20

8K 453 1
                                    

Cecillia mengangkat gaun-gaun cantik yang baru saja dikeluarkan Hellen. Malam ini Cecillia mengajak Dante untuk berkunjung ke rumah pondok Joseph untuk mengambil gaun-gaun yang kata Hellen boleh dimilikinya. Tapi Cecillia benar-benar tidak menyangka bahwa gaun-gaun itu sangat cantik dan banyak.

Bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa Hellen tidak terlihat seperti orang kaya, hanya saja Cecillia tidak menyangka bahwa saat Hellen masih muda dulu sudah ada gaun-gaun cantik seperti yang sekarang menumpuk di depannya.

"Oh Hellen, ini cantik sekali," puji Cecillia.

Hellen memerah dan tersenyum lebar.

"Sekarang sudah tidak muat untuk kugunakan. Kau tahu sendiri tubuh seorang wanita akan dengan cepat berubah saat sudah memiliki satu batalyon anak."

Cecillia tertawa oleh perumpamaan Hellen yang berlebihan, padahal Hellen dan Joseph hanya memiliki tiga orang anak lelaki. "Dan semua anakku laki-laki, jadi aku tidak mungkin mewariskan baju-baju ini."

Joseph mendengus di sudut ruangan. "Begitulah wanita, bisa sangat berseri-seri hanya dengan membahas kain-kain yang mereka sebut gaun," ledek Joseph.

Dante tergelak dan mendapat pelototan dari Cecillia, membuat Dante menelan gelak tawanya.

"Jangan pedulikan para lelaki yang sama sekali tidak tahu soal seni, sayang. Yang penting untuk mereka adalah seberapa cepat kita bisa membuka gaun kita, bukan seberapa cantik saat kita memakai gaun," dengus Hellen.

Cecillia dan Dante tertawa terbahak-bahak sebelum saling menatap dan terdiam. Entah kenapa mereka jadi ingin cepat menua seperti Hellen dan Joseph dengan kebahagiaan yang sederhana.

Hellen berdehem untuk mengalihkan perhatian Dante dan Cecillia dari tatapan mereka yang bertaut. "Kalian butuh kamar pribadi?" tawar Hellen.

Dante dan Cecillia kembali tertawa terbahak-bahak lalu menggeleng. "Oh Hellen, kau membuatku malu," sanggah Cecillia sebelum ketukan pintu membuat semua perhatian mereka teralih.

Seseorang membuka pintu untuk melongok. "Apa aku ketinggalan pestanya?" tanya Willis.

Cecillia berbinar-binar dan segera melompat bangkit, lalu memeluk Willis sangat erat.

Willis tergelak dan mengusap punggung Cecillia. "Aku juga merindukanmu, Manis."

Dante mencibir. Tapi anehnya, tidak ada lagi rasa cemburu melihat mereka berpelukan. Dante sangat percaya pada mereka berdua bahwa mereka hanya bersahabat.

"Kau tidak mengabari bahwa kau akan pulang." Cecillia melepaskan pelukannya, dan kembali masuk ke dalam agar Willis bisa masuk juga.

Willis mengangguk dan menatap mata Dante. Dante dapat melihat ada sesuatu yang tidak beres yang ingin disampaikan oleh Willis, dan juga ada keputusasaan di mata Willis.

"Aku tidak sempat" jawab Willis singkat sebelum melihat kembali pada Dante. "Bisa kita bicara? Empat mata," pinta Willis.

Cecillia berbalik dan mengerutkan kening menyadari ada sesuatu yang salah.

"Tentu." Dante beranjak dengan kursi rodanya keluar dari dalam rumah pondok Joseph.

Cecillia ikut beranjak.

"Aku ikut." Cecillia mengikuti suaminya keluar.

Seketika suasana yang tadinya ceria menjadi tegang. Bahkan Joseph dan Hellen bisa merasakan ketegangan yang terkumpul di bahu Willis saat laki-laki itu menatap Dante.

Willis berpamitan dengan Joseph dan Hellen. Juga meminta maaf jika belum bisa mengobrol banyak dengan mereka berdua, lalu menyusul Dante dan Cecillia yang beranjak pulang ke rumah utama Willis.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now