Ya emang semuanya bobrok ternyata. Arima aja sampe nyengir gitu.

But as expected from Raka Pratama, dia memang bukan tipikal yang suka ngejar-ngejar, tapi sekalinya udah dapet, gak bakal dibiarin siapapun ngedeketin orang yang dia sayang.

Arima sampe ngeri sendiri pas liat chat Raka bilang Izza cabe dan Laura yang mengadu ke walikelasnya.

Tapi langsung takjub waktu si walikelas menjawab dengan santai.

Lebih takjub lagi pas baca jawaban Raka paling bawah. Emang seisi kelas otaknya pada ketinggalan apa gimana gak ngerti dah.

Ngomong-ngomong, setelah menceritakan semua kejadian pada malam di mana Raka dan Daffa tidak di penginapan, Raka langsung gelisah di pesawat.

Dan gelisahnya itu bikin Arima jijik, kalo boleh jujur.

Pemuda yang tidak pernah lulus dalam pelajaran bahasa asing itu langsung bergidik ngeri dan memegang tangan 'pacar' barunya.

Masalah utamanya adalah; ARIMA DITENGAH WOI INI GIMANA GAK JIJIK ARIMANYA COBA JELASIN

Satu jam lamanya Arima menahan perasaan ingin meludah. Akhirnya mereka sampai di Jakarta dengan selamat dan sehat sentosa. Arima yang baru aja lega karena sudah waktunya istirahat di kamar tercinta, malah di tarik sama Raka.

"Eh gue mau dibawa kemana?" tanya Arima. Iya gaya nanya selo, tapi dalam hati meronta-ronta.

Raka sama sekali gak jawab, yang ada pemuda yang otaknya kadang gak ada itu malah memasang raut serius dengan Daffa di sampingnya yang gak kalah serius.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Cafe dekat bandara-- ralat, cafe dalam bandara, yang pengunjungnya tidak terlalu banyak saat ini.

Di sana tampak seorang pemuda jakung yang sudah fokus dengan ponselnya, dan dua sekutu dari Raka Daffa. Siapa lagi kalau bukan Sayed dan Azka.

Saat sudah sampai, Raka mengisyaratkan Arima untuk duduk di kursi yang kosong, dan diikuti dengan dirinya sendiri dan Daffa yang duduk.

Arima makin gak ngerti...

"Kalian udah baca grup, 'kan?" ucap Raka dengan nada yang datar, dan matanya yang menatap Sayed-Azka-dan pemuda yang tidak dikenali Arima secara bergantian.

Sayed mengangguk pelan sambil menoleh ke Azka, yang sudah menunduk sedalam-dalamnya.

Tapi pemuda jakung yang satu itu malah gak tau situasi. "Anu, ada apaan ya bang? Kok gue gak tau apa-apa?"

Dengan sigap Arima langsung menutup mulut anak itu dan menjitaknya sekali. "Baca situasi, dongo. Ntar gue jelasin." bisiknya, kemudian si pemuda langsung menurut.

"Gue Arzel, baidewei." bisik pemuda itu balik. Tadi Arima hendak memperkenalkan dirinya balik, tapi dipotong dengan kekehan kecil dari Arzel. "Udah tau. Kak Arima, kan?"

Arima mengangguk. Ini kenapa yang lain dipanggil abang gue dipanggil kakak, ya?

"Tapi kita masih temenan kan--"

"Kalo lo singkirin perasaan gak guna lo itu, iya, kita masih temenan, Az." suara Raka yang terdengar sangat serius membuat perhatian Arima sepenuhnya tertuju pada sang kapten.

"Tapi gue tanya, apa lo bisa? Karna gue gak mau ada yang ngerusak hubungan gue sama Daffa, yang semua orang tau kalo hubungan gue sama dia baik dari dulu."

Dan iya, Arima cengo ganteng.

Gimana enggak, selain kata-katanya yang nusuk, seorang Raka Pratama yang terkenal petakilan malah jadi super serius gini.

[ i ] Raka and DaffaWhere stories live. Discover now