21

7.7K 409 2
                                    

Cecillia membawakan semangkuk kaldu untuk Dante, lalu mencium pipinya.

Dante tersenyum lebar, membalas ciuman di pipi Cecillia saat makan siang tiba. Mereka mendapat jatah makan yang sama dengan para pekerja yang bekerja di peternakan Little Cruz, dan mereka berdua sangat amat bahagia.

Bukan hanya karena mereka akan punya bayi, tapi juga karena mereka punya teman-teman yang baik. Dante belum pernah sebahagia ini saat tidak ada yang mengenalinya sebagai seorang Paxton. Persetan dengan Paxton jika Dante saat ini memiliki segala yang tidak dimilikinya saat menjadi Paxton.

"Kalian merasakannya juga atau tidak? Sepertinya William menjadi sangat pendiam, ya?" tanya Hellen yang tiba-tiba menghampiri mereka. Memberi isyarat dengan dagunya ke arah palang, tempat Willis duduk memandang ke padang rumput.

Punggungnya merosot kelelahan. Memang benar, Dante juga menyadari bahwa Willis tiba-tiba menjadi pendiam sejak kembali ke sana. Mungkin memikirkan teman-temannya di peternakan Paxton. Entahlah, Dante tidak ingin mencari tahu karena segala sesuatu tentang Willis bukan menjadi prioritasnya.

"Iya, aku juga merasakannya. Dia hanya mau berbicara jika ada yang mengajaknya bicara. Jika tidak, maka dia lebih suka melamun sendiri," jawab Cecillia sebelum melihat ke arah Dante dan tersenyum lebar.

Demi Tuhan, Dante belum pernah melihat senyuman dan wanita secantik itu.

Dulu Dante merasa bahwa Tattiannalah wanita paling cantik yang pernah di lihatnya, tapi kini Dante tahu arti cantik yang sesungguhnya saat menatap istrinya. Karakter Cecillialah yang membuatnya terlihat cantik. Ditambah dengan mata abu-abu yang selalu berbinar bahagia untuk mengawali hari yang berat, sehingga sepanjang hari terasa sangat ringan bagi Dante.

"Kau tidak ingin mencari tahu?" tanya Dante.

Cecillia menunduk dan menggeleng pelan.

Dante tergelak. "Tidak apa. Tapi kali ini saja, dan jangan lupa katakan padanya bahwa kau mengandung bayiku," peringat Dante.

"Oh astaga, sungguh?" tanya Hellen antusias.

Cecillia mengangguk dan tersenyum malu-malu.

"Selamat, Sayang. Aku akan menjadi nenek sebentar lagi, bolehkah?" Hellen memeluk Cecillia.

Cecillia mengangguk karena ia tahu ketiga anak laki-laki Hellen memang belum ada yang menikah. "Kau pasti akan menjadi nenek yang baik," jawab Cecillia, lalu menyadari apa yang baru saja dikatakannya. Cecillia takut Dante akan tersinggung atau sedih saat membahas soal 'nenek'.

Dante mengangguk. "Kau akan jadi nenek yang luar biasa, Nyonya Glory."

"Panggil saja aku Hellen, Sayang, agar terdengar lebih akrab."

Dante tersenyum. "Terima kasih, Hellen."

"Sama-sama, Sayang. Baiklah, aku harus memeriksa apa kalduku masih ada. Kalian tahu, kadang kala para gentleman itu suka lupa diri dengan makanan enak. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, Sayang," Hellen melirik Dante.

Dante tergelak. Sulit untuk tidak menyukai wanita seperti Hellen, menyenangkan dan lucu.

Cecillia berlutut dan menggenggam tangan Dante. "Kau yakin aku boleh menemui Willis?"

Dante mengusap pipi Cecillia dan tersenyum miring. "Terpaksa. Aku tahu kau tidak akan bisa tidur sebelum berbicara dengan laki-laki keparat itu yang sayangnya memang terlihat menyedihkan beberapa hari ini."

Cecillia tersenyum.

"Aku tidak akan lama, aku janji." Cecillia berdiri dan mengecup kening suaminya sebelum berlari-lari kecil. Hampir tersandung, membuat Dante ingin melompat dari kursi rodanya karena khawatir. Cecillia berbalik untuk tersenyum malu sambil mengusap ujung sepatu bootnya yang tersandung tadi.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now