jajannya tidak cukup untuk membeli barang itu. Alat lukis yang baru. Senjatanya. Modal utamanya untuk mencari uang selain minta pada mami. HPnya saja masih HP jadul, tidak keren macam HP milik Mir. Ayo, pikir! Kalau harus kerja part time lalu mami tahu, bisa habis uang jajannya. Mami akan enggan memberinya asupan lagi. Apa dia telepon ayah saja lewat telepon umum? Lalu lapor macam-macam agar dia diizinkan bikin ATM sendiri?

Ide bagus.

Lalu kenapa tidak kepikiran ide itu sejak dulu? Putee mengangguk senang, bahagia. Ternyata otak yang mereka hina dengan nama IQ jongkok ini ada gunanya juga untuk mikir. IQ-nya tidak jongkok, kok! Terakhir kali Putee cek, sekitar... 130-an. Hanya saja dia tidak terlalu pusing dengan ukuran itu. Mir yang tukang fitnah itu bilang kalau IQ Putee hanya 15. Biar saja, Putee tidak peduli. IQ Mir kan tidak jauh beda dengan ikan mas.

GarlicWhere stories live. Discover now