chapter 15

17.3K 1.8K 125
                                    

"Daffa, mau lagu apa?"

Daffa yang merasa terpanggil menoleh ke kanannya dan menyipitkan mata, mengintimidasi. "Sejak kapan lo peduli sama lagu kesukaan gue?"

Raka hanya pura-pura tidak mendengar dan memutar salah satu dari ratusan lagu kesukaan Daffa yang ia tau, yang penyanyinya sedang mendapat banyak pujaan baik dari kaum hawa maupun yang sesama jenis, siapa lagi kalau bukan Troye Sivan.

Sebenarnya Raka berpikir, wajar saja Kiwil bisa mempunyai dua istri atau Andika kangen band yang diperebutkan, orang jaman sekarang cowok yang ganteng pada suka sama cowok ganteng, kok. Kayak Troye Sivan. Troye memang sangat kurus dan berkulit pucat, tapi ia jantan, kok. Rasanya sangat disayangkan kalau anak itu juga suka sesama jenis.

Seingat Raka, sembilan dari sepuluh anak perempuan di sekolahnya sangat menyayangkan pemuda kurus itu menyukai sesama jenis. Beberapa dari mereka yang mulutnya berbisa mengatakan lebih baik kalau Raka saja yang jadi humu, bukan Troye.

Tapi takdir berkata lain.

Yang jadi humu bukan cuma Troye, tapi Raka juga.

Eh?

"Lo suka lagu doi yang Fun kan ya?" tanya Raka kasual, seraya menyandar dan mengetuk jari telunjuknya di stir. Saat melihat itu Daffa tidak bisa membohongi diri untuk tidak tersenyum. Dia tersenyum, sangat lebar malah.

Raka yang tadi hanya fokus ke jalan raya yang sudah sangat sepi, menyisakan beberapa truk besar yang lewat dan pohon dengan daun lebat yang mulai terlihat, kini mengikuti lirik dan instrumen lagu kesukaan temannya itu.

Bagian yang Raka tunggu sejak tadi pun datang. Ia mendengarkan lirik itu dengan serius, lalu mulai mengeluarkan pendapat. "Kita kayak lagunya Troye masa, Daf."

Daffa langsung tau apa maksud dari ucapan Raka. Tapi setidaknya dia tidak boleh baper-- setidaknya belum boleh baper, mengingat segala yang Raka lakukan baik yang disengaja atau tidak itu terasa sangat berkesan bagi Daffa.

Lantas, Daffa sengaja berpose keren dengan menopang kepala dengan tangan kirinya di dashboard, menatap Raka yang kelihatannya masih bersenandung ria, serta tersenyum. "Yang bikin beda Troye sama cowonya pake Old Jeep, kita pake Avanza-- mana mobilnya minjem lagi."

Untuk beberapa saat, Raka baru bisa memberi respon nyengir kuda. Tapi detik berikutnya Raka melihat pemuda di kursi penumpang tersenyum lembut, salah satu dari lima hal yang membuat dirinya terkadang tidak bisa berpikir sehat. "Jadi lo mau Jeep, Daf?"

Daf, Daf, Daf, capek gue dengernya. batin Daffa berteriak. Ia menghela napas, kemudian menjawab. "Emang bisa bawanya? Emang ada duitnya?"

"Untuk Daffa, apa sih yang enggak?" goda Raka sambil sesekali mencuri pandang ke kirinya, kemudian mengacak rambut orang yang dilirik. "Tapi gue bener, 'kan? Lo suka lagu Troye yang Fun?"

"Itu gak salah sebenernya, tapi juga gak sepenuhnya bener. Akhir-akhir ini selain lagu Fun, gue juga suka dua lagu Troye yang.... yah, bisa dibilang mewakili perasaan gue, lah." ujar Daffa diikuti dengan tangannya yang memainkan safety belt. "Itu lagu Youth, sama Fools."

Raka ingat betul komentar Daffa tentang kedua lagu itu. Semacam menjijikan, terlalu menye-menye, dan terlalu gay, itu kata Daffa.

Seingat Raka, Daffa bilang lagu Youth itu terlalu dilebih-lebihkan, meski semua orang juga tau kalau lagu memang harusnya seperti itu. Juga lagu Fools, Daffa bilang itu lagu aneh walau dia menyukai instrumennya. Only fools fall for you, only fools do what I do, katanya. Kalau memang merasa bodoh, kenapa tidak berhenti saja untuk menyukai orang itu, menurut Daffa.

[ i ] Raka and DaffaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang