7

11.6K 582 3
                                    

Ritta meletakan kain dingin di kedua mata Cecillia sebelum mendesah pelan. "Ada apa? Kenapa mata Anda bengkak seperti itu?"

Ritta mendapat kibasan tangan dari Cecillia. "Aku tidak apa-apa, Ritta. Hanya kurang tidur saja."

"Sungguh?"

Cecillia mengangguk pelan agar kompres di matanya tidak terjatuh. "Hari ini aku akan ke peternakan. Aku tidak ingin semua pekerja terkejut melihat mataku sebesar apel."

Ritta tertawa pelan. "Ingin melihat anak anda?" goda Ritta dengan tawa geli.

"Ya, anak kudaku. Kau mau ikut, Ritta? Mungkin aku akan memperbolehkanmu memberinya nama," celoteh Cecillia.

Ritta tersenyum melihat kepolosan Cecillia. Ritta mengambil kain-kain dari mata Cecillia sebelum menggeleng. "Aku sangat sibuk. Ini adalah hari mencuci, jadi aku harus mengawasi Janete dan Secil di kamar cuci agar tidak ada lagi kecerobohan yang membuat selimut robek seperti minggu lalu."

"Mereka tidak sengaja," bela Cecillia.

Ritta meletakkan mangkuk berisi air dingin dan kain kompres itu di dekat pintu, lalu membawa nampan berisi sarapan untuk Cecillia. "Tetap saja seharusnya itu tidak terjadi, 'kan? Itu karena mereka ceroboh," jelas Ritta.

Cecillia mendengus. "Jangan terlalu kaku pada mereka, itu akan membuat mereka tidak betah tinggal di sini."

"Mereka tidak tinggal di sini, Puteri. Mereka bekerja di sini," koreksi Ritta.

Cecillia cemberut dengan memasukan roti panggang sarapan-nya ke dalam mulut. "Tapi mereka temanku."

"Yang seharusnya tidak anda lakukan. Mereka tidak akan memandang hormat, jika anda berteman dengan mereka." Ritta menyipit saat melihat cara makan Cecillia.

"Aku kesepian, Ritta, jangan memarahiku terus. Dan itu ...," Cecillia menunjuk Ritta. "Kau pasti ingin memprotes cara makanku, 'kan? Aku sangat hapal pada caramu memandang sebelum memprotes apa yang akan kulakukan."

Ritta mengangkat tangannya menyerah. "Baiklah aku tidak akan protes, tapi berusahalah bersikap manis saat ada jamuan makan dengan Ratu. Jangan gunakan tangan anda untuk makan daging seperti itu," protes Ritta.

Cecillia tergelak. "Kau memprotes lagi, walaupun kau bilang tidak mau protes," kata Cecillia sebelum Ritta beranjak dari sana untuk mengembalikan mangkuk air untuk mengompres kembali ke dapur dengan gerutuan pelan melihat kekeraskepalaan Cecillia.

Cecillia menyingkirkan nampan makan paginya untuk mengganti baju sendiri. Mencuri kesempatan sebelum Ritta kembali untuk membantu mengganti gaun tidurnya dengan gaun berkuda. Ia beranjak ke istal sendiri untuk memasang pelana di punggung kuda abu-abunya, lalu memacu kuda meninggalkan Ritta yang mulai berlari-lari untuk mengejarnya di halaman.

"Selamat tinggal, Ritta. Aku menyayangimu," teriak Cecillia sebelum menyentak kudanya semakin kencang, dan menjauh dari rumah besar.

Dan tanpa sadar, Ritta tersenyum melihat puteri baru itu mengatakan menyayanginya. Padahal Ritta sudah berusaha untuk bersikap tidak bersahabat, agar Cecillia tidak menganggapnya teman. Namun malah menghangatkan hatinya saat mendengar kata-kata itu. "Bertahanlah, Tuan Puteri, kau tidak boleh menyerah," bisik Ritta sebelum menatap sedih pada kepulan debu yang beterbangan saat Cecillia menjauh.

****

Willis membuka topi bertepi lebarnya saat melihat kuda abu-abu. Wanita penunggangnya menarik tali kekang untuk menghentikan laju kuda. Namun membuat kuda abu-abu itu sedikit tersentak, hampir menjatuhkan Cecillia jika saja Willis tidak dengan sigap mendekat dan menenangkan kuda itu.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now