Lalu siapa yang akan peduli pada para pekerja selain Puteri Cecillia? Dan jika rumor itu benar adanya, maka nasib mereka hanya tergantung dari belas kasihan sang Ratu.

"Ratu, aku mohon beri aku sedikit waktu untuk berbicara," mohon Willis.

Sang ratu menaikkan pandangan dari kertas-kertas yang ada di hadapannya. Terganggu oleh kelancangan Willis karena berbicara tanpa dipersilakan. "Sebaiknya penting, William Cruz."

Willis menyadari bahwa Ratu mengenal namanya, padahal mereka sama sekali tidak pernah bertemu secara langsung, formal atau non formal. Willis jadi tahu bahwa Ratu telah memata-matai siapa pun yang berada terlalu dekat dengan urusan kerajaannya.

"Ini tentang para pekerja di peternakan. Mereka resah menunggu kepastian tentang nasib mereka."

"Katakan pada mereka tidak perlu resah lagi. Aku akan menutup peternakan dan akan menjual rumah itu. Mereka tidak perlu lagi menunggu dengan tidak pasti karena aku sudah membuat keputusan." Ratu kembali membaca kertas-kertas di atas mejanya. Seolah pembahasan mereka bukan tentang nasib pekerja, tapi membicarakan soal cuaca.

"Tapi Ratu, mereka akan kehilangan pekerjaan. Ini satu-satunya pekerjaan yang bisa mereka dapatkan. Terlebih lagi banyak dari para pekerja peternakan yang sudah tua. Tidakkah kita harus menghargai pengabdian mereka selama bertahun-tahun ini?"

Ratu Bettary mengangkat kembali pandangannya dan mendesah lelah sebelum meletakan kaca mata yang sudah dilepasnya. "Begini, Nak. Sejujurnya ini semua bukan mauku dan jelas bukan salahku. Jika kau membicarakan soal menghargai pengabdian, sejujurnya aku sudah menghargai mereka dengan masih mempekerjakan mereka selama ini. Padahal orang lain tidak akan mau beresiko mempekerjakan mereka."

Willis harus memutar otak untuk memberikan satu saja alasan bagus yang akan membuat sang ratu memikirkan lagi keputusannya. Tapi tidak ada satu katapun yang terlintas. "Beri mereka kesempatan, Ratu."

"Apa maksudmu adalah kau ingin Dante yang kembali memegang peternakan itu?" tanya sang ratu dengan jemari yang dikatupkan di atas meja.

Willis mengangguk.

"Mudah saja, bujuk dia untuk mau menuruti keinginanku."

"Apa itu?"

Sang Ratu tersenyum ramah. "Minta dia menceraikan Cecillia dan menikahi Tattianna."

Willis mengerutkan keningnya saat melihat kilat geli di mata sang ratu.

"Dan kau bisa mendapatkan wanita itu untuk dirimu sendiri. Aku dengar kau sangat menyukainya."

Willis mengumpat dalam hati. Jelas sekali ada mata-mata di antara para pekerja peternakan yang dengan rinci memberikan informasi pada sang Ratu.

****

Cecillia berlutut di depan Dante. Menggenggam kedua tangan besar Dante sesaat sebelum mereka mencapai pintu. Dante memperhatikan Cecillia menutup mata abu-abu indah itu sebelum berbisik. "Tuhan, hari ini kami akan mencari pekerjaan. Kami sangat membutuhkannya. Bantu kami, Tuhan. Bantu kami untuk tidak menyerah pada keadaan ini. Kuatkan ikatan kami hingga ajal menjemput kami. Dan terima kasih untuk hari yang cerah," doa Cecillia.

Dante tersenyum saat Cecillia kembali membuka matanya untuk menatapnya, lalu Dante mencium bibir istrinya yang menyodorkan bibir untuk dikecup. "Semua akan baik-baik saja."

Cecillia mengangguk. "Semua akan baik-baik saja," ulangnya. Cecillia berdiri dari lantai dan mendorong kursi beroda Dante untuk keluar dari rumah.

Joseph mengangkat tangannya saat melihat mereka baru keluar dari rumah. Segera mengambil sesuatu dari bawah palang sebelum mendekat, dan meletakkan sebuah papan kayu agar memudahkan Dante untuk turun dari teras menuju halaman.

Revisi Bastard PrinceWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu